Miliarder Teknologi Borong Lahan Pertanian, Profesi-Studi Pertanian Moncer Lagi?

ADVERTISEMENT

Miliarder Teknologi Borong Lahan Pertanian, Profesi-Studi Pertanian Moncer Lagi?

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Jumat, 01 Agu 2025 19:00 WIB
Bill Gates dan kepemilikan lahan
Foto: (Tangkapan layar Youtube)
Jakarta -

Segelintir orang-orang terkaya dunia diketahui memborong lahan-lahan pertanian. Apakah profesi dan studi di bidang pertanian akan moncer lagi?

Dilansir dari CNBC Indonesia, para miliarder di bidang teknologi mulai membeli lahan-lahan pertanian. Para miliarder teknologi yang membeli lahan pertanian itu yakni:

1. Bill Gates

Bill Gates melalui perusahaannya Cascade Investment, membeli ratusan ribu hektar lahan pertanian di Amerika Serikat (AS). Pada 2023, Gates diketahui membeli 2.100 hektar lahan pertanian di North Dakota senilai US$13,5 juta (setara Rp 223 miliar).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga saat ini Gates sudah membeli 242 ribu hingga 275 ribu acre (sekitar 97,9 ribu hingga 111,2 ribu hektare) lahan-lahan pertanian di 18-20 negara bagian AS.

Pendiri Microsoft ini tak hanya membeli lahan-lahan pertanian, namun juga membangun ekosistem pertanian masa depan: bibit tahan iklim ekstrem, teknologi irigasi cerdas, dan sistem pertanian regeneratif.

ADVERTISEMENT

2. Jeff Bezos

Pendiri Amazon.com, Jeff Bezos mengikuti langkah Bill Gates. Bezos mengakuisisi sekitar 420 ribu acre (sekitar 169,9 ribu hektare) lahan pertanian yang sebagian besarnya di Texas, AS.

Kocek US$10 miliar (sekitar Rp 165,1 triliun) rela dikeluarkannya untuk berbagai proyek terkait mitigasi perubahan iklim, termasuk pertanian regeneratif. Bezos bahkan mendanai Plenty Unlimited, startup vertical farming yang pernah menyentuh valuasi mendekati US$1 miliar (sekitar Rp 16 triliun).

3. Elon Musk

Elon Musk bercita-cita untuk mengkolonisasi Mars. Namun ternyata dia tak lupa daratan di Bumi secara harfiah. Buktinya SpaceX dan Tesla Energy membiayai riset pertanian berbasis ruang tertutup (closed-loop farming) yang bisa mendukung kehidupan di luar angkasa.

Solar panel Tesla juga dirancang untuk memberi daya pada pertanian modern agar hemat energi. Musk sadar, pangan adalah kunci jika manusia harus hidup di planet lain.

4. Mark Zuckerberg

Mark Zuckerberg, melalui Chan Zuckerberg Initiative, tidak memborong lahan pertanian besar-besaran sih. Tapi mendanai riset pertanian masa depan yakni bioteknologi tanaman dan precision agriculture.

Fokusnya adalah menciptakan pangan yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan tahan iklim ekstrem.

5. Warren Buffet

Warren Buffett, sang orang kaya lama di AS yang juga investor legendaris ini mendukung pertanian konservatif di Amerika Latin dan Afrika. Melalui sang putra, Howard Buffett, perhatiannya pada pertanian difokuskan pada regenerasi tanah yang mulai kehilangan kesuburan akibat eksploitasi berlebihan. Dalam skema ini, lahan bukan sekadar komoditas, tetapi aset strategis jangka panjang.

6. Jack Ma

Sempat menghilang dari publik, Jack Ma sang pendiri Alibaba ini muncul dengan fokus baru pada pertanian.

Langkahnya dimulai dengan mendirikan Digital Agriculture Base di China, memanfaatkan Alibaba Cloud untuk membantu petani menganalisis cuaca, tanah, dan pola tanam secara real-time.

Ia pun mulai menghubungkan petani kecil langsung ke pasar lewat platform e-commerce, memangkas peran tengkulak, dan mendorong pertanian organik bernilai tinggi. Di Jepang, Ma sempat mengunjungi sekolah pertanian untuk mempelajari teknologi agrikultur baru.

Pangan Adalah Kunci

Miliarder teknologi yang juga segelintir orang terkaya di dunia memborong lahan pertanian ini gejala apa sebenarnya? Namun satu hal, para miliarder itu sadar bahwa pangan adalah kunci.

Bill Gates dalam sejumlah pernyataan publik menyebut pangan akan menjadi tantangan terbesar dunia dalam menghadapi perubahan iklim. Siapa yang menguasai pangan, akan memegang kunci stabilitas global.

Sementara Musk sadar, pangan adalah kunci jika manusia harus hidup di planet lain.

Sedangkan Bezos, dari kacamata bisnis, Amazon telah menguasai distribusi barang. Maka Bezos tampaknya ingin memastikan rantai pasok pangan juga berada dalam kendalinya.

Permintaan pangan global terus meningkat, seiring prediksi populasi dunia yang mencapai puncaknya di angka 10,3 miliar jiwa pada 2080-an. World Resources Institute bahkan memperkirakan dunia harus menutup food gap sebesar 56% pada 2050 agar cukup memberi makan seluruh populasi.

Prediksi Pekerjaan Pertanian Moncer Lagi dari WEF

Laporan Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum (WEF) menempatkan petani dan pekerja pertanian sebagai profesi dengan pertumbuhan tertinggi secara global hingga 2030. Diproyeksikan, sektor ini akan membutuhkan tambahan 35 juta pekerja dalam lima tahun ke depan.

Tren transisi hijau, termasuk peningkatan upaya dan investasi untuk mengurangi emisi karbon dan beradaptasi dengan perubahan iklim, merupakan pendorong di balik pertumbuhan pekerjaan ini. Perluasan akses digital dan kenaikan biaya hidup juga berkontribusi pada pertumbuhan peran pekerjaan ini, yang saat ini mempekerjakan lebih dari 200 juta pekerja di seluruh dunia.

Berikut 10 profesi dan pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi secara global menurut Future of Jobs Report 2025 WEF:

1. Pekerja Pertanian, Buruh, dan Pekerja Pertanian Lainnya
2. Pengemudi Truk Ringan atau Layanan Pengiriman
3. Pengembang Perangkat Lunak dan Aplikasi
4. Pembuat Rangka, Penyempurna, dan Pekerja Terkait Bangunan
5. Penjual Toko
6. Pekerja Pengolahan Makanan dan Terkait
7. Pengemudi Mobil, Van, dan Sepeda Motor
8. Profesional Keperawatan
9. Pekerja Penyaji Makanan dan Minuman
10. Manajer Umum dan Operasional

Banyak Petani Lansia Butuh Regenerasi

Presiden World Farmers' Organisation, Arnold Puech Pays d'Alissac mengingatkan, dunia membutuhkan lebih banyak petani muda karena mayoritas petani yang ada saat ini sudah lansia.

"Banyak petani akan segera pensiun. Ini membuka peluang besar bagi generasi muda," ujarnya dalam wawancara di Forum Ekonomi Dunia di Davos dikutip dari World Economic Forum di Jakarta, Kamis (31/7/2025) dilansir dari CNBC Indonesia hari ini.

Namun, banyak anak muda, tampaknya tidak terlalu tertarik terjun ke bidang pertanian. d'Alissac menekankan tiga hal penting agar profesi ini makin menarik yakni pelatihan, akses lahan, dan pembiayaan yang terjangkau.

"Petani muda perlu pendampingan dan pelatihan. Mereka juga butuh akses terhadap lahan jangka panjang agar bisa berinvestasi, serta skema pembiayaan yang tidak memberatkan," katanya.

WEF lewat inisiatif "100 Million Farmers" juga mendorong transisi ke pertanian berkelanjutan dan tangguh iklim yang fokus pada perbaikan kualitas tanah dan akses pembiayaan bagi petani kecil.

Dengan demikian, akankah studi hingga jurusan pertanian akan moncer lagi di masa depan?




(nwk/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads