Anak-anak di Negara Ini Jadi yang Paling Bahagia di Dunia, Kenapa?

ADVERTISEMENT

Anak-anak di Negara Ini Jadi yang Paling Bahagia di Dunia, Kenapa?

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 06 Agu 2025 08:00 WIB
Amsterdam merupakan salah satu objek wisata kelas dunia. Pada tahun 2030, semua kendaraan berbahan bensin dan diesel tidak akan beroperasi di kota ini.
Foto: Peter Boer/Getty Images/Kebiasaan bersepeda di Belanda yang sudah dilakukan sejak kecil
Jakarta -

Laporan UNICEF 2025 menyebut anak-anak di Belanda menjadi yang paling bahagia di dunia. Menurut laporan tersebut, anak-anak di Belanda memiliki kesejahteraan yang tinggi.

UNICEF mengukur kesejahteraan anak di 43 negara anggota Uni Eropa dan/atau Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Kesejahteraan yang diukur antara lain dari faktor layanan kesehatan yang baik hingga tekanan akademik yang rendah.

Anak-anak di Belanda Punya Kebebasan yang Aman

Salah satu perbedaan yang mencolok antara Belanda dan negara lainnya yaitu budaya saling percaya yang tinggi dalam lingkungan sosial. Ini membuat anak-anak bisa bermain di luar dengan aman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, orang tua di Belanda mendidik anak-anak mereka untuk mandiri sejak dini. Misalnya seperti berangkat ke sekolah sendiri dengan sepeda meski jaraknya jauh.

"Banyak anak Belanda menikmati kebebasan bergerak. Orang tua Belanda menghargai kemandirian anak-anak mereka, mungkin di atas segalanya," kata Mary Frances Ruskell, mahasiswa baru Dartmouth College yang membandingkan anak-anak di Belanda dan Amerika, dilansir CNN. Ia sempat tinggal di kota kecil Haarlem, Belanda.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, orang tua di Belanda memiliki pendekatan berbeda dengan di Amerika. Karena di Amerika, orang tua cenderung khawatir akan kesejahteraan anak-anak mereka. Hal itu membuat mereka cemas.

Menurut survei Pew Research Center tahun 2023 tentang pola asuh anak di Amerika, 40 persen orang tua melaporkan sangat khawatir tentang anak-anak mereka yang mengalami depresi atau kecemasan, dan 36 persen melaporkan "agak" khawatir.

Ini menunjukkan, lebih dari 4 dari 10 orang tua di Amerika menggambarkan diri mereka terlalu protektif, menurut survei tersebut. Hal itu mungkin menjadi alasan mereka membatasi kebebasan bergerak anak mereka.

Jam Kosong di Kelas Tidak Diisi Agar Siswa Punya Waktu Luang

Hal yang paling mencolok lainnya di Belanda yakni kebiasaan di sekolah. Saat seorang guru membatalkan kelas, siswa hanya punya waktu luang, alih-alih pengganti.

Anak-anak sekolah yang memiliki jam kosong di pagi hari, juga bisa tinggal di rumah saat siang. Anak-anak juga bisa melakukan aktivitas di luar ruangan.

Memberi kebebasan kepada anak di sekolah dan di luar ruangan ini, didukung oleh budaya masyarakat Belanda. Misalnya budaya bersepeda.

Di Haarlem dan Amsterdam, anak-anak kecil bersepeda di mana-mana. Anak-anak Belanda, bahkan telah mendapatkan sepeda sejak usia dini.

Kebiasaan ini memberi anak-anak kesempatan untuk berkeliling kota mereka sendiri. Di sisi lain, banyak juga anak-anak yang berjalan kaki bersama teman-teman mereka ke toko dan restoran.

Jadi secara umum, anak-anak dan remaja di Belanda diizinkan untuk menjelajahi dunia dengan bebas. Hal itu membuat mereka memiliki kenangan yang menyenangkan dan fisik yang sehat.




(faz/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads