Saat Laksamana Maeda Dirikan Sekolah 'Asrama Kemerdekaan Indonesia'

ADVERTISEMENT

Saat Laksamana Maeda Dirikan Sekolah 'Asrama Kemerdekaan Indonesia'

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 18 Agu 2025 14:00 WIB
Tadashi maeda
Laksamana Maeda. (Foto: dok. Wikipedia)
Jakarta -

Nama Laksamana Maeda sangat kental dengan prosesi kemerdekaan Indonesia. Tak hanya menyediakan rumah untuk menulis teks proklamasi, ia juga mendirikan Asrama Kemerdekaan Indonesia.

Ide itu bermula dari Oktober 1944. Saat itu, Perdana MenteriKoiso mengumumkan tidak lama lagi Indonesia akan memperoleh kemerdekaan. Sejak itu Sukarno menyampaikan pidatonya dengan lebih lugas dan mendorong rakyat untuk siap merdeka. Masyarakat sudah bebas membicarakan tentang kemerdekaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angkatan laut Jepang di bawah Laksamana Maeda mendukung proses kemerdekaan Indonesia. Bersama stafnya, Laksamana Maeda mendirikan suatu sekolah di Jakarta untuk pemuda berusia 18 sampai 20 tahun yang disebut Asrama Indonesia Merdeka.

ADVERTISEMENT

Sekolah itu dipimpin oleh Wikana. Sementara pengajarnya dipilih dari orang-orang nonkomunis antara lain Hatta, Syahrir, Soediro, dan Iwa Kusumasumantri.

Tentang Asrama Kemerdekaan Indonesia

Menurut buku Sejarah Pergerakan Nasional dari Lahirnya Nasionalisme sampai Masa Pendudukan Jepang oleh A Kardiyat Wiharyanto, hal-hal yang diajarkan termasuk nasionalisme, politik, ekonomi, dan sosiologi. Tujuannya agar para pelajar dapat menjadi pemimpin nasional dengan keterampilan dan kesadaran politik.

Bagi Hatta dan Syahrir, proses perkuliahan itu bisa dijadikan momen untuk mempengaruhi pelajar dengan ide-ide baru. Di situ mereka secara leluasa dapat mengutarakan apa saja, termasuk kemerdekaan Indonesia.

Mengingat pengajaran yang bersifat antiimperialisme dan antikapitalisme, maka ide-ide komunis mulai masuk. Di samping mayoritas tamatan sekolah tersebut berorientasi komunis, sejumlah orang Indonesia lainnya ikut mendaftarkan diri.

Pecahnya Asrama Kemerdekaan Indonesia

Di sisi lain, Sukarno dan Hatta tidak ada hubungan dengan gerakan tersebut. Dengan tidak adanya dukungan dari Sukarno dan Hatta, maka organisasi tersebut terpecah belah.

Setelah organisasi tersebut pecah, anggotanya ada yang bergabung dengan kelompok Tan Malaka (Murba), sebagian besar bergabung ke Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) dan ada sedikit yang masuk PKI (yang didirikan kembali bulan Oktober 1945 oleh MohYusuf). Meskipun Wikana menjadi pemimpin teras Pesindo, tetapi organisasi itu tidak menjadi komunis, tetapi cenderung berpandangan fasis.

Walaupun Jepang mendukung gerakan-gerakan bawah tanah yang cenderung berpandangan kiri (Tan Malaka, Syahrir), namun Sukarno-Hatta yakin bahwa Maeda dengan setulus hati menginginkan kemerdekaan Indonesia. Bertolak dari keyakinannya itu, maka kerja sama antara Maeda dengan kedua pemimpin utama pergerakan nasional Indonesia itu semakin erat.

Namun, keberpihakan itu berbuah pahit. Usai kekalahan Jepang dan lahirnya Indonesia, Maeda ditangkap sekutu pada September 1945 bersama stafnya, Shigetada Nishijima. Mereka dipenjara di Glodok dan Salemba. Diinterogasi dan ditekan agar mengakui bahwa Republik Indonesia adalah buatan Jepang. Kendati demikian, mereka bertahan tanpa menyerah.




(nir/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads