Sidik jari menjadi pola unik yang dimiliki beberapa hewan dan manusia. Namun, tahukah detikers ada hewan yang punya sidik jari hampir sama dengan manusia?
Seorang ilmuwan bernama Maciej Henneberg telah mempelajari satu-satunya hewan non-primata yang memiliki sidik jari yaitu koala. Ia menganalisis dengan mikroskop untuk melihat pola sidik jari koala.
Hasilnya, Henneberg menemukan tonjolan melingkar dan berputar pada jari koala yang mirip dengan milik manusia. Penemuan ini ia ungkap pada 1996.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pola Unik dalam Sidik Jari
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pola-pola unik sidik jari, ilmuwan membagi pusaran rumit menjadi: lingkaran, lingkaran kecil, dan lengkungan. Ada juga istilah lain yang merujuk pada bentuk-bentuk seperti garis putus, terbagi dua, atau membentuk 'pulau-pulau' konsentris yang disebut minutiae.
"Meskipun inti umum sidik jari Anda adalah sesuatu yang Anda warisi dari orang tua, minutiae ini berasal dari lingkungan tempat Anda berkembang sebagai janin, termasuk komposisi cairan ketuban, bagaimana posisi Anda, dan apa yang Anda sentuh di dalam rahim. Itulah sebabnya setiap orang memiliki sidik jari yang sedikit berbeda, bahkan kembar identik," ucap peneliti, seperti dilansir PBS.
Menurut ilmuwan, fitur ujung jari koala berkembang lebih baru dalam sejarah evolusinya. Ini karena sebagian besar kerabat dekat koala seperti wombat dan kanguru, tidak memilikinya.
Sementara dalam pohon evolusi kehidupan, primata dan nenek moyangnya marsupial koala modern bercabang 70 juta tahun yang lalu. Nenek moyang koala, akhirnya bisa memiliki sidik jari karena adanya evolusi konvergen, yakni ketika organisme yang tidak berkerabat mengembangkan karakteristik yang identik sebagai respons terhadap tekanan evolusi yang serupa.
Apa Tujuan Keberadaan Sidik Jari?
Hennenberg dan timnya mengatakan asal usul sidik jari berkaitan dengan adaptasi biomekanik terhadap cengkeraman. Hal ini kemudian menghasilkan pengaruh mekanis berbagai arah pada kulit.
"Manusia dan simpanse menggenggam; koala menggenggam -- untuk melakukannya, sidik jari sangat membantu," kata para peneliti, dilansir Live Science.
Sementara itu, pada 2009, ahli biologi Roland Ennos menerbitkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa ketika bersentuhan dengan suatu benda, ternyata kulit di ujung jari berperilaku seperti karet.
Meski begitu, studi baru menguatkan pendapat Ennos, bahwa meski sidik jari mungkin tidak menghasilkan gesekan dengan sendirinya, sidik jari dapat membantu mempertahankan cengkeraman dengan bekerja sama dengan kelenjar keringat.
Saat bersentuhan dengan permukaan yang keras dan kedap air, jari-jari melepaskan kelembapan. Kemudian, kelembapan menghasilkan gesekan dengan melembutkan kulit di ujung jari, dengan bantuan alur-alur kecil pada sidik jari.
"Mekanisme ganda untuk mengelola kelembapan ini telah memberi primata keunggulan evolusioner dalam kondisi kering dan basah-memberi mereka kemampuan manipulatif dan lokomotif yang tidak dimiliki hewan lain," ujar rekan penulis Mike Adams.
Menurut fisikawan Γcole Normale SupΓ©rieure dari Paris, sidik jari dapat memperkuat getaran yang dihasilkan dengan menggosokkan ujung jari pada permukaan kasar, menyalurkan getaran tersebut ke ujung saraf jari-jari. Dalam hal ini, fitur koala menjadi penting karena cara hidupnya di alam.
Henneberg memperkirakan, fitur sidik jari koala akhirnya digunakan untuk menggenggam, memanjat, hingga mengulurkan tangannya. Peneliti mengatakan, sidik jari koala berasal dari adaptasi untuk tugas-tugas semacam itu.
"Gesekan dan sensitivitas yang diberikan sidik jari dapat membantu mereka berpegangan pada pohon secara bersamaan dan melakukan pekerjaan rumit memetik daun tertentu dan membuang yang lain," tutur Henneberg.
(faz/nwk)











































