Ilmuwan UI Soroti Tak Banyak Peneliti yang Studi tentang Layanan Disabilitas

ADVERTISEMENT

Ilmuwan UI Soroti Tak Banyak Peneliti yang Studi tentang Layanan Disabilitas

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 01 Okt 2025 20:00 WIB
Festival Pengabdian Masyarakat UI 2025 tentang disabilitas.
Festival Pengabdian Masyarakat UI 2025 tentang disabilitas. Foto: Devita Savitri/detikEdu
Jakarta -

Pengabdi sekaligus ilmuwan dari Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial Universitas Indonesia (DPIS UI) Dr Husnul Fitri menyoroti bahwa tidak banyak peneliti yang melakukan studi tentang kelompok disabilitas. Hal ini juga ternyata terjadi di UI.

"Tapi memang kalau dilihat, memang tidak banyak yang mengangkat kelompok disabilitas. UI harus terus banyak ya untuk berada pada mengangkat topik-topik disabilitas ini, karena memang kebutuhannya kolaborasi banyak, tapi mereka kan tidak bisa berjuang sendiri," tuturnya.

Hal itu disampaikan Husnul kepada detikEdu usai acara Talkshow bertema UI Impactful: Bersama Disabilitas, Membangun Pengabdian yang Setara pada pembukaan Festival Pengabdian Masyarakat 2025 di Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Rabu (1/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

UI Perlu Evaluasi Layanan untuk Disabilitas

Sebagai lingkungan akademik, Husnul menilai UI perlu melakukan evaluasi secara berkala terkait ketersediaan layanan untuk kelompok disabilitas. Layanan yang dimaksud termasuk dengan keadaan jalan di sekitar UI, akses transportasi bis kuning, hingga fasilitas di ruang kelas.

ADVERTISEMENT

Mulai berkecimpung di fokus penelitian tentang disabilitas, ia mendapati UI belum melakukan evaluasi terkait hal tersebut secara menyeluruh. Untuk itu, diperlukan laporan terbaru mengenai sejauh mana aspek inklusivitas yang ada di UI.

"Misalnya lift saja ya, apakah liftnya sudah standar? Standar itu seperti apa? Standar yang bisa memenuhi kebutuhan disabilitas juga. Misalnya (lift) kan harus lebar, ada lebar tertentu yang harus dipenuhi, ada ukurannya, supaya penyandang yang menggunakan kursi roda itu bisa masuk, itu kan perlu diavaluasi," ungkapnya.

Husnul tidak memungkiri bila beberapa lokasi di UI dapat dikatakan ramah disabilitas. Ada pula program sukarelawan pendukung belajar bagi mahasiswa disabilitas.

Namun, ia menegaskan UI perlu mengevaluasi sejauh mana aspek inklusivitas telah terpenuhi. Sebagai lingkungan akademik, UI menurutnya perlu menjadi pelopor di bidang infrastruktur dan layanan, kolaborasi, riset, serta teknologi disabilitas.

"Mungkin ada di beberapa tempat yang udah oke, tapi secara umum kayaknya kita perlu report, mengenai sejauh mana aspek inklusivitas itu sudah terpenuhi pada servis atau layanan infrastruktur dan fasilitas UI gitu. Itu sih, bukan belum ya, tapi mungkin kita perlu mengevaluasi sejauh mana," sambungnya.

Teliti Aksesibilitas Transportasi Umum di Kota Bogor bagi Penyandang Disabilitas

Dalam Festival Pengabdian Masyarakat 2025, Husnul memaparkan studi terkait "Peningkatan Aksesibilitas Penyandang Disabilitas pada Transportasi Umum di Kota Bogor". Studi ini merupakan hasil kolaborasi antara tim pengabdian masyarakat UI, Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kota Bogor, dan Yayasan Diffable Action Indonesia.

Peneliti asal Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI ini menjelaskan, fokus studi yang ia lakukan berkaitan dengan peningkatan aksesibilitas transportasi publik untuk penyandang disabilitas. Studinya dimulai dengan melakukan kegiatan dengan kelompok disabilitas di Kota Bogor.

"Dari situ kita mau tahu hambatannya apa saja ketika menggunakan transportasi publik, kemudian bagaimana evaluasinya terhadap kondisi transportasi publik saat ini, kemudian baru kebutuhan mereka apa," bebernya.

Setelah pertemuan tersebut, dibuatlah semacam pelatihan singkat yang disebutnya dengan disability awareness. Melalui pelatihan ini diharapkan adanya peningkatan kesadaran dari Pemerintah Kota Bogor.

"Kita bekerja sama dengan Bapperida Kota Bogor, itu mengundang dinas perhubungan, kesehatan, kemudian (moda transportasi) Bis Kita. Baru terakhir kita FGD dengan para peserta dari pemerintah. Intinya kita mempertemukan antara pompok disabilitasnya dengan pemerintah," tegasnya.

Melalui studi tersebut, Husnul dan tim memberikan 6 rekomendasi program untuk implementasi kebijakan, yakni:

1. Evaluasi berkala infrastruktur dan layanan transportasi umum untuk disabilitas.

2. Program edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan skill interaksi/komunikasi dan layanan disabilitas.

3. Pengembangan aplikasi layanan transportasi publik yang ramah disabilitas.

4. Sertifikasi vendor infrastruktur.

5 . Pin disabilitas.

6. Pemetaan, peningkatan, dan maintenance halte inklusif.




(det/det)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads