Dunia internasional dikejutkan oleh serangan besar-besaran yang dilancarkan Israel ke Iran pada Jumat, 13 Juni 2025. Operasi yang diberi nama Operation Rising Lion itu melibatkan sekitar 200 jet tempur yang menyasar langsung ke sejumlah petinggi dan infrastruktur militer Iran.
Tak berhenti pada target militer, serangan juga diarahkan ke berbagai fasilitas nuklir milik Iran. Termasuk menargetkan kediaman ilmuwan nuklir terkemuka yang terlibat dalam program nuklir Iran.
Middle East Eye yang mengutip Reuters mengungkapkan sebanyak 14 ilmuwan nuklir Iran menjadi korban serangan Israel. Beberapa di antaranya digolongkan ilmuwan nuklir senior.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti Rektor Universitas Islam Azad di Teheran, Mohammad Mehdi Tehranchi. Ia seorang fisikawan teoritis lulusan Institute of General Physics of the Russian Academy of Sciences, Moscow.
Tehranchi salah satu pakar utama yang terlibat dalam AMAD Plan, program penting Iran untuk memajukan kemampuan nuklir yang diluncurkan pada awal tahun 2000-an.
Ia masuk dalam Daftar Entitas Departemen AS yang berisi nama-nama pelaku yang "bertindak bertentangan dengan kepentingan keamanan nasional atau kebijakan luar negeri" pada bulan Maret 2020.
Dari kampus lain ada nama Abdolhamid Minouchehr, yang merupakan Kepala Fakultas Teknik Nuklir di Universitas Shahid Beheshti, Teheran. Ia adalah doktor bidang teknik nuklir dari Moscow Engineering Physics Institute.
Minouchehr memainkan peran penting dalam perluasan program penelitian dan pendidikan. Ia adalah seorang pakar di bidang-bidang seperti fisika reaktor, simulasi nuklir, dan rekayasa desain bahan bakar nuklir tingkat lanjut.
Ilmuwan teknik nuklir dari Universitas Shahid Beheshti lainnya yang gugur adalah Ahmad-Reza Zolfaqari. Minouchehr dan Zolfaqari bekerja sama dalam meluncurkan proyek-proyek rekayasa nuklir strategis nasional.
Kemudian ada nama Amir Hossein Faghihi, yang merupakan dosen di Universitas Shahid Beheshti dan sebelumnya menjabat sebagai Wakil Kepala Atomic Energy Organization of Iran (AEOI) dan Kepala Nuclear Science and Technology Research Institute (NSTRI) Iran.
Nama tenar lainnya dari Universitas Shahid Beheshti adalah Fereydoun Abbasi Davani. Abbasi adalah mantan Kepala Atomic Energy Organization of Iran (AEOI).
Dikutip dari Press TV, Abbasi memegang gelar doktor yang berkaitan dengan nuklir dari 3 kampus berbeda. Doktor Teknik Nuklir dari Amir Kabir University of Technology serta Fisika Nuklir dari Universitas Ferdowsi dan Universitas Shahid Beheshti.
Pada tahun 2010, Abbasi selamat dari dua ledakan di Teheran yang menewaskan ilmuwan nuklir lainnya, Majid Shahriari. Iran menyalahkan Israel atas insiden tersebut, meskipun Israel tidak membenarkan atau membantah pembunuhan tersebut.
Fakultas Teknik Nuklir di Universitas Shahid Beheshti mulai dibuka sejak 2006 lalu. Fakultas ini hanya menjalankan program S2 dan S3 di bidang Fuel Cycle, Medical Radiation, Radiation Applications, dan Reaktor.
(pal/nwk)