Kenapa Kita Tidak Bisa Ingat Kejadian Saat Bayi? Studi Terbaru Punya Petunjuknya

ADVERTISEMENT

Kenapa Kita Tidak Bisa Ingat Kejadian Saat Bayi? Studi Terbaru Punya Petunjuknya

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 18 Jun 2025 20:00 WIB
Kemampuan penglihatan bayi
Foto: Getty Images/Graphicscoco
Jakarta -

Ketika semakin dewasa, kita menyadari tidak dapat mengingat peristiwa-peristiwa tertentu saat masa-masa awal kehidupan, khususnya ketika masih bayi.

Para peneliti telah lama percaya kita tidak mengingat pengalaman-pengalaman ini karena bagian otak yang bertanggung jawab untuk menyimpan ingatan, hipokampus, masih berkembang hingga remaja dan tidak dapat mengodekan ingatan pada tahun-tahun awal kehidupan kita. Namun, penelitian Yale University yang baru menemukan bukti hal itu tidak benar.

Penelitian tersebut berjudul "Hippocampal encoding of memories in human infants" dan diterbitkan dalam jurnal Science Vol 387 No 6740 pada 20 Maret 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti Yale memperlihatkan gambar-gambar baru kepada bayi dan kemudian menguji apakah mereka mengingatnya. Ketika hippocampus bayi lebih aktif saat melihat gambar pertama kali, mereka cenderung mengenali gambar itu di kemudian hari.

Temuan tersebut menunjukkan memori memang dapat dikodekan dalam otak kita pada tahun-tahun pertama kehidupan kita. Dan para peneliti kini tengah meneliti apa yang terjadi pada memori tersebut seiring berjalannya waktu.

ADVERTISEMENT

Amnesia Infantil

Ketidakmampuan kita untuk mengingat peristiwa-peristiwa tertentu padabeberapa tahun pertama kehidupan disebut "amnesia infantil." Mempelajari fenomena ini dinilai merupakan suatu tantangan.

"Ciri khas dari jenis ingatan ini, yang kami sebut ingatan episodik, adalah Anda dapat menggambarkannya kepada orang lain, tetapi itu tidak mungkin dilakukan ketika Anda berhadapan dengan bayi yang belum bisa bicara," kata profesor psikologi di Fakultas Seni dan Sains Yale yang sekaligus penulis senior penelitian tersebut, Nick Turk-Browne.

Untuk riset tersebut, para peneliti ingin mengidentifikasi cara yang kuat untuk menguji ingatan episodik bayi.

Tim yang dipimpin oleh Tristan Yates ini menggunakan pendekatan di mana mereka memperlihatkan kepada bayi berusia empat bulan hingga dua tahun sebuah gambar wajah, objek, atau pemandangan baru. Kemudian, setelah bayi melihat beberapa gambar lain, para peneliti memperlihatkan kepada mereka gambar yang pernah dilihat sebelumnya di samping gambar yang baru.

"Ketika bayi telah melihat sesuatu hanya sekali sebelumnya, kami berharap mereka akan lebih memperhatikannya ketika mereka melihatnya lagi," kata Turk-Browne.

"Jadi dalam tugas ini, jika bayi lebih banyak menatap gambar yang dilihat sebelumnya daripada gambar baru di sebelahnya, dapat diartikan bayi mengenalinya sebagai sesuatu yang familiar," jelasnya, dikutip dari rilis dalam laman resmi kampus.

Dalam studi baru tersebut, tim peneliti mengukur aktivitas di hipokampus bayi saat mereka melihat gambar tersebut. Para ahli ini telah memelopori metode untuk melakukan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) dengan bayi yang terjaga, yang secara historis sebenarnya sulit dilakukan karena rentang perhatian bayi yang pendek dan ketidakmampuan untuk tetap diam atau mengikuti arahan.

Secara khusus, para peneliti menilai apakah aktivitas hipokampus berhubungan dengan kekuatan ingatan bayi. Mereka menemukan semakin besar aktivitas di hipokampus saat bayi melihat gambar baru, semakin lama bayi melihatnya saat gambar tersebut muncul kembali kemudian.

Dan bagian posterior hipokampus di mana aktivitas pengkodean paling kuat adalah area yang sama yang paling terkait dengan memori episodik pada orang dewasa. Posterior hipokampus merupakan bagian yang lebih dekat ke bagian belakang kepala.

Temuan ini berlaku untuk seluruh sampel yang terdiri dari 26 bayi, tetapi paling kuat di antara mereka yang berusia lebih dari 12 bulan (setengah dari kelompok sampel). Efek usia ini mengarah pada teori yang lebih lengkap tentang bagaimana hipokampus berkembang untuk mendukung pembelajaran dan ingatan, kata Turk-Browne.

Sebelumnya, tim peneliti menemukan hipokampus bayi berusia tiga bulan menunjukkan jenis memori berbeda yang disebut "pembelajaran statistik."

Memori episodik berkaitan dengan peristiwa tertentu, sedangkan pembelajaran statistik adalah tentang mengekstraksi pola di seluruh peristiwa. Contoh memori episodik adalah berbagi makanan dengan pengunjung dari luar kota tadi malam. Sementara, pembelajaran statistik adalah mengekstraksi pola di seluruh peristiwa, misalnya seperti apa restoran itu, di lingkungan mana biasanya terdapat masakan itu, atau irama khas saat duduk dan dilayani.

Kedua jenis memori ini menggunakan jalur saraf yang berbeda di hipokampus. Dan dalam studi hewan sebelumnya, para peneliti telah menunjukkan jalur pembelajaran statistik, yang ditemukan di bagian hipokampus yang lebih anterior (area yang lebih dekat ke bagian depan kepala), berkembang lebih awal daripada memori episodik.

Oleh karena itu, Turk-Browne menduga bahwa memori episodik mungkin muncul di kemudian hari pada masa bayi, sekitar satu tahun atau lebih. Ia berpendapat perkembangan ini masuk akal ketika memikirkan kebutuhan bayi.

"Pembelajaran statistik adalah tentang mengekstraksi struktur di dunia sekitar kita," katanya.

"Hal ini penting untuk pengembangan bahasa, penglihatan, konsep, dan banyak lagi. Jadi, dapat dipahami mengapa pembelajaran statistik dapat berperan lebih awal daripada memori episodik," terangnya.

Lantas, Kenapa Tidak Bisa Mengingat Memori Saat Masih Kecil?

Meski begitu, peneliti menunjukkan memori episodik dapat dikodekan oleh hipokampus lebih awal dari yang mereka perkirakan sebelumnya, jauh sebelum memori paling awal yang dapat kita laporkan sebagai orang dewasa. Jadi, apa yang terjadi pada memori ini?

Ada beberapa kemungkinan, kata Turk-Browne. Salah satunya adalah memori tersebut mungkin tidak diubah menjadi penyimpanan jangka panjang dan dengan demikian tidak bertahan lama. Kemungkinan lainnya adalah memori tersebut masih ada lama setelah dikodekan dan kita tidak dapat mengaksesnya. Turk-Browne menduga kemungkinan yang terakhir.

Dalam penelitian yang sedang berlangsung, tim Turk-Browne menguji apakah bayi, balita, dan anak-anak dapat mengingat video rumahan yang diambil dari sudut pandang mereka sebagai bayi (yang lebih muda). Hasil percobaan sementara menunjukkan memori ini mungkin bertahan hingga usia prasekolah sebelum kemudian memudar.

Temuan baru, yang dipimpin oleh Yates, memberikan kaitan yang penting.

"Pekerjaan Tristan pada manusia sangat sesuai dengan bukti hewan terkini yang menunjukkan amnesia infantil merupakan masalah ingatan," kata Turk-Browne.

"Kami berupaya melacak ketahanan memori hipokampus di masa kanak-kanak dan bahkan mulai mempertimbangkan kemungkinan radikal yang hampir seperti fiksi ilmiah di mana memori tersebut dapat bertahan dalam beberapa bentuk hingga dewasa, meskipun tidak dapat diakses," ungkapnya.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads