Sejarah Lukisan Michelangelo di Kapel Sistina, 'Saksi Bisu' Terpilihnya Paus Leo XIV

ADVERTISEMENT

Sejarah Lukisan Michelangelo di Kapel Sistina, 'Saksi Bisu' Terpilihnya Paus Leo XIV

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Selasa, 13 Mei 2025 12:00 WIB
A view of the Sistine Chapel ahead of the conclave to elect the next pope at the Vatican, May 6, 2025. Vatican Media/Handout via REUTERS    THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY
Lukisan di dinding dan langit-langit Kapel Sistina Vatikan Foto: Vatican Media/Handout via REUTERS
Jakarta -

Kardinal Robert Francis Prevost terpilih menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma dalam konklaf pada Kamis, 8 Mei 2025 lalu di Kapel Sistina Vatikan menggantikan mendiang Paus Fransiskus.

Terpilihnya kardinal yang lahir di Chicago, Amerika Serikat itu disebut-sebut di luar dugaan. Namanya tak banyak diperbincangkan sebagai kandidat utama layaknya Paus Fransiskus pada konklaf 2013.

Meski tak banyak dibahas, Prevost yang kemudian dikenal dengan nama Paus Leo XIV terpilih dalam waktu relatif singkat kurang dari 2 hari. Seperti diketahui, konklaf resmi dimulai 7 Mei lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belum ada pernyataan resmi dari Vatikan, berapa banyak suara yang diperoleh Paus Leo XIV dari 133 kardinal elektor.

Namun yang pasti, terpilihnya Paus ke-267 itu "disaksikan" magnum opus atau mahakarya seni dalam sejarah dunia yang tak lekang waktu.

ADVERTISEMENT

Lukisan dinding dan langit-langit Kapel Sistina yang dilukis para maestro Renaisans, termasuk Michelangelo Buonarroti seakan menjadi saksi sunyi perjalanan Gereja Katolik memilih pemimpin barunya.

Michelangelo mungkin tak pernah membayangkan lukisan yang awalnya enggan ia kerjakan akan menjadi latar dari keputusan-keputusan monumental Gereja Katolik, termasuk pemilihan Paus.

Dikutip dari History, pada 1508, ketika Paus Yulius II memintanya menghias langit-langit Kapel Sistina, Michelangelo menolak. Seniman yang lahir pada 1475 itu berkeras dirinya bukan seorang pelukis, melainkan pematung.

Saat itu, ia memang tengah sibuk memahat sejumlah patung marmer di makam Paus, proyek yang tak kunjung rampung akibat keterbatasan dana. Selain itu, ia mengaku tidak memiliki pengalaman apa pun dengan fresko (lukisan dinding).

Namun akhirnya, Michelangelo menerima tantangan tersebut. Ia lantas meneken kontrak pada bulan Mei 1508 dengan tugas untuk mengganti langit-langit Kapel Sistina yang dicat berwarna biru dan bergambar bintang-bintang.

Seniman dari Firenze, Italia itu menghabiskan empat tahun di atas perancah kayu. Berdiri sambil melukis langit-langit kapel yang memiliki luas sekitar 800 meter persegi dengan ketinggian sekitar 20 meter.

Banyak orang mengira ia melukis sambil berbaring di perancah. Namun, sebenarnya, Michelangelo dan asistennya menggunakan perancah kayu yang didesain khusus sehingga memungkinkan mereka berdiri tegak untuk melukis.

Lukisan-lukisan di langit-langit tersebut bertahan dengan sangat baik selama lima abad sejak selesai dibangun. Lukisan tersebut dibagi beberapa panel yang menggambarkan sejumlah episode Kitab Kejadian mulai dari kisah penciptaan manusia hingga Nuh dan Banjir Besar.

Salah satu episode yang paling terkenal adalah La Creazione di Adamo atau "Penciptaan Adam". Lukisan ini menggambarkan momen ketika Tuhan mengulurkan tangan ke Bumi untuk menciptakan manusia.

Michelangelo menuntaskan semua lukisan di langit-langit tersebut selama kurang lebih 4 tahun.

Selain bagian langit-langit, sekitar seperempat abad kemudian Michelangelo kembali ke Kapel Sistina. Kali ini, ia diberi tugas melukis dinding di belakang altar. Lukisan ini diberi nama Il Giudizio Universale atau "Penghakiman Terakhir".

Kontroversi Lukisan "Penghakiman Terakhir" >>>

Karya ini tak hanya disambut dengan pujian, tetapi juga memicu kritik tajam dari sejumlah tokoh saat itu. Salah satunya datang dari pejabat Vatikan Biagio Martinelli.

Dikutip dari laman museivaticani, Biagio mengecam keras keberadaan banyak figur telanjang dalam karya tersebut. Menurutnya, sosok telanjang tak pantas ditampilkan di tempat suci.

A view of the Sistine Chapel ahead of the conclave to elect the next pope at the Vatican, May 6, 2025. Vatican Media/Handout via REUTERS    THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTYLukisan "Penghakiman Terakhir" di dinding belakang altar Kapel Sistina Vatikan Foto: Vatican Media/Handout via REUTERS

"Tak layak melukis begitu banyak tubuh telanjang di tempat yang begitu mulia, yang secara terang-terangan memperlihatkan bagian-bagian yang memalukan. Karya semacam itu lebih cocok untuk pemandian umum atau kedai, bukan untuk kapel kepausan," ujar Biagia dikutip dari laman tersebut.

Kontroversi atas Il Giudizio Universale tidak mereda dalam waktu singkat. Perdebatan publik yang berlangsung selama bertahun-tahun akhirnya mendorong Kongregasi Konsili Trente pada tahun 1564 untuk mengambil tindakan.

Mereka memutuskan untuk menutup sejumlah figur yang dinilai tidak senonoh dalam lukisan tersebut. Tugas menambahkan kain penutup yang kemudian dikenal sebagai braghe atau celana diberikan kepada pelukis Daniele da Volterra. Sejak saat itu, Daniele dijuluki Il Braghettone atau "Si Pemasang Celana".


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads