Istana Rahasia Paus yang Dibangun Sebelum Vatikan Ditemukan di Roma

ADVERTISEMENT

Istana Rahasia Paus yang Dibangun Sebelum Vatikan Ditemukan di Roma

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Sabtu, 10 Mei 2025 19:00 WIB
Istana paus sebelum Vatikan ditemukan di Roma
Foto: (Kementerian Kebudayaan Italia via Daily Mail)
Jakarta -

Istana rahasia paus sebelum Vatikan ditemukan dalam ekskavasi di Roma. Istana paus itu ditemukan di alun-alun di luar Basilika Agung St. John Lateran.

Menurut para peneliti, tembok tersebut dibangun dengan batu-batu besar yang terbentuk dari abu vulkanik, yang kemungkinan besar merupakan bangunan yang sekarang sudah hilang, demikian rilis dari Kementerian Kebudayaan Italia, dilansir Daily Mail, ditulis Sabtu (10/5/2025).

Bangunan tersebut diyakini telah melindungi Patriarchio atau Patriarkat, sebuah basilika monumental yang dibangun oleh Kaisar Konstantinus pada abad ke-4, tak lama setelah ia menyatakan agama Kristen sebagai agama resmi Roma. Dinding Patriarkat yang ditemukan di sepanjang sisi timur situs penggalian berasal dari antara abad ke-9 dan ke-13, demikian dilansir dari Popular Mechanics.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Patriarkat, tempat tinggal para pemimpin gereja, awalnya terdiri dari aula resepsi besar yang disebut basilika monumental. Selama Abad Pertengahan, bangunan tersebut diperluas untuk menampung kantor paus, yang juga dikenal sebagai kepausan. Kementerian memperkirakan bahwa kepausan tetap berada di bawah Patriarkat hingga 1305 ketika ibu kota kepausan dipindahkan sementara ke Avignon, Prancis. Istana rahasia tersebut menjadi tempat tinggal para paus hingga kepindahan ke Avignon, Prancis dan kepausan kembali ke Roma pada 1377. Vatikan baru berdiri secara resmi pada tahun 1929.

Kementerian Kebudayaan Italia menggambarkan tembok tersebut terdiri dari bagian-bagian yang "digunakan kembali dari bangunan lain yang sudah tidak ada lagi". Tembok itu dibangun selama masa pergolakan di antara keluarga bangsawan di Roma. Dari situ, ada beberapa kepercayaan pada gagasan bahwa tembok tersebut berfungsi sebagai bentuk pertahanan di sekitar basilika.

ADVERTISEMENT

Penemuan tersebut bertepatan dengan pemilihan Kardinal Robert Prevost yang mengejutkan sebagai pemimpin baru Gereja Katolik. Ia adalah paus Amerika Serikat pertama dan menggunakan nama kepausan Leo XIV.

"Ini adalah penemuan yang luar biasa penting bagi kota Roma dan sejarah abad pertengahannya, karena tidak ada penggalian arkeologi yang ekstensif yang pernah dilakukan di alun-alun tersebut pada zaman modern," demikian kata Kementerian Kebudayaan Italia.

Istana ini ditemukan selama renovasi area di sekitar St John Lateran menjelang Yubileum, sebuah acara tahunan yang dimulai pada Desember, magnet bagi lebih dari 30 juta peziarah dan wisatawan untuk datang ke ibu kota Italia. Yubileum telah dirayakan setiap 25 tahun sejak umat Kristen mengadopsi tradisi tersebut pada 1300. Tema tahun ini adalah 'Peziarah Harapan'.

"Penemuan baru di Piazza San Giovanni di Laterano merupakan demonstrasi lain dari kekayaan wilayah Roma, tambang harta karun arkeologi yang tak ada habisnya. Setiap batu berbicara kepada kita dan menceritakan kisahnya: berkat penemuan-penemuan penting ini, para arkeolog akan dapat mempelajari lebih banyak tentang masa lalu kita," ujar Menteri Kebudayaan Italia Gennaro Sangiuliano.

Istana Paus yang Dilupakan

Para arkeolog mengidentifikasi beberapa tanda restorasi di seluruh bangunan kuno, termasuk berbagai teknik pembangunan. Bergerak ke arah barat, konstruksi bergeser ke teknik yang lebih tidak teratur, yang menampilkan penopang berbentuk baji.

Namun, istana kuno itu berukuran sepersekian dari Vatikan yang membentang seluas 250.000 kaki persegi, yang kira-kira sama panjangnya dengan dua lapangan sepak bola Amerika.

Bagian terakhir, yang mengarah ke area depan basilika, kembali dihadapkan dengan blok tuf, tetapi kali ini ditopang oleh penopang berbentuk persegi.

Fokus bangunan pada pertahanan mungkin terkait dengan fakta bahwa bangunan itu dibangun selama masa konflik internal di Roma, saat keluarga bangsawan yang kuat berjuang untuk menguasai takhta kepausan.

Pasukan dari Sisilia juga menyusup ke Roma pada 846 M, menyerbu kota dan menjarah gereja-gereja termasuk Basilika Santo Petrus. Serangan itu dilakukan oleh Kekhalifahan Aghlabiyah, sebuah dinasti Arab yang menaklukkan sebagian besar wilayah Sisilia, Italia Selatan, dan Sardinia.

Sejarah kekerasan menunjukkan bahwa tembok besar itu mungkin memiliki tujuan defensif, melindungi basilika dan bangunan-bangunan di sekitarnya. Setelah para paus kembali ke Roma dari Avignon dan memindahkan kursi kepausan ke Vatikan, tidak ada lagi kebutuhan untuk mempertahankan Patriarkat. Akibatnya, tembok itu tidak lagi berguna, jadi dirobohkan, dikubur, dan akhirnya dilupakan, demikian menurut para arkeolog.




(nwk/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads