Waspada Sapi Gelonggongan di Idul Adha, Pakar Ungkap Ciri-ciri dan Bahayanya

ADVERTISEMENT

Waspada Sapi Gelonggongan di Idul Adha, Pakar Ungkap Ciri-ciri dan Bahayanya

twu - detikEdu
Jumat, 30 Mei 2025 06:00 WIB
Sapi Kurban Presiden Prabowo untuk Kota Surabaya
Jelang Idul Adha 2025, waspadai daging sapi gelonggongan yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan. Foto: Esti Widiyana
Jakarta - Idul Adha 1446 Hijriah akan jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025. Jelang Hari Raya Kurban ini, perlu diwaspadai terhadap daging sapi gelonggongan demi kesehatan sendiri maupun hewan kurban.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 'gelonggongan' merupakan kata dari bahasa Jawa yang artinya daging dari hewan potong yang sebelum penyembelihan dipaksa minum dalam jumlah besar untuk meningkatkan massa atau bobot daging agar harga jualnya lebih tinggi.

Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB), IPB University Dr drh Denny Widaya Lukman mengatakan praktik gelonggongan sangat menyiksa hewan. Praktik ini juga bertentangan dengan prinsip kesejahteraan hewan serta syariat penyembelihan dalam Islam.

"Cara seperti ini (gelonggongan) sangat menyiksa sapi sebelum disembelih. Hal itu tidak mencerminkan prinsip ihsan terhadap hewan dan tidak memenuhi kaidah kesejahteraan hewan," ujar Dr Denny, dikutip dari keterangan resmi kampus, Rabu (28/5/2025).

Prinsip ihsan yang dimaksud yakni melakukan sesuatu dengan cara atau kualitas terbaik atas kesadaran Allah SWT melihat perbuatan makhluknya. Prinsip ini berkaitan dengan iman dan ketakwaan manusia pada Tuhannya, sebagaimana dikutip dari laman Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).

Prinsip ihsan dalam menyembelih hewan dapat dilakukan dengan cara menajamkan pisaunya dan membuat hewan yang akan disembelih merasa nyaman atau senang. Kemudian sembelih hewan dengan (tata cara) baik, seperti dijelaskan laman Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).

Ciri-ciri Sapi Gelonggongan

Denny menjelaskan, sapi gelonggongan biasanya diminumkan air secara paksa melalui mulut menggunakan selang 1-2 jam sebelum disembelih. Bobot daging sapi gelonggongan jadi meningkat hingga 20-40 persen.

Alhasil, ciri-ciri sapi gelonggongan di antaranya yaitu perut tampak membesar. Sapi juga tampak lemah, beberapa di antaranya sampai tidak bisa berdiri.

Setelah kurban, permukaan daging sapi gelonggongan akan tampak basah. Jika digantung, daging gelonggongan juga meneteskan sedikit air kendati sulit dicek secara kasat mata.

"Kalau 1 kg daging gelonggongan, maka ketika air keluar, bobot bersihnya hanya sekitar 600-800 gram," ucapnya.

Daging gelonggongan juga sulit diidentifikasi jika sudah dibekukan. Untuk itu, Denny menyarankan agar warga memilih daging dalam kemasan berlabel sehingga kualitasnya lebih terjamin.

"Daging gelonggongan yang dibekukan tidak bisa dibedakan dengan daging normal. Maka sebaiknya pilih daging beku yang sudah dikemas dan memiliki label," sambungnya.

Bahaya Daging Sapi Gelonggongan

Peneliti M Munzilin dan rekan-rekan dari Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan IPA Universitas Syiah Kuala (USK) menjelaskan daging sapi gelonggongan memiliki bahaya kesehatan bagi manusia.

Singkatnya, konsumsi daging gelonggongan berisiko menyebabkan keracunan karena memiliki kandungan air tinggi, cepat busuk, dan rentan terkontaminasi patogen, yaitu mikroorganisme seperti virus, bakteri dan jamur yang bisa menyebabkan infeksi dan penyakit.

Seperti Daging Bangkai

Dalam Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Universitas Teuku Umar (UTU), Munzilin dan rekan-rekan menjelaskan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan praktik gelonggongan membuat sapi terpaksa menelan air dalam jumlah besar dan bertekanan tinggi. Lambung sapi menjadi penuh air sehingga kerja jantung sapi melemah.

Akibatnya, saat sapi disembelih, tekanan darahnya menjadi rendah. Darah sapi tidak bisa keluar sepenuhnya dari badannya. Daging sapi tersebut jadi masih mengandung banyak darah dan hemoglobin. Hasil pengujian menunjukkan daging sapi gelonggongan tidak berbeda dengan daging sapi bangkai, yakni yang mati sebelum disembelih.

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Firman dalam laman resmi kampusnya, menjelaskan, darah yang memenuhi aliran darah dan otot hewan menjadi media tumbuh mikroorganisme sehingga daging hewan tersebut jadi berbahaya untuk dikonsumsi.

"Di sinilah kemudian mikroba (bakteri, kuman, jamur dan virus) berkembang sangat cepat, itulah mengapa bangkai akan cepat membusuk, dan tentu bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila daging yang sudah jadi bangkai dikonsumsi," ucapnya.

Daging Membusuk

Bakteri, virus, dan mikroorganisme seperti protozoa, serta cemaran insektisida pada air gelonggongan dapat terserap ke dalam darah dan daging sapi. Keberadaan bakteri dan kandungan air memicu proses pembusukan daging sapi gelonggongan.

Daging gelonggongan tidak lagi memiliki nutrisi yang baik akibat proses pembusukan berjalan. Jika dimakan, daging sapi glonggongan dapat menyebabkan mual, muntah, diare, dan keracunan yang berisiko kematian.


(twu/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads