18 Bahasa Daerah Paling Aman dari Kepunahan, Ada dari Wilayahmu?

ADVERTISEMENT

18 Bahasa Daerah Paling Aman dari Kepunahan, Ada dari Wilayahmu?

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 25 Jun 2025 15:30 WIB
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Hafidz Muksin
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Hafidz Muksin. Foto: Cicin Yulianti
Jakarta -

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Hafidz Muksin menyebut dari 718 bahasa daerah yang ada di Indonesia, hanya ada 18 yang dalam kondisi aman dan tetap eksis.

"Kalau bahasa daerah yang kita kategorikan aman adalah bahasa yang masih dipakai setidaknya oleh semua anak-anak dan orang tua dalam etnik tertentu," katanya saat dihubungi detikEdu, Rabu (25/6/2025).

Bahasa-bahasa tersebut antara lain bahasa Bugis, Makassar, Muna, Aceh, Melayu, Minangkabau, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Sumbawa, Sentani, Awban, Korowai, Tokuni, Biak, Serui, dan Kuri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahasa Jawa-Sunda Paling Banyak Penutur

Sebanyak 18 bahasa tersebut dinyatakan dalam kondisi aman berdasarkan nilai daya hidup bahasa UNESCO pada 2003. Bahasa-bahasa tersebut artinya masih dituturkan oleh semua generasi dan transmisi antargenerasi yang tidak terputus

"Contoh bahasa Sunda Ini masuk dalam kategori yang aman sebenarnya karena orang tua, anak-anak di wilayah-wilayah Sunda Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Begitu juga misalnya bahasa Bali. Menurut Hafidz juga ada dalam kategori aman karena beberapa wilayah di Bali komunikasi masyarakat masih menggunakan bahasa Bali termasuk dalam acara-acara adat dan agama.

"Begitu juga bahasa Jawa. Bahasa Jawa masuk kategori aman sebenarnya karena masih banyak aktivitas-aktivitas dan kegiatan di lingkungan keluarga, masyarakat budaya, juga menggunakan bahasa Jawa," terangnya.

Upaya Revitalisasi Daerah

Di samping bahasa-bahasa yang masih eksis tersebut, ada beberapa bahasa yang terancam punah bahkan sudah punah. Berdasarkan catatan Badan Bahasa, pada 2019 ada sebanyak 11 bahasa yang punah.

Kemudian, 18 bahasa berstatus aman, 21 rentan, 3 alami kemunduran, 29 terancam punah, 8 kritis, dan 5 punah. Hafidz mengatakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa punya target merevitalisasi 120 bahasa daerah tahun ini.

"Pertama tentu kita melihat keberhasilan dari sisi jumlah jumlah sasaran bahasa daerah yang direvitalisasi jadi di tahun 2021 itu kita baru melakukan upaya ini sebagai upaya percontohan di 3 provinsi yaitu Jawa Tengah Jawa Barat dan Sulawesi Selatan," ungkap pria kelahiran Purbalingga tersebut.

Upaya revitalisasi bahasa daerah juga dilakukan di sekolah lewat muatan lokal. Dari tahun ke tahun, jumlah sasaran pembelajaran bahasa daerah pun semakin meningkat.

Pada 2022, ada sebanyak 2,9 juta siswa belajar bahasa daerah. Kemudian pada 2023 meningkat menjadi 4,21 juta.

"Di tahun 2024 tercatat 10.1 juta siswa yang terlibat dalam pembelajaran bahasa daerah artinya ini secara jumlah penerima manfaat yang terimbas juga meningkat itu menurut saya adalah tingkat keberhasilan dari sisi jumlah," ujarnya.

Sasaran tersebut juga dihitung dari jumlah peserta Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN). Ajang tersebut sebagai bentuk apresiasi Badan Bahasa terhadap siswa yang masih melestarikan bahasa daerahnya.

"Kita lakukan festival Tunas Bahasa Ibu Nasional sebagai ajang selebrasi ajang apresiasi dan juga ajang kreativitas anak setelah mereka pelajari," katanya.




(cyu/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads