- Nama-nama Korban G30S PKI 1. Jenderal Ahmad Yani - Panglima Angkatan Darat 2. Letjen Siswondo Parman - Deputi II Men/Pangad 3. Letjen Mas Tirtodarmo (MT) Haryono - Deputi III Men/Pangad 4. Letjen Soeprapto - Deputi IV Men/Pangad 5. Mayjen Donald Isaac (DI) Pandjaitan - Asisten IV Men/Pangad 6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo - Oditur Jenderal AD 7. Kapten Pierre Andreas Tendean - Ajudan Jenderal Nasution 8. AIP II Karel Satsuit Tubun - Anggota Brimob
Dini hari 1 Oktober 1965, Jakarta dikagetkan dengan peristiwa berdarah. Pasukan Gerakan 30 September (G30S) menculik sejumlah jenderal TNI Angkatan Darat.
Ada yang ditembak di rumah, sebagian digiring ke Lubang Buaya. Peristiwa itu kemudian mengubah jalannya sejarah Indonesia.
Dikutip dari sumber buku Pretext for Mass Murder karya John Roosa dan Ensiklopedia Pahlawan Nasional karya Julinar Said dan Triana Wulandari berikut nama-nama jenderal korban peristiwa G30S/PKI, profil singkat, dan keterangan kejadian eksekusinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama-nama Korban G30S PKI
1. Jenderal Ahmad Yani - Panglima Angkatan Darat
Lahir di Purworejo tahun 1922, Ahmad Yani menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat sejak 1962. Ia dikenal loyal pada Presiden Sukarno dan disegani di tubuh TNI.
Saat pasukan datang ke rumahnya, Ahmad Yani sempat menempeleng prajurit karena dianggap tidak sopan. Ketika masuk untuk berganti pakaian, ia diberondong tembakan hingga tewas. Jenazahnya tetap dibawa ke Lubang Buaya.
2. Letjen Siswondo Parman - Deputi II Men/Pangad
S Parman lahir di Wonosobo tahun 1918. Ia perwira intelijen andalan Angkatan Darat, pernah belajar kedokteran sebelum bergabung dengan PETA.
Pasukan Cakrabirawa datang ke rumahnya dan mengaku membawa panggilan dari istana. Parman digiring paksa, lalu dieksekusi di Lubang Buaya.
3. Letjen Mas Tirtodarmo (MT) Haryono - Deputi III Men/Pangad
MT Haryono lahir di Surabaya tahun 1924. Fasih bahasa asing, ia pernah menjabat atase militer di Jerman Barat sebelum dipercaya sebagai Deputi III.
Sekitar pukul 04.00, pasukan mendobrak rumahnya. Istri Haryono sempat menolak membuka pintu. Ia ditembak saat melawan dan kemudian dibawa ke Lubang Buaya.
4. Letjen Soeprapto - Deputi IV Men/Pangad
Soeprapto lahir di Purwokerto tahun 1920. Ia aktif di medan perang kemerdekaan dan pernah memimpin komando di Jawa Tengah.
Pasukan mendatangi rumahnya dini hari. Ia ditangkap tanpa banyak perlawanan, lalu ikut digiring ke Lubang Buaya.
5. Mayjen Donald Isaac (DI) Pandjaitan - Asisten IV Men/Pangad
Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara, tahun 1925. Ia perwira Batak Kristen pertama yang meraih pangkat jenderal di Angkatan Darat.
Pasukan bersenjata mendatangi rumahnya. Pandjaitan sempat berpamitan kepada keluarganya dengan tenang sebelum dibawa ke Lubang Buaya.
6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo - Oditur Jenderal AD
Sutoyo lahir di Kebumen tahun 1922. Ia lulusan hukum dan dikenal sebagai perwira religius serta tenang.
Pasukan menyergap rumahnya dini hari. Sutoyo digiring keluar dan ikut dibawa ke Lubang Buaya.
7. Kapten Pierre Andreas Tendean - Ajudan Jenderal Nasution
Pierre lahir di Jakarta tahun 1939. Ia lulusan Akademi Teknik Angkatan Darat dan baru berusia 26 tahun ketika gugur.
Target utama pasukan sebenarnya adalah Jenderal Abdul Haris Nasution. Namun Nasution berhasil lolos melompati tembok rumahnya. Pierre, yang berada di lokasi, ditangkap dan ikut dibawa ke Lubang Buaya.
8. AIP II Karel Satsuit Tubun - Anggota Brimob
Tubun lahir di Maluku tahun 1928. Ia bertugas sebagai pengawal Wakil Perdana Menteri II, Johannes Leimena.
Saat pasukan menyerbu rumah Leimena, Tubun mencoba menghadang. Ia tertembak di tempat dan gugur di halaman rumah tersebut.
Itulah nama-nama jendral yang gugur pada peristiwa G30S/PKI beserta kronologi kejadian yang menimpanya.
Enam jenderal Angkatan Darat, Kapten Pierre Tendean, dan Karel Satsuit Tubun gugur dalam peristiwa itu. Jenazah para jenderal dan Pierre ditemukan di sumur tua Lubang Buaya, Jakarta Timur. Mereka kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi, dan kisah gugurnya dikenang melalui Monumen Pancasila Sakti.
Tragedi G30S PKI bukan hanya meninggalkan duka, tapi juga menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga persatuan bangsa. Para korban yang gugur tetap dikenang sebagai pahlawan yang mengorbankan nyawa dalam gejolak sejarah Indonesia.
(Siti Nur Salsabilah Silambona/nah)