Indonesia Bakal Punya Alat Carbon Dating untuk Penanggalan sampai Jutaan Tahun

ADVERTISEMENT

Indonesia Bakal Punya Alat Carbon Dating untuk Penanggalan sampai Jutaan Tahun

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 18 Jul 2025 11:30 WIB
Menteri Kebudayaan Fadli Zon fasilitas penyimpanan koleksi ilmiah arkeologi di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (30/6/2025).
Mendbud Fadli Zon kunjungi pusat penyimpanan arkeologi BRIN di Cibinong. Foto: Rizqy Nur Amalia/detikINET
Jakarta -

Indonesia bakal memiliki alat carbon dating (penanggalan radiokarbon) untuk mengukur usia benda purbakala hingga jutaan tahun. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan yang ada di pihaknya saat ini baru alat carbon dating untuk pengukuran usia hingga 50 ribu tahun.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyebut sebenarnya BRIN tahun ini akan melakukan instalasi yang alat carbon dating untuk menentukan usia benda bersejarah hingga jutaan tahun, yang berbasis teknologi akselerator. Namun, instalasinya ditunda hingga tahun depan karena proses kustomisasinya berlangsung selama dua tahun.

"Kami sepakat dengan Kementerian Kebudayaan dengan Pak Fadli Zon dan teman-teman bahwa posisi BRIN itu ada di hulu. Jadi, itu mengapa semua koleksi ilmiah terkait dengan artefak, ekofak dari arkeologi, manuskrip Nusantara yang kuno-kuno, kemudian juga audio visual yang terkait dengan bahasa lokal yang hampir punah dan sebagainya, itu disimpan di BRIN karena kami yang memiliki infrastruktur tersebut," terang Laksana dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi X DPR pada Kamis (17/7/2025), yang dilansir oleh YouTube TVR Parlemen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cukup Satu Alat Carbon Dating

Kepala BRIN menegaskan cukup ada satu alat carbon dating.

"Cukup satu (alat carbon dating) karena semua spesimen itu memang harus disimpan di Cibinong sekarang. Jadi wajib simpan ke sana karena spesimen tersebut belum menjadi benda budaya," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Untuk dijadikan sebagai benda budaya, maka suatu spesimen perlu diteliti terlebih dahulu oleh BRIN. Laksana menekankan alat carbon dating memiliki harga yang mahal dengan pemeliharaan operasional yang tinggi. Alat tersebut harus berada di kawasan nuklir.

"Itu harganya saja sudah hampir Rp 70 miliar dengan operational cost yang sangat tinggi. Dan kalau di kami sudah memiliki semua itu karena memang kami ada orang nuklir. Jadi alat-alat seperti itu yang membuat memang lebih murah diletakkan di BRIN," terang Kepala BRIN.

"Toh semua infrastruktur di BRIN itu kan dibuka untuk umum," tegasnya.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads