Semakin Tua, Mengapa Waktu Terasa Berlalu Begitu Cepat?

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Rabu, 05 Nov 2025 11:00 WIB
Foto: iStock/Ilustrasi waktu
Jakarta -

Pernahkah detikers merasa waktu berjalan lebih cepat seiring bertambahnya usia kita? Ternyata hal ini ada penjelasan ilmiahnya, lo. Belum lama ini, peneliti mengaitkan antara perubahan usia dan aktivitas otak.

Dalam studi yang terbit di jurnal Communications Biology pada 30 September 2025, para peneliti mempelajari bagaimana otak membagi dan melacak peristiwa yang sedang berlangsung. Hasilnya, semakin tua usia, otak akan lebih sedikit mencatat peristiwa dalam jangka waktu tertentu sehingga itu yang membuat waktu terasa berlalu begitu cepat.

Bagaimana Cara Peneliti Mengujinya?

Para ilmuwan mengambil data dari Cambridge Centre for Ageing and Neuroscience (Cam-CAN), sebuah proyek penelitian jangka panjang tentang penuaan otak. Total ada 577 orang berusia 18-88 tahun yang sebelumnya telah menonton cuplikan dari serial televisi lama "Alfred Hitchcock Presents" - tepatnya, delapan menit dari sebuah episode berjudul "Bang! You're Dead.".

Partisipan menonton sambil menjalani pemindaian otak dengan teknologi fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging). Kemudian ilmuwan memantau pola aktivitas otak peserta dan menganalisisnya menggunakan metode Greedy State Boundary Search (GSBS), algoritma yang mendeteksi kapan otak berpindah dari satu pola aktivitas ke pola lainnya.

Hasilnya menunjukkan bahwa otak peserta yang lebih tua ternyata lebih jarang mengalami pergantian pola aktivitas otak (neural state) dibandingkan peserta yang lebih muda. Artinya, otak orang dewasa atau lansia cenderung "bertahan" lebih lama dalam satu kondisi aktivitas sebelum berpindah ke kondisi berikutnya.

Temuan ini menjelaskan mengapa banyak orang lebih tua merasa waktu terasa berjalan lebih cepat seiring bertambahnya usia. Ketika otak mencatat lebih sedikit perubahan atau peristiwa baru, maka secara subjektif waktu terasa berlalu lebih cepat.

Sebaliknya, otak anak muda atau remaja yang masih aktif "merekam" banyak pengalaman baru cenderung merasa waktu berjalan lebih lambat.

Bahasa Bisa Membentuk Persepsi Waktu

Ahli bahasa di Universitas Maria Curie-Skłodowska di Polandia, Joanna Szadura, mengatakan, hipotesis ilmuwan ada dasarnya. Namun, setiap individu harus memperhitungkan bahwa masing-masing dari kita memiliki dua skala waktu.

"Masyarakat membagi waktu secara linear menjadi jam, hari, dan tahun, sedangkan skala internal kita mengikuti hukum logaritma," ucapnya dikutip dari Live Science.

Misalnya, satu tahun adalah 20% dari kehidupan anak berusia 5 tahun sejauh ini, tetapi hanya 2% dari kehidupan orang berusia 50 tahun.

"Oleh karena itu, persepsi waktu tidak hanya bergantung pada jumlah 'peristiwa' saraf di otak, tetapi juga cara nonlinier internal kita dalam mengukur waktu," imbuhnya.

Meski begitu, para peneliti mencatat bahwa orang dewasa yang lebih tua masih dapat membuat waktu terasa lebih panjang secara subjektif. Misalnya dengan mempelajari hal-hal baru, bepergian, dan terlibat dalam aktivitas baru dapat membantu membuat waktu terasa lebih luas saat direnungkan kembali.

"Namun, yang mungkin lebih penting lagi adalah interaksi sosial yang bermakna dan aktivitas yang membawa kegembiraan, yang juga dapat berkontribusi pada rasa waktu yang lebih panjang," ujar rekan penulis studi Linda Geerligs, seorang peneliti di Universitas Radboud di Belanda.



Simak Video "Mitos atau Fakta: Pemutih Kulit Bisa Tekan Produksi Melanin"

(faz/faz)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork