Dubes Palestina Ceritakan Sejarah Penjajahan Israel, Minta Rakyat Gaza Tak Lagi Dibunuh

ADVERTISEMENT

Dubes Palestina Ceritakan Sejarah Penjajahan Israel, Minta Rakyat Gaza Tak Lagi Dibunuh

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 01 Okt 2025 16:00 WIB
Duta Besar (Dubes) Palestina untuk RI HE Dr Zuhair Al-Shun cerriyakan sejarah penjajahan Israel di Palestina.
Duta Besar (Dubes) Palestina untuk RI HE Dr Zuhair Al-Shun cerriyakan sejarah penjajahan Israel di Palestina. Foto: Devita Savitri/detikEdu
Jakarta -

Kemerdekaan Palestina menjadi salah satu hal yang terus diperjuangkan usai serangan udara pertama Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Sudah menjadi isu global, Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) September 2025 lalu mencatat 153 negara telah mengakui Palestina sebagai negara merdeka.

Indonesia menjadi salah satu negara yang menyampaikan pengakuan terhadap Palestina sebagai negara merdeka. Menanggapi hal tersebut, Duta Besar (Dubes) Palestina untuk RI HE Dr Zuhair Al-Shun mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada masyarakat dan pemerintah Indonesia atas dukungan, kebaikan, dan solidaritas masyarakat yang tak henti-hentinya," tutur Dr Zuhair dalam acara pembukaan Festival Pengabdian Masyarakat 2025 di Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Rabu (1/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebaikan dan kekuatan menjunjung tinggi keadilan, kami sangat berterima kasih atas persahabatan dan dukungan ini," sambungnya.

Dalam kesempatan itu, Dr Zuhair menegaskan meski sudah banyak negara yang mengakui kemerdekaan Palestina, pada nyatanya negara itu masih dijajah. Untuk itu, ia menceritakan sejarah penjajahan Israel dari matanya sebagai seorang masyarakat Palestina.

ADVERTISEMENT

Sejarah Penjajahan Israel

Diceritakannya, Palestina adalah negara kecil sekitar 27.200 kilometer persegi. Populasi masyarakat di dalam dan luar Palestina hanyalah 16 juta jiwa, jauh lebih sedikit dibanding Jakarta.

Tetapi, negara ini istimewa karena disebut dengan "Holy Land" atau "Tanah Suci" di kitab umat Muslim, Kristen, atau keyakinan lainnya. Keistimewaan ini membuat banyak negara mencoba menyerang dan menguasai Palestina, tetapi semuanya telah gagal dan dikalahkan hingga akhirnya Israel datang.

"Terakhir, yaitu pendudukan Israel. Sekarang, sekitar 77 tahun setelah mandat Inggris (tentang kedatangan Israel), kita menderita. Kami menderita karena pendudukan yang berbeda, penjajahan ini datang untuk merampas tanah kami dan memaksa orang-orang meninggalkan tanah kami," ungkapnya.

Jika bicara tentang Palestina, Dr Zuhair menyebut negara itu punya satu kota besar, yakni Yerusalem. Tetapi, kota itu kini telah dikuasai Israel dan negara itu terus mendorong lebih banyak umat Yahudi datang agar menciptakan mayoritas di wilayah tersebut.

Menurutnya, Yerusalem adalah kota yang sangat istimewa untuk semua umat, baik Muslim, Kristen dan Yahudi. Seluruh umat dari berbagai keyakinan tidak bisa mengabaikan sebuah pesan dari Tuhan kepada Nabi Musa AS.

Kala itu, Nabi Musa AS meminta kaumnya untuk masuk ke Yerusalem, tetapi mereka menolak. Alasannya, karena di sana ada komunitas kuat yang dikenal sebagai orang Kanaan, orang Palestina.

"Inilah sejarahnya, tak seorang pun bisa mengabaikannya, tak seorangpun bisa menutupi kenyataan. Palestina untuk orang Palestina, sebagaimana Indonesia untuk orang Indonesia," tegasnya.

Tetapi pendudukan Israel di Palestina didukung oleh banyak pihak, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa lainnya. Zuhair menyatakan Israel seharusnya didirikan di Uganda, Yunani, Serbia, Federasi Rusia, atau Amerika Latin.

Meski sudah punya banyak saran lokasi bagi masyarakat Israel, pemimpin Syiriza menolaknya dan mereka memilih Palestina. Palestina adalah titik pertemuan antara Asia, Afrika, dan Eropa.

Lokasi yang strategis menjadi alasan mengapa wilayah ini harus dikontrol, menurut Zuhair. Untuk itu, inilah alasan mengapa pemerintah Amerika mendukung Israel dan bekerja bersama dengannya.

Minta Rakyat Gaza Tak Lagi Dibunuh

Zuhair mau tak mau menerima kenyataan apabila Presiden Donald Trump menjadi orang nomor satu yang mendukung Israel. Baginya, AS tidak ada di jajaran yang mendukung Palestina, muslim, atau negara-negara Arab.

"Itulah sebabnya tidak ada keadilan sama sekali. Amerika menggunakan veto enam bagian untuk menghentikan pembunuhan di Gaza, membunuh rakyat. Veto untuk menghentikan resolusi 14 negara. Mengapa?," tanyanya.

Kini, dengan tegas ia menyatakan Palestina tidak merekomendasikan untuk menghancurkan Israel. Ia dan rakyat Palestina hanya terus berjuang untuk menghentikan pembunuhan bagi rakyat Gaza.

"Pembunuhan itu masih terjadi sampai sekarang, mungkin sekarang lima orang terbunuh atau sepuluh atau lebih dan ini seperti lingkaran dan tidak ada yang peduli," tandasnya.




(det/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads