Fitur live di platform sosial media TikTok menjadi salah satu sumber informasi yang dimiliki masyarakat Indonesia ketika aksi protes terhadap DPR RI dan Kepolisian RI pada akhir Agustus 2025 lalu. Namun, saat aksi demo berlangsung, fitur tersebut sempat dinonaktifkan atau tak bisa digunakan.
Kejadian ini kemudian dianggap sebagai upaya pembungkaman terkait kebebasan berpendapat. Terkait hal ini, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Syaifa Tania beri pendapat.
Ia menyebut, kejadian ini cukup disayangkan karena live TikTok termasuk salah satu medium jurnalisme warga. Dinonaktifkannya fitur live TikTok mengakibatkan masyarakat kehilangan informasi langsung tanpa intervensi atau sensor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penonaktifan fitur ini tentu mengakibatkan masyarakat kehilangan satu saluran informasi yang penting untuk berbagi informasi secara langsung," ucap Tania dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (3/9/2025).
Pengaruhi Hak Masyarakat untuk Berekspresi
Hilangnya fitur live TikTok disebut merupakan langkah inisiatif dari platform media sosial tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk menghindari penyebaran konten kekerasan, hoaks, ujaran kebencian, dan lainnya.
Alih-alih menenangkan, Tania menilai langkah itu semakin menimbulkan protes. Menurutnya, masyarakat memerlukan platform yang memfasilitasi proses komunikasi lebih terbuka, tanpa intervensi atau sensor.
Tania menyebut, berbagai platform media sosial saat ini memiliki peran yang besar. Di mana, platform berperan sebagai titik temu digital yang memungkinkan publik untuk saling terhubung dan menyatakan pendapat.
"Sehingga penonaktifan fitur tersebut dapat berpotensi berpengaruh pada hak masyarakat untuk berekspresi," ujarnya.
Aktivitas Bisnis UMKM Terganggu
Tidak hanya memberikan informasi, fitur live TikTok juga digunakan banyak pelaku bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk berjualan. Penonaktifan fitur tentu akan berdampak pada pemasaran yang dilakukan UMUM dan ekonomi digital.
Untuk itu, ia menyatakan seharusnya kebijakan diambil secara bijaksana. Kebijakan yang diambil perlu didasarkan fitur-fitur apa saja yang berisiko, durasi penonaktifan layanan, dan transparansi proses mengapa kebijakan itu diambil.
"Untuk mendorong ekonomi digital tetap berjalan maka optimalisasi fitur Shop perlu dilakukan dengan berbagai mekanisme pemasaran yang bertujuan agar proses ekonomi tetap berlangsung," terangnya.
Saat ini, live TikTok sudah aktif kembali sejak Selasa, 2 September 2025 dikutip dari detikInet. Berbagai akun UMKM diketahui sudah mulai melakukan aktivitas mereka kembali.
Tetapi ketika hal ini kembali terjadi, Tania memberikan satu solusi preventif yang bisa dilakukan. Solusi yang dimaksud adalah diversifikasi media agar aktivitas ekonomi digital masyarakat tetap berjalan.
Oleh karena itu, Tania menyarankan agar pelaku UMKM bisa memanfaatkan beragam fitur live yang ditawarkan berbagai platform media sosial. Mereka juga perlu merancang media promosi non-live, seperti katalog atau postingan produk di akun masing-masing.
"Meski mungkin penekanan promosi dirasa paling optimal di satu platform tertentu, namun perlu mulai membangun diversifikasi promosi di berbagai kanal platform lain yang nantinya bermanfaat pula untuk ekspansi target pasar," tandasnya.
(det/faz)