Orang tua merupakan sekolah pertama bagi anak-anak, sebelum menempuh pendidikan formal di luar rumah. Namun, bagaimana cara mendidik dan memotivasi anak agar bisa tumbuh pintar?
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ilmuwan untuk mengetahui bagaimana cara mendidik dan memotivasi mereka agar bisa menjadi anak pintar. Hasilnya, berbagai studi menyebut orang tua cukup mendidik anak dengan cara yang mudah tetapi dibutuhkan konsistensi dan kesabaran.
Dikutip dari arsip detikEdu dan Center on the Developing Child Harvard University, Kamis (4/9/2025) berikut ini 12 cara mendidik dan memotivasi anak agar tumbuh pintar. Cek di sini ya ayah-ibu!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
12 Cara Mendidik dan Memotivasi Anak agar Tumbuh Pintar
1. Jangan Terlalu Kasar atau Lunak
Diana Baumrind dalam penelitiannya di 1966, melakukan penelitian terkait proses mendidik anak. Ada orang tua yang mendidik dengan metode otoriter (sangat ketat), permisif (sangat lunak) dan disiplin, tetapi penuh kasih.
Hasil dari studi Baumrind, anak yang dididik dengan disiplin sementara penuh kasih memiliki keterampilan pengaturan emosi dan pemahaman sosial yang baik. Kedua hal ini dinilai sebagai keterampilan yang perlu dimiliki untuk mencapai kesuksesan.
2. Bangkitkan Rasa Ingin tahu
Berikan anak-anak kesempatan untuk berinteraksi dengan berbagai hal baru dan biarkan mereka belajar. Bahkan bayi punya rasa ingin tahu dan menjelajahi benda.
Ketika bayi menjatuhkan atau melempar sesuatu benda ke lantai, mereka akan mengamatinya dan melihat apa yang terjadi selanjutnya.
3. Jangan Mengabaikan Anak
Menurut survei yang dilakukan Common Sense Media, 28 persen remaja mengatakan orang tua mereka kecanduan perangkat seluler. Studi lainnya, AVG menemukan 32 persen anak yang disurvei mengabaikan orang tua mereka lantaran kecanduan pada ponsel.
Sebagai generasi pertama orang tua dengan akses Internet 24/7, penting bagi para orang tua masa kini untuk mengetahui kapan harus berhenti bermain ponsel dan memberikan perhatian pada anak.
4. Prioritaskan Interaksi Sosial selama Pembelajaran
Di era digital, terdapat berbagai aplikasi edukatif berbasis komputer yang dirancang untuk anak-anak. Namun, aplikasi tersebut tidak dapat menggantikan interaksi sosial di dunia nyata dengan teman atau orang dewasa.
Dalam sebuah studi, bayi mempelajari unsur-unsur bahasa lebih efektif ketika dilakukan langsung dibanding video. Studi lain menunjukkan anak-anak memang dapat belajar dari media digital, tetapi interaksi sosial selama proses belajar tetap lebih penting.
5. Usahakan Keadaan Rumah yang Damai
Anak-anak yang hidup di keluarga penuh konflik, cenderung bernasib lebih buruk daripada mereka yang hidup di rumah yang damai menurut studi di Universitas Illinois. Untuk itu, menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan suportif adalah hal yang penting.
Memang pertengkaran orang tua kerap tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, studi menyarankan agar mencontohkan pertengkaran yang adil, penetapan batasan, dan fokus pada rekonsiliasi dan penyelesaian.
6. Beri Tantangan kepada Anak tapi Secukupnya
Anak-anak termotivasi untuk mencapai tujuan yang dapat dicapai. Mereka bisa kehilangan motivasi ketika suatu tugas terlalu mudah, tetapi ketika tugas menjadi sangat sulit, terkadang mustahil untuk diatasi.
Orang tua bisa memberi tantangan kepada anak dan target yang ingin dicapai. Tetapi, cobalah untuk menyesuaikan tantangan tersebut berdasarkan dengan kemampuan anak saat itu serta berikan umpan balik yang cepat atas kinerja mereka.
7. Tetapkan Ekspektasi yang Tinggi
Dengan memanfaatkan data dari survei nasional, tim UCLA menemukan bahwa ekspektasi orang tua terhadap anak-anak mereka memiliki pengaruh besar terhadap prestasi. Penelitian tersebut menemukan bahwa, saat mereka berusia empat tahun, hampir semua anak dalam kelompok belajar dengan performa tertinggi memiliki orang tua yang mengharapkan mereka meraih gelar sarjana.
8. Berikan Anak Hak untuk Memilih
Anak-anak lebih termotivasi ketika mereka memiliki tingkat kemandirian tertentu dan diberikan hak untuk memilih dalam mengerjakan tugas secara pribadi. Jadi, sebagai orang tua jangan ragu memberikan sedikit ruang gerak pada anak untuk menentukan bagaimana cara mereka menyelesaikan suatu tugas.
9. Ajarkan Keterampilan Sosial
Sebuah studi selama 20 tahun oleh para peneliti di Pennsylvania State dan Duke University menunjukkan korelasi positif antara keterampilan sosial anak-anak di taman kanak-kanak dan keberhasilan mereka di awal masa dewasa. Mengajarkan anak-anak cara menyelesaikan masalah dengan teman-teman, berbagi barang-barang, mendengarkan tanpa menyela, dan membantu orang lain di rumah adalah tempat yang bagus untuk memulai.
10. Puji Prosesnya, bukan Hasilnya
Ketika kita memuji anak atas keterampilan atau prestasi yang mereka terima, hal itu bisa mengarah pada orientasi kinerja. Tapi, jangan lupakan proses mereka dalam meraih hasil prestasi tersebut.
Ketika orang tua memuji anak atas proses dan usaha serta membantu mereka melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, mereka akan lebih termotivasi. Bahkan, lebih jauh dari itu, anak akan bekerja keras dan percaya bila anak-nak bisa mencapai apa yang mereka cita-citakan.
11. Jangan Over Protective
Di era pola asuh helikopter, tak sedikit orang tua yang merasa kesulitan membiarkan anak-anak mereka memecahkan masalah. Sering kali, orang tua malah terburu-buru memperbaiki tantangan anak.
Mengacu pada studi Universitas Harvard, Julie Lythcott-Haims berpendapat bahwa membiarkan anak-anak membuat kesalahan dan mengembangkan ketahanan dan akal sehat sangat penting dalam menyiapkan mereka untuk meraih kesuksesan.
12. Hindari Kecanduan Gadget!
Terlalu banyak waktu di depan layar telah dikaitkan dengan obesitas pada anak-anak, pola tidur yang tidak teratur, dan masalah perilaku. Selain itu, sebuah studi tahun 2017 oleh Greg L. West di Universitas Montreal mengungkapkan bahwa bermain gim "tembak-menembak" dapat merusak otak dan menyebabkannya kehilangan sel.
Menurut American Academy of Pediatrics, screen time hiburan harus dibatasi hingga 2 jam sehari. Untuk itu, doronglah anak-anak untuk mempelajari berbagai hal dan ubah waktu di depan layar menjadi kegiatan yang produktif.
Itulah 12 cara mendidik dan memotivasi anak agar bisa tumbuh pintar berdasarkan sains. Semoga bermanfaat, ayah dan ibu!
(det/nah)