Ilmuwan Temukan Jejak Kanker pada Fosil Dinosaurus, Seperti Ini Buktinya

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Temukan Jejak Kanker pada Fosil Dinosaurus, Seperti Ini Buktinya

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Minggu, 02 Nov 2025 20:00 WIB
Dinosaurus Joaquinraptor
Foto: Andrew McAfee, Museum Sejarah Alam Carnegie/Ilustrasi Dinosaurus Joaquinraptor
Jakarta -

Siapa sangka, fosil dinosaurus berusia jutaan tahun bisa membantu ilmuwan memahami asal-usul kanker. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jaringan lunak yang membatu di dalam fosil dinosaurus mengandung petunjuk penting tentang bagaimana kanker berevolusi sejak zaman purba.

Temuan ini datang dari tim ilmuwan Universitas Anglia Ruskin (ARU) dan Imperial College London. Mereka meneliti fosil Telmatosaurus transsylvanicus, dinosaurus pemakan tumbuhan berparuh bebek yang hidup sekitar 66-70 juta tahun lalu di wilayah yang kini dikenal sebagai Rumania.

Dikutip dari Science Daily, para ilmuwan menggunakan teknik paleoproteomik canggih dan pemindaian Scanning Electron Microscopy (SEM), Tim berhasil mengidentifikasi struktur menyerupai sel darah merah (eritrosit) dalam jaringan lunak fosil yang telah membatu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menariknya, struktur itu ditemukan di area rahang dinosaurus yang sebelumnya diketahui memiliki tumor jenis ameloblastoma, tumor jinak yang masih dijumpai pada manusia hingga sekarang.

"Tidak seperti struktur rangka saja, jaringan lunak mengandung protein yang menyediakan informasi molekuler yang dapat mengungkap mekanisme biologis yang mendasari penyakit," kata ahli onkologi Justin Stebbing, dari Universitas Anglia Ruskin di Inggris, dikutip Science Alert.

ADVERTISEMENT

Bukti Kanker Sudah Ada sejak Zaman Dinosaurus

Gambar mikroskop elektron pemindaian menunjukkan struktur mirip eritrosit yang ditemukan pada fosil dinosaurus.Gambar mikroskop elektron pemindaian menunjukkan struktur mirip eritrosit yang ditemukan pada fosil dinosaurus. Foto: MDPI, Jurnal Biology

Penemuan ini menjadi bukti bahwa jejak kanker sudah ada sejak masa dinosaurus. Tak hanya itu, hasil riset ini memperkuat dugaan bahwa protein kuno bisa bertahan jauh lebih lama daripada DNA, menjadikannya kunci penting untuk memahami bagaimana penyakit muncul dan berevolusi dari masa ke masa.

Para peneliti menjelaskan, metode paleoproteomik memungkinkan mereka menganalisis sisa protein dalam fosil dan membandingkannya dengan protein hewan modern. Hal ini membuka peluang besar untuk menelusuri akar evolusi penyakit seperti kanker, sekaligus mempelajari bagaimana spesies purba bisa bertahan meski menghadapi risiko mutasi sel.

"Dinosaurus, sebagai organisme berumur panjang dan bertubuh besar, menyajikan kasus yang menarik untuk menyelidiki bagaimana spesies mengelola kerentanan dan resistensi kanker selama jutaan tahun," ujar Stebbing.

Studi ini juga mendorong ilmuwan di seluruh dunia untuk memprioritaskan pelestarian jaringan lunak dalam penelitian fosil, bukan hanya tulang belulangnya. Karena di situlah tersimpan informasi molekuler yang bisa menjelaskan evolusi biologi hingga ke tingkat sel.

Adapun penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Biology pada Mei 2025. Temuan ini menjadi langkah baru yang menunjukkan bahwa, bahkan dari sisa-sisa makhluk purba, manusia bisa belajar banyak tentang penyakit modern dan mungkin, suatu hari nanti, menemukan cara baru untuk pengobatannya.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads