Sejak eskalasi pada Kamis, 27 Juli 2025 lalu konflik Thailand dan Kamboja masih terjadi. Perang semakin memanas hingga jatuhkan korban tewas.
Sebagai negara tetangga, Indonesia menyoroti konflik dua negara ini. Pakar sekaligus dosen Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Zain Maulana PhD menyinggung peran Indonesia yang sebenarnya vital dalam menyelesaikan konflik Thailand-Kamboja.
Ahli kajian Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ini menilai Indonesia harus proaktif karena merupakan salah satu pendiri ASEAN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walaupun Indonesia memiliki banyak 'mainan' baru di luar sana seperti BRICS dan lainnya, kasus ini semakin menunjukkan bahwa peran Indonesia di ASEAN tidak bisa ditinggalkan," ujarnya dikutip dari laman UMY, Senin (28/7/2025).
Peran Indonesia di Konflik Thailand-Kamboja
Zain mengatakan konflik dua negara ini akan menjadi ujian besar bagi anggota ASEAN lainnya. Apabila kedua negara masih berkonflik dan tidak ada penyelesaian, maka anggota ASEAN, khususnya negara pendirinya seperti Indonesia, akan dipertanyakan oleh dunia.
Menurut Zain, Indonesia sebenarnya memiliki beban moral dalam menjaga persaudaraan lintas batas ini. Terlebih, Indonesia merupakan pendiri dan pemimpin kultural di ASEAN.
Zain menyoroti Presiden Prabowo, yang seharusnya punya peran besar karena modal latar belakang pertahanan dan militer yang kuat.
"Seharusnya ini menjadi pertaruhan. Bagaimana Prabowo menuntun atau terlibat dalam isu ini dengan menggunakan ASEAN," kata Zain.
ASEAN Kurang Proaktif Bantu Selesaikan Konflik
Zain melihat kasus Kamboja dan Thailand sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kasus sengketa Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia di masa lalu. Namun, Indonesia dan Malaysia bisa lebih cepat membereskannya lantaran keduanya proaktif.
"Thailand dan Kamboja sudah lama tidak menunjukkan keinginan proaktif untuk menyelesaikan sengketa melalui mekanisme perundingan internasional," jelasnya.
Di samping itu, peran ASEAN cukup kaku karena berprinsipkan non-interversi. Terlebih jika sudah menyangkut soal batas wilayah atau kedaulatan.
Di ASEAN, peran setiap negara pada integritas teritorial dan kedaulatan cenderung sensitif. ASEAN akan memberikan bantuan jika pihak yang berkonflik memintanya.
"Ketika ada negara anggota yang mengalami persoalan dalam isu tersebut, ASEAN cenderung menunggu daripada proaktif mengambil langkah," tambah Zain.
Zain mengamati, negara-negara di ASEAN masih menimbang sisi dampak keamanan, ekonomi, peningkatan jumlah korban, hingga stabilitas politik. Akibatnya, peran ASEAN masih terbilang pasif.
(cyu/twu)