Pasca serangan Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir Iran, timbul beberapa kekhawatiran dari masyarakat. Salah satu kekhawatiran diutarakan oleh Guru Besar Ilmu Politik Islam UIN Jakarta, Khamami Zada.
Khamami menuturkan serangan tersebut dikhawatirkan memicu perang, mengancam masa depan perdamaian dunia, bahkan memantik radikalisme berbasis agama.
Ia menegaskan serangan AS berpotensi memicu kebangkitan jaringan radikalisme dan terorisme. Menurutnya sel-sel yang sedang tidur dan tengah menunggu waktu yang tepat, akan terbangun dan tersadar Islam tengah diserang Barat.
Bangkitnya Radikalisme Akan Sangat Berbahaya
Selama ini, kata Khamami, Iran yang berideologi Syiah terus dilawan kelompok radikal. Namun, dalam situasi akhir-akhir ini sentimen keislaman akan mudah digunakan untuk melakukan radikalisme karena Islam tengah diserang AS dan Israel.
"Bukankah selama ini, kelompok Syiah, seperti Iran, Houthi di Yaman, dan Hizbullah di Lebanon berjuang bersama Hamas (Palestina) melawan Israel. Bangkitnya radikalisme dan bahkan terorisme akan sangat berbahaya bagi keamanan dunia," jelas pakar kajian radikalisme itu.
"Para pejuang yang melawan Israel dan Amerika Serikat akan semakin banyak. Bukan hanya di kalangan Syiah, tapi juga kelompok Sunni. Mereka bersatu melawan Israel dan Amerika Serikat," lanjutnya melalui keterangan tertulis yang diterima detikEdu, Rabu (25/6/2025).
Siapa Potensi Targetnya?
Khamami menyampaikan, sekarang ini yang perlu diwaspadai adalah pola-pola radikalisme dan terorisme di sejumlah negara. Ia menyebut mereka akan menargetkan orang-orang Barat, fasilitas AS seperti kedutaan; perkantoran; perhotelan; dan perusahaan yang berafiliasi dengan AS.
"Banyak negara akan sulit mengendalikan dampak buruk dari serangan Amerika Serikat," tandasnya.
Khamami menyebut Indonesia sebagai negara yang berhasil menangani radikalisme dan terorisme dalam beberapa tahun belakangan ini, harus meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah sel-sel terorisme bergerak menyerang fasilitas-fasilitas untuk orang Barat di Indonesia.
"Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan dengan tetap membangun kohesivitas di tengah masyarakat khususnya umat beragama," pungkas dosen program studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta itu
Simak Video "Video: Waspada! Ancaman Propaganda Radikalisme Lewat Game Online-Sosmed"
(nah/faz)