Sukitman mungkin nama yang tidak terlalu sering terdengar di seputar sejarah peristiwa G30S PKI. Ia merupakan salah satu tokoh kunci dalam penemuan korban-korban di Lubang Buaya.
Sukitman saat itu adalah Agen Polisi tingkat II yang disebut memberi petunjuk dalam proses pencarian korban G30S PKI. Kesaksian Sukitman dijabarkan melalui buku Pierre Tendean: Jejak Sang Ajudan, Sebuah Biografi oleh Ahmad Nowmenta Putra dan Agus Lisna.
Sukitman pada saat itu masih berusia 22 tahun. Ia ikut diangkut ke dalam bus dan dibawa ke Lubang Buaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sukitman Tiba-tiba Ditangkap
Sukitman dan rekannya bernama Sutarso sedang berjaga dan berpatroli pada dini hari 1 Oktober 1965 sekitar pukul 03.00 WIB. Keduanya kala itu bertugas di Seksi Vm Kebayoran Baru yang terletak di Wisma AURI, Jl Iskandarsyah, Jakarta.
Di tengah perjalanan, Sukitman terkejut dengan suara tembakan di rumah DI Panjaitan di Jl Sultan Hasanudin. Insting membawanya menuju sumber kegaduhan menggunakan sepeda kumbang dan sambil menenteng senjata.
Sayang, tanpa tahu penyebab gaduh itu, teriakan datang dari tentara dengan seragam loreng dan baret merah. Sukitman diteriaki, "Turun! Lempar senjata dan angkat tangan!"
Ia pun turun dari sepeda dan melempar senjatanya. Tangan Sukitman diikat dan kedua matanya ditutup kain merah.
"Saya didorong, dilemparkan ke dalam mobil di mana saya diletakkan di kabin, di samping sopir di bawah," terangnya.
Ia ikut dibawa ke Lubang Buaya.
Akhir Kesaksian Sukitman
Beruntung, polisi muda ini berhasil melarikan diri. Dalam buku Sejarah SMA Kelas XII Program IPS karya Prof Dr M Habib Mustopo dkk, Sukitman melaporkan ke pasukan keamanan, ia menyaksikan pembunuhan para korban.
Berdasarkan informasi Sukitman, ditemukan timbunan tanah dan sampah pada 3 Oktober 1965, yang diduga merupakan tempat mengubur jenazah G30S PKI. Lokasinya ada di lingkungan kebun karet, daerah Lubang Buaya.
Setelah digali, ternyata merupakan sumur tua. Kolonel Sarwo Edhie Wibowo sempat memerintahkan penghentian penggalian lantaran kesukaran teknis.
Esoknya setelah mendapat informasi perihal kemungkinan besar lokasi penguburan jenazah G30S PKI, Soeharto berangkat ke lokasi sumur tua di Lubang Buaya itu. Ia dan anggota Kesatuan Intai Para Amphibi dari KKO-AL dan RPKAD kemudian menemukan para korban.
(nah/nwk)