Smart Forest City IKN: Bisakah Teknologi Menjadi Telinga dan Mata Digital di Hutan?

ADVERTISEMENT

Belajar dari Pakar

Smart Forest City IKN: Bisakah Teknologi Menjadi Telinga dan Mata Digital di Hutan?

- detikEdu
Sabtu, 10 Mei 2025 07:00 WIB
Contoh kegiatan survei biodiversitas dengan pemasangan camera trap di lanskap IKN
Contoh kegiatan survei biodiversitas dengan pemasangan camera trap di lanskap IKN Foto: Dok Mukhlisi
Jakarta -

Mengusung konsep, IKN dikabarkan akan memiliki 75% ruang hijau yang didominasi lanskap berhutan. Nuansa khas hutan tropis Kalimantan adalah salah satu hal yang diidamkan. Meskipun luasan kawasan berhutan di IKN saat ini sebetulnya masih jauh dari target yang dicanangkan, tetapi mempertahankan biodiversitas yang masih ada juga tetap harus dijalankan.

Dalam implementasinya, pengelolaan kawasan hutan di IKN kerap diasosiasikan sebagai smart forest city. Sebuah upaya menjadikan infrastruktur kota sebagai bagian dari ekosistem hutan serta mengintegrasikan sistem teknologi di dalam pengelolaannya.

Terkait hal tersebut, maka aspek biodiversitas menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan sebab hutan adalah subjek utamanya. Apalagi, berdasarkan Rencana Induk Pengelolaan Kehati di IKN, disebutkan bahwa dalam radius 50 km dari IKN tercatat setidaknya 3.889 spesies di dalamnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penerapan teknologi untuk pengelolaan biodiversitas, khususnya satwa liar sudah cukup banyak dilakukan di berbagai tempat, seperti penggunaan alat acoustic recorder dan camera trap. Keduanya dapat berperan penting untuk mendukung konservasi biodiversitas sekaligus alat bantu untuk menjaga keamanan hutan, sebab dapat menjadi telinga dan mata digital.

Teknologi camera trap sebetulnya sudah beberapa dekade dimanfaatkan, tetapi mengkombinasikan dengan acoustic recorder yang relatif baru adalah metode yang masih
sedikit dilakukan. Camera trap memanfaatkan teknologi sensor gerak atau thermal untuk mendapatkan data dalam bentuk video dan gambar, sedangkan acoustic recorder memiliki keunggulan untuk mendapatkan data audio.

ADVERTISEMENT

Saat ini keduanya masih menjadi dua alat yang berbeda, tetapi tidak menutup kemungkinan di masa depan akan tercipta sebuah alat yang menggabungkan fungsi keduanya sekaligus.

Potensi Implementasi dan Keuntungan

Acoustic recorder dan camera trap secara tradisional tetap mampu memberikan output data yang handal. Namun demikian, sentuhan inovasi dengan penambahan fitur-fitur teknologi baru, seperti wireless transmission dan kecerdasan buatan (AI) akan menjadikannya lebih powerful dan hadir secara real time.

Aplikasinya di areal hutan IKN setidaknya akan memberikan tiga manfaat utama, yaitu: (1) monitoring keanekaragaman hayati secara berkelanjutan; (2) mendeteksi aktivitas illegal; dan (3) mendukung riset jangka panjang. Untuk mendukung hal tersebut, setiap alat dapat di letakkan di kawasan hutan IKN yang tersebar secara proporsional.

Menyematkan fitur teknologi tambahan pada acoustic recorder dan camera trap dengan wireless transmission, seperti koneksi 4G/5G, radio, atau satelit dapat memberikan kecepatan informasi bagi pihak pengelola hutan. Data berupa visual maupun audio akan dikirimkan secara real time ke server pengelola hutan.

Dalam perspektif keamanan hutan, data yang diterima secara real time memberikan akses kemudahan untuk mendeteksi aktivitas illegal, seperti perburuan satwa, penebangan hutan, dan aktivitas illegal lainnya. Pengolahan informasi dengan otomatisasi kecerdasan buatan juga akan semakin mempercepat proses identifikasi satwa dan kejadian yang sedang terjadi di lapangan.

Di saat bersamaan, data biodiversitas yang tersimpan di storage setiap alat mampu memberikan gambaran tren kekayaan, distribusi, dan populasi satwa liar di setiap petak hutan.

Perubahannya akan terdeteksi dari waktu ke waktu sehingga dapat menjadi informasi ilmiah yang berharga untuk mendukung strategi pengelolaannya. Selain itu, informasi distribusi satwa juga membantu upaya mitigasi konflik satwa dengan manusia melalui pantauan pola pergerakannya.

Saat ini penggunaan teknologi berbasis camera trap dan acoustic recorder dengan fitur tambahan teknologi wireless transmission sudah diuji coba di beberapa tempat di dunia. Meski masih memiliki limitasi, tetapi mampu memberikan potensi yang besar untuk dimanfaatkan. Sebagai contoh, Rainforest Connection (RFCx), sebuah organisasi nirlaba berhasil mengembangkan platform bernama "Guardian System" dengan memanfaatkan jaringan 4G untuk surveilans akustik secara real time.

Tantangan

Teknologi camera trap dan acoustic recorder memang menjanjikan, tetapi ada tantangan dalam penerapannya dalam pengelolaan hutan di IKN jika ingin menambahkan inovasi teknologi di dalamnya. Meskipun demikian, pada kondisi standar penggunaan secara konvensional dengan melengkapinya SD Card dan baterai sudah mampu berfungsi optimal sebagai alat monitoring biodiversitas.

Tantangan utama adalah dari aspek biaya dan kesiapan infrastruktur teknologi. Konektivitas wireless transmission mungkin sulit diaplikasikan di tengah hutan yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Di lain pihak, pemanfaatan teknologi satelit tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan belum sepenuhnya dapat dilakukan.

Kebutuhan energi yang terus-menerus selama instalasi di hutan juga perlu dicarikan solusi melalui pergantian baterai dengan sumber energi alternatif dari solar panel. Selanjutnya, aspek pengolahan data juga menjadi tantangan tersendiri, sebab semua data yang terkoleksi perlu diproses menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan tenaga ahli.

Belum semua data rekaman dapat dikerjakan oleh AI karena baseline data masih terbatas. Selain itu, dari aspek kapasitas penyimpanan dan bandwith jaringan juga menjadi tantangan tersendiri. Bekerja dengan rekaman audio dan video membutuhkan volume penyimpanan maha besar, sehingga diperlukan cloud storage yang memadai.

Tantangan selanjutnya adalah dari sisi keamanan alat. Hutan yang bersifat open access menjadikannya dapat dijangkau dari berbagai sisi, sehingga isu keamanan menjadi penting terkait potensi kehilangan atau pencurian.

Penempatan alat pada ketinggian tertentu di atas pohon dapat membantu mengurangi resiko terutama pada acoustic recorder, tetapi ini sulit diaplikasikan untuk camera trap yang membutuhkan bidang pandang di dekat permukaan tanah.

Langkah Awal

Secara umum, meskipun terdapat berbagai tantangan dan kendala tetapi upaya integrasi camera trap dan acoustic recorder adalah sangat mungkin diterapkan untuk mendukung pengelolaan forest city di IKN. Tanpa tambahan fitur teknologi seperti otomatisasi dan wireless transmission, kedua alat tersebut tetap dapat difungsikan secara optimal.

Kolaborasi dengan berbagai berbagai pihak, baik dari kalangan akademisi, sektor swasta, NGO, dan pemerintah akan memberikan peluang-peluang baru untuk strategi implementasinya. Jika ingin beranjak ke smart forest city, maka memasukkan unsur inovasi teknologi akan semakin mempermudah upaya pengelolaan.

Penyediaan alat dengan integrasi teknologi terkini adalah langkah awal untuk menuju tahap selanjutnya. Sebagai contoh, fasilitas penyimpanan data biodiversitas dengan kapasitas yang besar jika ditampilkan dalam bentuk galeri pada sebuah gedung akan memberikan nilai tambah edukasi.

Masyarakat dapat mengenali biodiversitas IKN dengan sajian-sajian berupa gambar, video, dan rekaman berbagai suara jenis satwa. Pada akhirnya, terlepas dari isu keberlanjutan pembangunan infrastruktur dan pemindahan IKN, kawasan hutan di sekitarnya memang terkenal menjadi hot spot biodiversitas Pulau Kalimantan.

Pengelolaan biodiversitas adalah aspek penting untuk tetap menjamin keseimbangan ekosistem. Untuk mencapainya, acoustic recorder dan camera trap adalah salah satu atribut tambahan yang bisa dioptimalkan sebagai telinga dan mata digital di hutan.

Mukhlisi - Peneliti di Pusat Riset Zoologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (Saat ini sedang menempuh program Degree By Research di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada)




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads