10 Pahlawan Nasional dari Zaman Kerajaan Islam-Pendudukan Belanda, Ini Jasa-jasanya

ADVERTISEMENT

10 Pahlawan Nasional dari Zaman Kerajaan Islam-Pendudukan Belanda, Ini Jasa-jasanya

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Senin, 10 Nov 2025 08:00 WIB
Ilustrasi Pangeran Diponegoro
Foto: Rengga/Ilustrasi Pangeran Diponegoro
Jakarta -

Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan untuk mengenang jasa para pejuang yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan. Para pahlawan dari Jawa, Sumatera, Kalimantan hingga Maluku memiliki jasa yang berharga bagi tanah Nusantara. Siapa saja mereka?

Gelar Pahlawan Nasional sendiri diberikan berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia. Gelar ini pertama kali diberikan pada 1950-an kepada Abdul Muis oleh Presiden Soekarno. Setelah itu, banyak tokoh-tokoh penting lain menyusul diberikan gelar Pahlawan Nasional.

Tak hanya pada masa kemerdekaan, gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada siapa saja tokoh yang telah gugur atas perjuangan dan pengabdiannya kepada Tanah Air. Tokoh-tokoh penting dari zaman kerajaan Nusantara hingga kesultanan terakhir di Jambi, banyak yang diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini profil singkat dan jasa 10 pahlawan nasional era kerajaan atau kesultanan Islam di Nusantara hingga zaman pendudukan Belanda, dikutip dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional karya Julinar Said dan Triana Wulandari.

Daftar 10 Pahlawan Nasional dari Zaman Kerajaan Islam-Pendudukan Belanda

1. Sultan Agung Anyokrokusumo (1591-1645)

SK Pahlawan Nasional: No. 106/TK/Tahun 1975- 3 November 1975

ADVERTISEMENT

Sultan Agung lahir di Yogyakarta pada 1591 dan wafat tahun 1645. Ia kemudian dimakamkan di Imogiri, Yogyakarta.

Sultan Agung merupakan cucu dari Panembahan Senopati, pendiri kerajaan Mataram. Sejak muda ia dikenal cerdas, tegas, dan memiliki wawasan politik serta kebudayaan yang luas.

Setelah naik takhta tahun 1613, Sultan Agung memusatkan kekuasaan di Mataram dan berambisi mempersatukan seluruh pulau Jawa di bawah kekuasaan kerajaan pribumi. Pada akhirnya, Sultan Agung dikenal sebagai raja Mataram yang berambisi mempersatukan Jawa.

Ia memimpin dua kali serangan besar ke Batavia (1628-1629) untuk mengusir VOC Belanda. Selain dikenal sebagai pemimpin tangguh, Sultan Agung juga berjasa memperkenalkan penanggalan Jawa-Islam yang masih digunakan hingga kini. Ia juga dianggap sebagai pelopor perlawanan terorganisir terhadap penjajahan Eropa.

2. Sultan Hasanuddin (1631-1670)

SK Pahlawan Nasional: No. 087/TK/Tahun 1973- 6 November 1973

Sultan Hasanuddin lahir di Ujung Pandang tahun 1631 dan wafat 12 Juni 1670. Ia mendapat julukan "Ayam Jantan dari Timur" atas keberaniannya.

Sultan Hasanuddin merupakan putra kedua Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sejak muda, ia dikenal tegas dan berani, serta memiliki kemampuan diplomasi dan strategi perang yang tinggi.

Sultan Hasanuddin kemudian menjadi Raja Gowa yang memimpin perlawanan terhadap VOC hingga pertempuran Bongaya (1667). Ia juga berjasa atas penolakan terhadap dominasi Belanda atas perdagangan rempah-rempah di Indonesia Timur.

Setelah menolak hasil perjanjian yang merugikan rakyatnya, ia kembali berperang hingga akhir hayat.

3. Nyi Ageng Serang (1752-1828)

SK Pahlawan Nasional: No. 094/TK/Tahun 1974 - 13 Desember 1974

Nyi Ageng Serang lahir di Desa Serang, sekitar 40 km utara Solo, tahun 1752 dan wafat tahun 1828. Ia dimakamkan di Desa Beku, Kulon Progo, Yogyakarta.

Bernama lengkap Raden Ajeng Kustiah Retno Edi, ia merupakan putri Bupati Serang yang kemudian menjadi panglima perang di bawah Sultan Hamengkubuwono I. Jasanya untuk bangsa ia buktikan sejak muda dengan ikut bertempur melawan pasukan Belanda dan bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830).

Nyi Ageng Serang juga dikenal dengan taktik "daun lumbu" (pasukan berkerudung daun keladi untuk kamuflase).

4. Kapitan Pattimura (1783-1817)

SK Pahlawan Nasional: No. 087/TK/Tahun 1973 - 6 November 1973

Kapitan Pattimura lahir di Hualoy, Saparua, Ambon tahun 1783 dan wafat akibat dihukum gantung pada 16 Desember 1817 di Ambon. Nama lengkapnya adalah Thomas Matulessy, dan tumbuh dari keluarga sederhana di Maluku.

Jasa Pattimura sangat besar untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa dengan memimpin perlawanan rakyat Maluku terhadap penindasan Belanda pada 1817. Ia berhasil merebut Benteng Duurstede dan mengalahkan pasukan kolonial.

Kendati demikian ia tetap kokoh pendirian dengan tegas menolak kerja sama dengan Belanda meski diancam hukuman mati.

5. Tuanku Imam Bonjol (1772-1864)

SK Pahlawan Nasional: No. 087/TK/Tahun 1973 - 6 November 1973

Imam Bonjol lahir di Kampung Tanjung Bunga, Pasaman, Sumatera Barat, tahun 1772 dan wafat 6 November 1864, di Manado, dalam usia 92 tahun. Nama aslinya Peto Syarif, pendiri Negeri Bonjol yang diperkuat dengan benteng tanah liat.

Ia merupakan pemimpin utama Perang Padri (1821-1837) melawan Belanda. Jasanya yakni menyatukan kekuatan kaum ulama untuk menentang penjajahan dan kemerosotan moral masyarakat.

6. Pangeran Diponegoro (1785-1855)

SK Pahlawan Nasional: No. 087/TK/Tahun 1973 - 6 November 1973

Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta, pada 11 November tahun 1785 dan wafat tanggal 8 Januari 1855 di Ujung Pandang (Makassar). Putra Sultan Hamengkubuwono III itu, dikenal taat beragama dan menolak campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan.

Pangeran Diponegoro memimpin Perang Jawa (1825-1830), salah satu perlawanan terbesar terhadap Belanda. Ia berjasa karena menggabungkan semangat jihad dan nasionalisme dalam perjuangan rakyat. Namun akhirnya, ia ditangkap secara licik oleh penjajah saat perundingan di Magelang.

7. Martha Christina Tiahahu (1800-1818)

SK Pahlawan Nasional: No. 012/TK/Tahun 1969 - 2 Mei 1969

Martha Christina Tiahahu lahir di Nusalaut, Maluku, Β±1800 dan wafat 2 Januari 1818 di atas kapal menuju Jawa. Jasadnya dikebumikan di laut antara Pulau Nusa dan Pulau Tiga.

Ia merupakan Putri dari Kapitan Paulus Tiahahu. Sejak remaja sudah ikut berjuang bersama ayahnya dalam pemberontakan melawan Belanda.

Perjuangan dan jasa yang dikenang yaitu Turut dalam perlawanan rakyat Maluku setelah gugurnya sang ayah. Ia juga menolak menyerah kepada Belanda dan memilih mati dalam perjalanan ke Jawa.

8. Sri Susuhunan Pakubuwono VI (1807-1849)

SK Pahlawan Nasional: No. 294/TK/Tahun 1964 - 17 November 1964

Pakubuwono VI lahir di Surakarta, 26 April 1807 dan wafat di pengasingan di Ambon tahun 1849; dimakamkan kembali di Imogiri tahun 1956. Nama lainnya yakni Raden Mas Sapardan, putra Susuhunan Paku Buwono V. Ia menjadi raja Kasunanan Surakarta pada 1823.

Salah satu perjuangan dan jasanya yaitu Mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Ia dituduh makar oleh Belanda karena memberi bantuan rahasia pada pasukan Diponegoro.

9. Pangeran Antasari (1809-1862)

SK Pahlawan Nasional: No. 06/TK/Tahun 1968 - 27 Maret 1968

Pangeran Antasari lahir di Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan, tahun 1809 dan wafat pada 11 Oktober 1862 di Bayan Begak, Kalimantan Selatan. Ia merupakan anggota keluarga Kesultanan Banjar yang dikenal bijak dan berjiwa kepemimpinan.

Jasanya yakni memimpin Perang Banjar (1859-1862) melawan Belanda, menolak segala bentuk perundingan dengan penjajah dan mempersatukan rakyat dari Hulu Sungai hingga Kapuas dalam satu front perlawanan.

10. Sultan Thaha Syaifuddin (1816-1904)

SK Pahlawan Nasional: No. 079/TK/Tahun 1977 - 24 Oktober 1977

Sultan Thaha Syaifuddin lahir di Keraton Tanah Pilih, Jambi, 1816 dan wafat pada 26 April 1904 di Muara Tebo, Jambi. Raden Thaha Ningrat, putra Sultan Muhammad Fakhruddin, dikenal sebagai sultan yang taat beragama dan dekat dengan rakyat.

Ia memimpin perlawanan rakyat Jambi melawan Belanda sejak 1858 dan tak pernah menyerah meski terus dikejar pasukan kolonial. Sikap teguhnya menjadikannya simbol keteguhan iman dan semangat Islam dalam melawan penjajahan.

Nah itulah 10 pahlawan nasional dari zaman kerajaan Islam terakhir hingga masa pendudukan Belanda. Semoga bermanfaat ya, detikers!




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads