Kecamuk di Timur Tengah antara Israel dan Iran dan kini AS ikut terlibat, membuat dunia khawatir akan kondusifitas Selat Hormuz. Banyak negara berharap Iran tak menutup jalur minyak dunia itu.
"Menutup Selat [Hormuz] jelas akan menjadi masalah ekonomi yang luar biasa mengingat dampaknya terhadap harga minyak," kata mantan kepala badan intelijen Inggris MI6, Sir Alex Younger, menurut BBC, Kamis (19/6/2025), dilansir detikNews.
Kekhawatiran itu tak berlebihan. Sebab pada awal tahun ini, Komandan Angkatan Laut Garda Revolusi, Alireza Tangsiri, menyatakan, "Kami punya kemampuan menutup Selat Hormuz."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Perang' di Timur Tengah
Ketegangan terjadi antara Israel dan Iran sejak Jumat (13/6). Israel menyerang Iran, termasuk Ibu Kota Teheran, dengan dalih menyasar fasilitas nuklir. Iran membalas, menembakkan rudalnya ke Tel Aviv, dan kota-kota lain.
AS ikut turun gelanggang. Presiden Donald Trump menyatakan pihaknya telah menghancurkan 3 fasilitas nuklir Iran dalam serangan tersistem pada Sabtu (21/6).
Iran merespons. Selain membalas dan menyerang Israel, di kalangan parlemen menyeruak opsi menutup Selat Hormuz.
"Iran memiliki banyak pilihan untuk membalas musuh-musuhnya dan menggunakan pilihan tersebut berdasarkan situasi yang ada. Menutup Selat Hormuz merupakan salah satu opsi potensial bagi Iran," kata Anggota Presidium Komite Keamanan Nasional Parlemen Iran berdasarkan laporan kantor berita semi resmi Mehr, dikutip dari Reuters, Senin (23/6/2025), dilansir detikFinance.
"Jika AS secara resmi dan operasional memasuki perang untuk mendukung Zionis (Israel), itu adalah hak sah Iran dalam rangka menekan AS dan negara-negara Barat untuk mengganggu kemudahan transit perdagangan minyak mereka," kata anggota Parlemen lainnya, Ali Yazdikhah.
Kekhawatiran Dunia
Amerika Serikat (AS) meminta pemerintah China untuk membujuk Iran agar tidak menutup Selat Hormuz. Permintaan itu disampaikan setelah tiga fasilitas nuklir Iran dibombardir oleh pesawat pengebom AS.
"Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka (Iran-red) tentang hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka," ucap Rubio dalam wawancara dengan program Fox News "Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo", dilansir detikNews.
Kepala Kebijakan Uni Eropa, Kaja Kallas, menyebut menilai sangat berbahaya jika Iran menutup Selat Hormuz yang merupakan jalur vital dalam perdagangan minyak dunia.
Video pernyataan Kallas bisa ditonton di sini.
Tentang Selat Hormuz
Selat Hormuz terletak di antara Oman dan Iran. Perairan ini merupakan rute ekspor utama bagi produsen Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan Kuwait. Sekitar 20% dari konsumsi minyak harian dunia atau sekitar 18 juta barel melewati jalur ini.
Panjang Selat Hormuz kurang lebih 180 kilometer. Lebar titik tersempinya sekitar 33 km (21 mil). Penutupan selat ini akan berdampak kenaikan harga minyak hingga terhentinya pasokan minyak dan barang-barang lainnya.
(trw/des)