Hari ini, 22 Juni 2025 warga DKI Jakarta tengah merayakan hari kelahiran kotanya. Perayaan kali ini menjadi tahun ke-498 Jakarta dengan tema "Jakarta Kota Global dan Berbudaya".
Setiap HUT Jakarta, pemerintah setempat biasanya akan membuat festival, konser hingga program lainnya yang relevan dan bermanfaat bagi warga, misalnya Jakarta Light Festival, Jakarta Illumination Island, peresmian Transit Oriented Development (TOD) Blok M Hub, dan lainnya.
Sebenarnya, mengapa HUT Jakarta jatuh pada tanggal 22 Juni? Simak sejarahnya berikut ini yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyerangan Pangeran Fatahillah di Sunda Kelapa
Pada tanggal yang sama tapi tahun berbeda yakni 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah dari Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Sunda Kelapa.
Kesultanan Demak dan Cirebon saat itu dipimpin Fatahillah berhasil mengusir mereka. Seperti dikutip dari laman DPRD DKI Jakarta, Sunda Kelapa saat itu adalah pelabuhan terpenting.
Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan terbesar di dunia dan menjadi pusat aktivitas pelayaran dan perdagangan banyak negara seperti Tiongkok, India Selatan, Eropa, Jepang dan Timur Tengah.
Orang Portugis merupakan bangsa pertama yang datang ke pelabuhan. Singkat cerita pada abad ke-16, Surawisesa (Raja Sunda) meminta bantuan orang Portugis yang berada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kalapa.
Benteng tersebut berfungsi sebagai pertahanan atau perlindungan Kerajaan Sunda dari serangan Kerajaan Cirebon. Akan tetapi, sebelum benteng berdiri Fatahillah dari Kesultanan Cirebon melakukan penyerangan.
Serangan tersebut kemudian membumihanguskan kota pelabuhan. Banyak korban jiwa yang tumbang dan tewas.
Fatahillah Mengganti Sunda Kelapa Jadi Jayakarta
Kemenangan Fatahillah membuatnya berpikir bahwa Sunda Kelapa harus berganti nama. Sunda Kelapa akhirnya diubah menjadi Jayakarta yang punya arti 'Kota Kemenangan'.
Kemudian, Fatahillah menyerahkan Jayakarta kepada Sultan Maulana Hasanuddin, pemimpin Kesultanan Banten. Sejak saat itu, Jayakarta semakin dikenal bangsa luar.
Terlebih Belanda datang ke sana mulai 1596. Sehingga pada 1619, VOC sebuah kongsi dagang milik Belanda berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten.
Setelah diambil alih Belanda, nama Jayakarta berubah menjadi Batavia. Kota tersebut pun tumbuh menjadi kota besar dan penting.
Batavia kala itu mencakup wilayah Jakarta Barat, tepatnya kawasan Kota Tua. Batavia sempat dijadikan salah satu karesidenan dalam Provinsi Jawa Barat di samping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.
Hari Ulang Tahun Jakarta Digagas Wali Kota Tahun
Dilansir detikNews yang mengutip laman Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Jakarta Pusat, tanggal 22 Juni ditetapkan oleh Wali Kota Jakarta saat itu yakni Sudiro (1953-1958). Gagasannya berangkat dari pemikiran Kota Jakarta perlu dirayakan sejak berdirinya Batavia.
Ia bersama ahli seperti Mohammad Yamin, Sukanto dan Sudarjo Tjoktosiswoyo melakukan penelitian tentang kapan Jakarta lahir. Mereka memperoleh hasil penetapan bahwa 22 Juni 1527 sebagai hari lahir Jakarta yang saat itu masih bernama Jayakarta.
Sudiro kemudian menyerahkan naskah 'Dari Jayakarta ke Jakarta' kepada Dewan Perwakilan Kota Sementara. Setelah dibahas, tanggal 22 Juni 1957 diterima secara bulat dalam sidang pleno.
(cyu/nah)