Pakar: Paparan Gas Air Mata Memiliki Risiko Jangka Panjang!

ADVERTISEMENT

Pakar: Paparan Gas Air Mata Memiliki Risiko Jangka Panjang!

Nikita Rosa - detikEdu
Kamis, 04 Sep 2025 13:00 WIB
Massa aksi terlibat bentrokan dengan aparat kepolisian di kawasan Pejompongan, Jakarta, Kamis (28/8/2025). Suasana sempat memanas ketika kelompok massa kembali berkumpul di lokasi.
Gas Air Mata. (Foto: Rifkianto Nugroho)
Jakarta -

Gelombang demonstrasi beberapa hari terakhir kembali diwarnai dengan penyemprotan gas air mata. Melihat situasi saat ini, dosen kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyoroti efek jangka panjang dari paparan gas air mata yang berulang.

Diketahui, gas air mata merupakan alat yang digunakan aparat untuk membubarkan massa. Tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan sementara, tetapi gas air mata juga berpotensi memicu gangguan kesehatan serius.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr Ardi Pramono, dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY, menjelaskan gas air mata merupakan senyawa kimia yang bekerja dengan cara mengiritasi selaput mukosa tubuh manusia.

"Zat ini bekerja dengan mengiritasi membran mukosa seperti selaput mata, hidung, dan mulut. Itu sebabnya, ketika terpapar, mata terasa sangat perih, merah, berair, dan sulit dibuka. Pada saat yang sama, mukosa di hidung maupun tenggorokan juga merasakan sensasi panas dan pedih yang memicu batuk hingga sesak napas," terang dr Ardi dalam laman UMY dikutip Kamis (4/9/2025).

ADVERTISEMENT

Gas Air Mata Merusak Selaput Mukosa

Menurutnya, kerusakan paling dominan akibat paparan gas air mata terjadi pada lapisan luar selaput mukosa. Mukosa sendiri adalah lapisan tipis yang melindungi bagian dalam organ tubuh. Jika mengalami iritasi berulang, lapisan ini berpotensi mengalami peradangan.

Efek gas air mata umumnya bersifat cepat dan intens, tetapi biasanya hanya berlangsung singkat.

Berdampak Serius pada Penderita Bronkitis

Dalam kondisi normal, iritasi bisa mereda dalam 15 hingga 30 menit. Namun, risiko lebih serius dapat terjadi pada individu dengan penyakit pernapasan kronis.

"Jika seseorang memiliki riwayat asma atau bronkitis, paparan gas air mata bisa memicu kekambuhan dan memperburuk kondisi paru-parunya," ujar Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif RS PKU Gamping.

"Begitu juga penderita penyakit mata kronis, gas air mata akan memperparah iritasi yang sudah ada. Jadi meskipun dampaknya sementara, efeknya bisa lebih berat pada kelompok rentan," imbuhnya.

Pertolongan Pertama Terpapar Gas Air Mata

dr Ardi menjelaskan pertolongan pertama yang paling efektif adalah menjauh dari lokasi paparan dan mencuci bagian tubuh yang terkena dengan air bersih mengalir.

"Tidak ada obat penawar khusus untuk gas air mata. Jadi, cara terbaik adalah membersihkan dengan air. Kalau masih terasa sesak, asma kambuh, atau mata tetap perih parah, maka harus segera ke unit gawat darurat," ujarnya.

Lebih lanjut, dr. Ardi mengimbau masyarakat agar tidak berlama-lama berada di area yang penuh gas air mata. Lekas menjauh, jangan mengucek mata, dan cuci dengan air bersih sebanyak mungkin.

Paparan singkat umumnya tidak menimbulkan dampak jangka panjang. Kendati begitu, paparan berulang atau berkepanjangan dapat memperparah kondisi kesehatan, terutama terhadap kelompok rentan.




(nir/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads