Manga alias komik Jepang membuat heboh karena dinilai meramalkan gempa bumi pada Juli 2025. 'BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)-nya' pun cepat-cepat meluruskan.
Manga atau buku komik Jepang yang bikin heboh itu berjudul The Future I Saw karya Ryo Tatsuki, demikian dilansir dari AP News, Jumat (13/6/2025) lalu, dikutip dan ditulis Senin (23/6/2025).
Dalam versi asli tahun 1999, buku tersebut mengklaim bahwa "bencana besar akan terjadi pada Maret 2011." Bulan itu kebetulan merupakan bulan ketika tiga bencana mematikan melanda wilayah Tohoku di Jepang: gempa bumi dahsyat, tsunami, dan kehancuran nuklir yang memicu salah satu bencana nuklir terbesar dalam sejarah, demikian dilansir Washington Post, Kamis (19/6/2025) lalu, dikutip hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, pada 2021, versi terbaru buku tersebut mengklaim 'bencana sebenarnya akan terjadi pada bulan Juli 2025'. Sontak membuat pembaca komik dan penggemar legenda urban di seluruh Asia Timur menjadi heboh.
Teori Tatsuki telah tersebar luas secara daring dalam beberapa bulan terakhir, dengan unggahan dan video di media sosial yang memperingatkan tentang potensi gempa bumi dahsyat yang menarik jutaan penayangan dari khalayak termasuk di Hong Kong, Tiongkok, Taiwan, dan Korea Selatan - yang semuanya termasuk dalam lima pasar wisata teratas bagi Jepang pada 2024 lalu.
Pada saat yang sama, paranormal dari Jepang dan Hong Kong telah menyampaikan peringatan serupa, yang memicu kepanikan yang tidak berdasar secara daring.
Pejabat Jepang Cepat-cepat Meluruskan
Kini, para pejabat Jepang berusaha keras untuk menepis rumor-rumor ini dan menghentikan kepanikan. Direktur Jenderal Badan Meteorologi Jepang Ryoichi Nomura mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir karena bahkan ilmu pengetahuan yang paling maju pun masih belum dapat memprediksi gempa bumi atau tsunami.
"Saat ini, masih mustahil untuk memprediksi gempa bumi dengan waktu, lokasi, atau besarnya yang spesifik," kata Direktur Jenderal Badan Meteorologi Jepang Ryoichi Nomura kepada wartawan pada Jumat, 13 Juni 2025 lalu seperti dilansir AP News.
"Prediksi semacam itu adalah berita bohong, dan sama sekali tidak perlu khawatir tentang disinformasi semacam itu," imbuhnya.
Peringatan terbaru pemerintah Jepang tentang potensi gempa besar yang dapat memicu tsunami dahsyat dalam 30 tahun ke depan tidak membantu meredakan rumor-rumor tersebut.
Kondisi Kegempaan di Jepang
Jepang, yang terletak di ring of fire alias 'cincin api' Pasifik, merupakan salah satu negara yang paling rawan gempa di dunia.
Musim panas lalu, sekelompok seismolog mencatat sedikit peningkatan kemungkinan gempa besar di pantai Pasifik Jepang. Pemerintah menyelenggarakan pekan peningkatan kesadaran bencana. Namun ternyata hal ini hanya memicu aksi belanja panik, penutupan pantai, dan reaksi berlebihan serta keluhan lainnya.
Meskipun penting untuk memberi tahu orang-orang tentang sains, kata Nomura, penting juga bagi setiap orang di negara yang rawan gempa ini untuk mengambil tindakan pencegahan dini.
"Di Jepang, gempa bumi dapat terjadi kapan saja, di mana saja. Oleh karena itu, saya meminta semua orang untuk memanfaatkan kesempatan ini guna memastikan kesiapan menghadapi gempa besar," pesan Nomura soal mitigasi bencana.
Pembatalan Tiket Perjalanan Wisata ke Jepang
Jepang tentu saja cepat meluruskan informasi hoax ini karena berdampak pada pariwisatanya. Dengan adanya informasi ini, Jepang telah menerima pembatalan beberapa tiket dan akomodasi pariwisata pada Juli 2025.
Di Hong Kong saja, dua maskapai penerbangan mengurangi penerbangan ke prefektur selatan Jepang dalam beberapa minggu terakhir. Hong Kong Airlines menarik kembali semua penerbangan antara Kagoshima dan Kumamoto pada musim panas yang tinggi Juli dan Agustus, dengan alasan minat penumpang yang menurun dengan cepat. Prefektur Tokushima, juga di Jepang selatan, mengumumkan Greater Bay Airlines telah mengurangi penerbangannya antara pertengahan Mei dan Oktober.
"Kami terkejut bahwa rumor seperti itu telah menyebabkan pembatalan," kata divisi promosi Pariwisata Tokushima.
Tingkat hunian penerbangan untuk rute ke prefektur Tottori di Jepang barat turun dari sekitar 85 persen selama liburan Paskah pada April menjadi 43,3 persen pada Mei, menurut angka dari gubernur prefektur, Shinji Hirai, dan kantor pariwisata dilansir dari Washington Post.
"Dampaknya cukup signifikan, dan sayangnya, situasinya masih menantang. Kami percaya penting untuk menghadapi fakta dengan tenang dan objektif," kata Hirai pada konferensi pers pada akhir Mei 2025 lalu.
Yuen Chun Ning, kepala eksekutif agen perjalanan Hong Kong WWPKG, yang mengkhususkan diri dalam rute dari Hong Kong dan daratan Tiongkok ke Jepang, menyebut paranoia di antara para pelancong tentang potensi bencana pada Juli sangat mengakar. Beberapa agen perjalanan di Hong Kong mengatakan para pelancong di sana mungkin sangat takut karena mereka berasal dari daerah yang jarang mengalami gempa bumi.
(nwk/nah)