Puncak hujan meteor Perseid akan terjadi pada 12-13 Agustus 2025. Warga dunia bisa melihatnya dari berbagai negara masing-masing, termasuk Indonesia.
Peneliti di Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia, Gerhana Puannandra Putri mengatakan fenomena hujan meteor Perseid sendiri dimulai sejak pertengahan Juli hingga akhir Agustus setiap tahun.
"Sekitar tengah Juli hingga akhir Agustus itu ada hujan meteor Perseid, yang terjadi di sekitar rasi Perseus dan Kasiopeia," terangnya dalam kanal YouTube BRIN Indonesia, Senin (2/12/2024) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari laman Royal Museum Greenwich (RMG), hujan meteor Perseid disebabkan oleh atmosfer Bumi menabrak puing-puing komet 109P atau komet Swift-Tuttle. Meteor yang lebih kecil menguap dan meninggalkan jejak cahaya terang, sedangkan meteor yang lebih besar bisa meledak menjadi bola api.
Puncak hujan meteor Perseid menjadi fenomena istimewa karena jumlah yang melintas bisa mencapai 150 meteor per jam. Meteor-meteor terang ini meninggalkan jejak, atau 'buntut meteor'.
Cara Melihat Hujan Meteor Perseid
RMG menjelaskan, orang dapat melihat hujan meteor Perseids dari mana pun. Namun, memang ada tempat tertentu yang bisa meningkatkan peluang untuk melihat fenomena astronomi ini dengan lebih jelas.
Cari Tempat dengan Cuaca Cerah
Carilah lokasi dengan cuaca malam hingga dini hari yang cerah. Jika ramalan cuaca pada 12-13 Agustus 2025 mendung atau hujan di sebuah daerah, coba pergi ke daerah lain yang cuacanya lebih baik.
Cari Tempat yang Minim Polusi Cahaya
Cari lokasi melihat hujan meteor Perseid yang tidak banyak polusi cahaya dari lampu. Contohnya ke daerah pedesaan atau taman.
Jika tidak bisa pergi ke tempat yang lebih minim penerangan, akali dengan berdiri membelakangi sumber cahaya buatan. Contohnya seperti memunggungi lampu jalan.
RMG menyatakan, hujan meteor Perseid 2025 sendiri terjadi 3 hari setelah Bulan Purnama. Cahaya bulan yang terang menjadi polusi cahaya alami untuk menyaksikan fenomena hujan meteor Perseids.
Selaras, Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) mengatakan, puncak fenomena hujan meteor Perseids tidak tampak sejelas tahun-tahun sebelumnya karena jarak pandang akan terhambat 84 persen oleh bulan purnama. Namun, sejumlah meteor terang dapat tetap terlihat menjelang fajar.
Istirahatkan Mata dari Cahaya Buatan
Beri waktu agar mata dapat menyesuaikan diri dengan kegelapan. Cara ini memungkinkan mata melihat meteor-meteor yang cahayanya lebih redup. Untuk itu, hindari melihat layar ponsel atau lainnya setidaknya 15 menit.
Kendati demikian, penggunaan aplikasi pengamatan bintang juga sebelumnya boleh dicoba. Langkah ini dapat membantu menemukan lokasi pengamatan yang tepat.
Lihat dengan Mata Telanjang
Tidak perlu menggunakan teropong dan teleskop untuk melihat hujan meteor. Keduanya justru membatasi luas langit yang dapat dilihat.
Cara melihat hujan meteor dengan maksimal yakni memandang hamparan langit seluas mungkin. Sebab, meteor dapat muncul dari bagian langit manapun. Untuk itu, cari tempat pengamatan yang tidak terhalang bangunan dan pepohonan.
(twu/nwk)