3 Negara Ini Paling Dirugikan Jika Iran Tutup Selat Hormuz, Mana Saja?

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 25 Jun 2025 14:00 WIB
Foto: Kapal tanker minyak melewati Selat Hormuz, 21 Desember 2018. (REUTERS/Hamad I Mohammed/Foto File)
Jakarta -

Pengamat sekaligus mantan kepala intelijen Inggris MI6, Sir Alex Younger mengatakan konflik Israel dan Iran bisa berdampak buruk pada perdagangan dunia. Iran bisa saja memblokade jalur Selat Hormuz.

"Menutup selat itu jelas akan menjadi masalah ekonomi yang luar biasa mengingat dampaknya terhadap harga minyak," katanya kepada BBC, dikutip Rabu (25/6/2025).

Jika memang hal itu terjadi, asisten profesor di Universitas Kuwait, Bader Al-Saif mengatakan negara-negara yang bergantung pada ekspor energi dari teluk akan alami kerugian besar.

"Hal itu akan berdampak langsung pada pasar dunia, karena Anda akan melihat kenaikan harga minyak, [dan] Anda akan melihat pasar saham bereaksi sangat gugup terhadap apa yang terjadi," kata Al-Saif.

Ada Apa di Selat Hormuz Iran?

Sebanyak 20% minyak dan gas dunia diangkut melewati Selat Hormuz. Sehingga selat ini menjadi penting bagi ekonomi beberapa negara pengimpor minyak dari sana.

Letak Selat Hormuz berbatasan dengan Iran di sebelah utara dan Oman serta Uni Emirat Arab (UEA) di sebelah selatan. Lebar selat ini sekitar 50 km pada pintu masuk dan keluarnya.

Pada awal 2023 lalu, ada sebanyak 20 juta barel minyak yang melewati selat ini. Berdasarkan data Badan Informasi Energi AS (EIA), nilai perdagangan di sana artinya bisa mencapai (£448 miliar) per tahun.

Iran sendiri menjadi negara yang sering memblokir pelayaran melalui selat tersebut. Bahkan, negara ini memblokir 3.000 kapal tiap bulannya.

Iran bisa memasang ranjau menggunakan kapal serang cepat atau kapal selam. Kapal cepat Iran ini dikenal punya senjata rudal antikapal.

Negara-negara Paling Merugi Jika Selat Hormuz Tutup

1. China

Negara berikutnya adalah China. Negara ini diperkirakan membeli sekitar 90% minyak yang diekspor Iran ke pasar global.

Dampaknya, biaya bahan bakar dan produksi di China bisa meningkat. Selain itu, biaya manufaktur dapat meningkat mengingat China adalah produsen barang di banyak negara.

Per harinya, China mengimpor 1,3 juta barel minyak mentah. Kenaikan harga barang di China lalu bisa memicu inflasi di negara-negara importirnya.

2. India

India mengimpor 2,1 juta barel minyak mentah sehari lewat koridor tersebut pada kuartal pertama, menurut data EIA. Sebanyak 53 persen minyak impor India dilakukan pada awal 2025 dari Timur Tengah.

Mengingat konflik di Timur Tengah terus hangat, India meningkatkan impor minyak Rusia selama tiga tahun terakhir ini. Meski demikian, negara ini masih sangat bergantung pada Irak dan Arab.

3. Korea Selatan

Ada sebanyak 68 persen minyak mentah diimpor Korea Selatan melewati Selat Hormuz. Tahun ini pun ada sebanyak 1,7 juta barel yang telah masuk.

Negara ini sangat bergantung pada ekspor dari Arab. Dikarenakan adanya konflik Iran dan Israel, pejabat setempat telah menyiapkan kemungkinan lain jika gangguan Selat Hormuz terjadi.

"Pemerintah dan pemangku kepentingan industri telah bersiap menghadapi keadaan darurat dengan menjaga cadangan minyak strategis yang setara dengan pasokan sekitar 200 hari," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip dari English Al Arabiya.



Simak Video "Video: Menakar Dampak Global Akibat Penutupan Selat Hormuz oleh Iran"

(cyu/nah)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork