Misteri Kelelawar Bersinar Hijau di Bawah Sinar UV, Ilmuwan Masih Mencari Jawabannya

ADVERTISEMENT

Misteri Kelelawar Bersinar Hijau di Bawah Sinar UV, Ilmuwan Masih Mencari Jawabannya

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Kamis, 06 Nov 2025 20:30 WIB
Sayap dan kaki belakang kelelawar bersinar dalam rentang 520 hingga 552 nanometer, sehingga warnanya menjadi hijau.
Foto: Wiley Online Library/Sayap dan kaki belakang kelelawar bersinar dalam rentang 520 hingga 552 nanometer, sehingga warnanya menjadi hijau.
Jakarta -

Seperti kunang-kunang yang memancarkan cahaya dari tubuhnya, kelelawar ternyata ada yang bisa bersinar meski hanya saat terkena sinar ultraviolet (UV). Fenomena langka ini ditemukan pada beberapa spesies kelelawar yang hidup di Amerika Utara.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Ecology and Evolution pada 28 Juli 2025 berhasil menguji 60 spesimen museum dari enam spesies yaitu: Kelelawar coklat besar (Eptesicus fuscus), kelelawar seminole (Lasiurus seminolus), kelelawar merah timur (Lasiurus borealis), kelelawar abu-abu (Myotis grisescens), kelelawar mayoritas tenggara (Myotis austroriparius) dan kelelawar ekor bebas Brasil (Tadarida brasiliensis). Hasilnya, seluruh dari spesies yang diujikan dapat memancarkan cahaya akibat paparan radiasi sinar ultraviolet.

Uji coba menunjukkan, sayap dan kaki belakangnya bersinar dalam rentang 520 hingga 552 nanometer, sehingga warnanya menjadi hijau. Fenomena serupa sebenarnya pernah diamati pada mamalia lain seperti tupai terbang dan platipus. Ini biasa disebut dengan fotoluminesensi atau pemancaran cahaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini menimbulkan pertanyaan baru, mengapa hewan-hewan ini menunjukkan kemampuan fotoluminesensi?

ADVERTISEMENT

"Ini mungkin tampak tidak terlalu penting, tetapi kami mencoba memahami mengapa hewan-hewan ini bersinar," kata Steven Castleberry, ahli biologi satwa liar di University of Georgia, dikutip dari Smithsonian Magazine.

"Ini keren, tetapi kami tidak tahu mengapa itu terjadi. Apa fungsi evolusioner atau adaptifnya? Apakah ini benar-benar bermanfaat bagi kelelawar?" tambahnya.

Belum Diketahui Penyabab Pastinya

Sampai saat ini, para peneliti belum mengetahui fungsi pasti dari fenomena ini. Dugaan sementara, cahaya hijau mungkin membantu komunikasi antarspesies, menarik pasangan, atau sekadar efek alami dari pigmen bulu.

Namun, sebagian ilmuwan berpendapat bahwa pendar (cahaya) tersebut bisa muncul akibat bahan kimia pengawet pada spesimen museum. Jadi, masih belum jelas apakah fenomena ini benar-benar alami atau hanya efek preservasi jangka panjang.

"Kita masih di tahap awal untuk memahami apakah cahaya hijau ini benar-benar milik alam, atau sekadar hasil interaksi kimia," jelas laporan tim peneliti.

Terjadi pada Hewan Lain

Fenomena fotoluminesensi sebenarnya tidak asing di dunia hewan. Sebuah studi tahun 2023, bahkan menemukan fluoresensi pada 125 spesies.

Dalam hal ini, beberapa burung, ikan, dan serangga memanfaatkannya untuk menarik pasangan, berkamuflase, atau memberi peringatan kepada predator. Meski begitu, kemampuan ini masih menjadi hal langka pada mamalia.

Bagi ilmuwan, kelelawar bersinar hijau bukan sekadar pemandangan unik, tetapi bukti bahwa sains masih terus berproses. Penulis studi menekankan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai peran fotoluminesensi mamalia, baik saat ini maupun sepanjang sejarah evolusi.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads