Jepang dan Singapura dikenal sebagai negara dengan penduduk yang berusia panjang mencapai rata-rata 83-84 tahun. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata usia hidup penduduknya sekitar 72 tahun. Lantas apa rahasia orang-orang di Jepang dan Singapura bisa panjang umur?
Pakar umur panjang dan penuaan lulusan Haverford College and Yale Law School, Ken Stern, melakukan riset untuk menemukan jawabannya. Ia mengunjungi lima negara tersehat di dunia yakni Singapura, Jepang, Korea Selatan, Italia, dan Spanyol, untuk meneliti kebiasaan penduduk yang mendukung usia bisa panjang.
Uniknya, yang ditemukan oleh Stern, usia panjang bukan soal lingkungan yang ideal untuk menua. Misalnya, Singapura yang dikenal memiliki iklim tropis panas, padat penduduk, dan lingkungan kerja yang kompetitif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya memilih negara-negara ini karena mereka memiliki beberapa harapan hidup sehat terpanjang di dunia (dalam beberapa kasus, satu dekade lebih lama daripada AS)," katanya dikutip dari CNBC.
Lantas apa saja kebiasaan yang ditemukan Kern? berikut daftarnya.
5 Rahasia Orang-orang Singapura hingga Jepang Bisa Panjang Umur
1. Tak Memberi Batasan terhadap Usia Lanjut
Sering kali orang akan memaksimalkan energinya di usia produktif lalu menikmati hasilnya saat tua. Namun sayangnya, kesehatan dan usia tak pernah ada yang tahu.
Stern mengatakan, di banyak negara dengan penduduk panjang umur, definisi "usia lanjut" lebih fleksibel. Orang-orang berusia 60-an tetap optimis dalam merencanakan sesuatu, sama seperti mereka berusia 20-40 tahun.
Mereka tak menyepelekan usia mereka, tapi serius dengan apa yang mereka rencanakan. Banyak dari lansia di negara-negara tersebut, tetap bersemangat untuk terus mengasah dan mengembangkan keahlian.
"Karena 20 tahun ke depan pasti akan sama bermaknanya dengan 20 tahun sebelumnya," ujar Stern.
2. Tidak Membatasi Hubungan Antargenerasi
Banyak lansia, hidup mengisolasi diri dari kehidupan generasi sebelumnya. Padahal, studi menemukan hubungan antargenerasi memberi manfaat seperti peningkatan kebahagiaan, rasa sejahtera yang lebih baik, serta peningkatan kesehatan fisik dan mental.
Menurut Stern, di AS, masyarakatnya banyak yang memisahkan generasi berdasarkan usianya. Mulai dari di tempat kerja, lingkungan sekitar, keluarga, hingga tempat sukarelawan.
3. Aktif Bersosialisasi
Dunia teknologi yang modern turut mendukung berkurangnya kualitas dalam bersosialisasi. Laporan tahun 2023 menemukan, orang-orang berusia 16-64 tahun memiliki rata-rata menatap layar hingga 6 jam 30 menit per hari.
Stern menyoroti, orang-orang yang panjang umur tidak tergoda oleh layar tetapi menjaga aktivitas sosialnya. Misal di Italia, orang-orang masih banyak yang menghabiskan waktu untuk makan dan bersama keluarga dan lebih sedikit waktu untuk online.
Sebuah studi Harvard yang telah berlangsung puluhan tahun menunjukkan hubungan yang positif adalah kunci untuk hidup lebih lama, lebih bahagia, dan lebih sehat, bahkan lebih penting daripada pencapaian karier, uang, olahraga, atau pola makan sehat.
4. Menikmati Kerja
Di Jepang, orang-orang tetap bekerja meski telah lanjut usia. Ini bukan karena uang, melainkan etos kerja dan cara mereka menikmati apa yang dikerjakan.
Orang-orang di Jepang melakukan pekerjaan hingga tua demi koneksi, sosialisasi, dan kesehatan.
"Saat di Jepang, saya bertemu dengan orang-orang dewasa yang lebih tua yang bekerja di jalur perakitan permen, mengelola buku untuk perusahaan peralatan mesin, mengelola tempat parkir, mengemudikan taksi, dan memandu wisata," papar Stern.
5. Tidak Berhenti Belajar
Penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran mendukung penuaan yang sehat. Banyak negara bagian menyediakan kesempatan pendidikan gratis atau berbiaya rendah bagi para lansia, dan saya berencana untuk memanfaatkannya.
(faz/nah)











































