Alasan Manusia Tidak di Puncak Rantai Makanan, Justru Setara Babi-Teri

ADVERTISEMENT

Alasan Manusia Tidak di Puncak Rantai Makanan, Justru Setara Babi-Teri

Azkia Nurfajrina - detikEdu
Rabu, 08 Jan 2025 07:30 WIB
Ilustrasi manusia sedang berburu
Ilustrasi alasan manusia tidak di puncak rantai makanan meski bisa berburu dan mengkonsumsi daging Foto: Getty Images/visualspace
Jakarta -

Seluruh makhluk hidup makan untuk bertahan hidup, memperoleh energi, dan perbaikan sel. Proses itu dikenal sebagai rantai makanan, yaitu peristiwa makan dan dimakan antara sesama makhluk hidup dengan urutan-urutan tertentu. Misal, belalang memakan daun, kadal memakan belalang, dan kadal dimakan burung elang.

Elang dan singa adalah hewan yang berada di puncak rantai makanan. Keduanya adalah karnivora yang mampu berburu dan makan daging hewan buruannya. Posisi puncak rantai makanan nyatanya tidak ditempati manusia meski bisa berburu dan mengkonsumsi daging.

Alasan Manusia Tidak Berada di Puncak Rantai Makanan

Dilansir Smithsonian Magazine, manusia tidak berada di posisi paling atas rantai makanan karena bukan termasuk predator tingkat atas yang hanya mengkonsumsi daging. Melainkan manusia tergolong omnivora, yaitu pemakan campuran tumbuhan dan daging hewan. Bahkan manusia berkemungkinan menjadi santapan predator tingkat tinggi seperti harimau, singa, dan ular.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekelompok peneliti Prancis dalam studi yang dipublikasi Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada 2013, menghitung tingkat trofik manusia (HTL) di 176 negara dari tahun 1961-2009 menggunakan data pasokan pangan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).

Penelitian itu menyimpulkan, manusia mendapat skor trofik 2,21 dari skala 1 hingga 5, yang berdasarkan pola makannya mirip hewan babi dan ikan teri. Dalam skala tersebut, tingkat trofik 1 ditempati oleh produsen primer misal tumbuhan dan alga. Sementara di puncak skala diduduki oleh hewan pemangsa murni dengan sedikit musuh misal harimau, buaya, beruang kutub, dan paus orca.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan HTL, jika pola makan suatu makhluk terdiri dari setengah produk nabati dan setengah daging maka skor trofiknya yaitu 2,5 atau pertengahan. Semakin banyak memakan daging berarti skor akan meningkat, sebaliknya jika lebih sering mengkonsumsi tumbuhan.

Berdasarkan skor tersebut, posisi manusia dalam rantai makanan berada di tengah-tengah. Hal itu karena manusia termasuk omnivora yang mengkonsumsi nasi, sayuran, roti, hingga daging ikan dan sapi.

Seputar Rantai Makanan

Mengutip Biologi 1 susunan Diah Aryulina, dkk, rantai makanan merupakan peristiwa makan dan dimakan antara sesama makhluk hidup dengan urutan-urutan tertentu. Sebagai contoh, udang memakan lumut, ikan memakan udang, dan ikan dimakan buaya. Jika diilustrasikan, lumut β†’ udang β†’ ikan β†’ buaya.

Setiap makhluk hidup dalam rantai makanan tersebut memiliki peran masing-masing. Ada yang menjadi produsen, konsumen, dan pengurai atau dekomposer.

  • Produsen: menghasilkan makanan lewat fotosintesis dan tidak melakukan proses memakan. Contohnya, tumbuhan hijau, alga, plankton, dan cyanobacteria.
  • Konsumen: pemakan hampir seluruh organisme hidup yang ada di bumi. Ada tiga jenis konsumen; konsumen primer (herbivora), konsumen sekunder (karnivora kecil), dan konsumen tersier (karnivora besar).
  • Pengurai/ Dekomposer: berperan menyelesaikan siklus hidup yang bantu mendaur ulang nutrisi dengan mengembalikannya ke tanah atau lautan agar bisa kembali dimanfaatkan oleh produsen.

Rantai makanan yang paling mudah ditemui contohnya di lingkungan sekitar yaitu rantai makanan perumput (grazing food chain). Jenis rantai makanan ini dimulai dengan tumbuhan sebagai produsen pada tingkat trofik pertamanya.

Di sisi lain, rantai makanan berperan penting bagi makhluk hidup. Keberadaan proses makan-dimakan antar organisme ini mampu menjaga kestabilan ekosistem makhluk hidup hingga mencegah terjadinya kepunahan spesies hewan.




(azn/row)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads