Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bapak Pramuka Indonesia yang Juga Mantan Wapres RI

ADVERTISEMENT

Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bapak Pramuka Indonesia yang Juga Mantan Wapres RI

Devita Savitri - detikEdu
Selasa, 12 Agu 2025 15:30 WIB
Hamengkubuwono IX
Mengenal Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bapak Pramuka Indonesia. Foto: Dok. Portal Informasi Indonesia
Jakarta -

Menjelang Hari Pramuka Nasional pada 14 Agustus mendatang tak lengkap rasanya jika tidak kembali mengenang Bapak Pramuka Indonesia. Sosok tersebut ialah Sri Sultan Hamengkubuwono IX (HB IX).

Sri Sultan Hamengkubuwono IX atau Raden Mas Dorodjatun lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat (kini DI Yogyakarta) pada 12 April 1912. Di Kesultanan Yogyakarta, HB IX pernah memimpin menjadi Sultan 1940-1988.

Tak hanya itu, ia juga sempat menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Kariernya dalam dunia politik tidak berhenti di situ, HB IX sempat duduk di bangun kementerian hingga Wakil Presiden Indonesia kedua mendampingi Presiden Soeharto pada 1973-1978.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara jabatannya di pemerintahan mentereng, HB IX lekat dengan bidang sosial. Ia merupakan sosok yang tak terlepaskan sebagai Bapak Pramuka Indonesia dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pertama milik bangsa.

ADVERTISEMENT

Pengusul Nama Pramuka

Pada dasarnya, gerakan pendidikan kepanduan di Tanah Air sudah muncul sejak zaman Hindia-Belanda, seperti yang dikutip dari laman resmi Kwartir Nasional Indonesia. Namun, kelompok kepanduan ini berdiri secara sendiri-sendiri.

Perkembangan kepanduan yang berjalan dengan baik, menarik perhatian Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell. Bersama istri dan anak-anak mereka, ia pernah mengunjungi organisasi kepanduan di Batavia, Semarang, dan Surabaya pada Desember 1934.

Gerakan kepanduan terus berkembang seiring waktu hingga digelar All Indonesian Jamboree atau "Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem" di Yogyakarta, 19-23 Juli 1941.

Susilo Herlambang dalam bukunya, Panduan Lengkap Gerakan Pramuka, menyebut kecintaan Sultan Hamengkubowono IX terhadap dunia kepanduan sudah hadir sejak masih anak-anak.

Pada 1921, ia pernah menjadi anggota Welp (Siaga). Pandu siaga merupakan jenjang kepanduan paling dasar bagi anak usia 6-11 tahun.

Peran HB IX di dunia kepanduan semakin menguat pascakemerdekaan Indonesia. Pada 27-29 Desember 1945, digelar Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakarta.

Kongres tersebut menghasilkan Pandu Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia. Namun, Pandu Rakyat Indonesia dilarang berdiri ketika agresi militer Belanda terjadi pada 1948.

Larangan tersebut membuat organisasi kepanduan lain kembali muncul, bahkan terpecah hingga 100 organisasi. Sejumlah organisasi itu tergabung dalam Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo).

Saat itu, belum ada persatuan yang kuat untuk kepanduan Indonesia. Diketahui, masih ada rasa golongan yang tinggi, sehingga membuat Perkindo menjadi lemah.

Untuk mencegahnya, Presiden Soekarno mengangkat Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi Pandu Agung pada 1960-an. Bersama-sama mereka menggagas peleburan berbagai organisasi kepanduan dalam satu wadah.

Mengutip arsip detikEdu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengusulkan nama pramuka. Inspirasinya dari kata poromuko, yang artinya pasukan terdepan dalam perang.

Istilah pramuka ini lalu menjadi singkatan untuk praja muda karana, yang artinya jiwa muda yang suka berkarya. Organisasi pramuka nasional resmi di Indonesia kelak terbentuk berdasarkan Tap MPRS No II/MPRS/1960 pada 3 Desember 1960.

Presiden Soekarno membubarkan organisasi-organisasi kepanduan di Indonesia dan meleburnya jadi organisasi pramuka. Soekarno pun melantik Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Ka Kwarnas Pertama pada 14 Agustus 1961.

Peran Penting Bapak Pramuka Indonesia

Dalam Buku Biografi Pahlawan Nasional Sultan Hamengkubuwono IX arsip Kemendikdasmen, HB IX adalah sosok yang berperan penting dalam peng-Indonesiaan kepanduan. Ia mencetuskan panggilan "kak" bagi para pembina pramuka untuk mengakrabkan suasana.

Ia juga mempopulerkan "Salam Pramuka" dan terus digunakan hingga saat ini. Jabatan Ketua Kwartir Nasional diembannya sampai 1974 atau selama 15 tahun.

Selama masa bakti itu, ia mempopulerkan gerakan pramuka di tingkat nasional maupun internasional. Pada 1984, HB IX mendapat anugerah lencana Tunas Kencana dari Presiden Soeharto.

Sedangkan di tingkat internasional ia juga mendapat penghargaan tertinggi dalam dunia kepramukaan, yakni Bronze World award dan Boy Scout of America. Di samping penghargaan itu, ia juga ambil peran dalam organisasi kepramukaan dunia yaitu World Organization of Scout Movement yang diketuai oleh Raja Swedia Carl XVI Gustaf.

Julukan Bapak Pramuka Indonesia sendiri ditetapkan dalam Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka 1988 dan tertuang di Surat Keputusan No 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka. Sri Sultan Hamengkubuwono IX meninggal di Washington DC, AS, 1 Oktober 1988 pada usia 76 tahun.




(det/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads