Sejumlah peneliti telah meriset bagaimana menulis secara manual versus menggunakan keyboard memengaruhi kemampuan anak-anak dalam proses belajar membaca dan menulis.
Penelitian ini tertuang dalam artikel ilmiah bertajuk "The impact of handwriting and typing practice in children's letter and word learning: Implications for literacy development" oleh Gorka Ibaibarriaga, Joana Acha, dan Manuel Perea dalam Journal of Experimental Child Psychology Volume 253, May 2025, 106195.
Pada riset tersebut anak-anak berusia 5 tahun diajari alfabet buatan menggunakan berbagai teknik. Kesimpulannya adalah, anak-anak yang dilatih dengan pensil dan kertas lebih mudah menyerap huruf dan kata baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menulis Manual adalah Cara Terbaik
Saat ini di kelas-kelas untuk anak-anak umumnya terdapat perangkat digital untuk digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran tertentu. Misalnya ada program komputer yang ditujukan untuk anak-anak yang sedang belajar membaca dan menulis.
Dikarenakan latihan tersebut dilakukan dengan komputer, para siswa tinggal menekan tombol dan tidak lagi menggunakan pensil dan kertas. Untuk mengukur dampak metode berbasis pengetikan ini, sebuah studi University of the Basque Country (UPV/EHU) ini membuat perbandingan untuk menganalisis dampak latihan alfabet secara manual dan keyboard terhadap keterampilan anak-anak.
"Karena anak-anak semakin jarang menulis dengan tangan, kami ingin meneliti dampaknya terhadap keterampilan alfabet dan ortografi. Dengan kata lain, kami ingin melihat apakah kemampuan mempelajari huruf, mengasimilasi, serta mengingat struktur kata berkembang secara berbeda melalui pelatihan manual atau penggunaan papan ketik," kata peneliti Joana Acha, dikutip dari Science Daily pada Kamis (1/4/2025).
"Kami menyimpulkan bahwa anak-anak yang menggunakan tangan memperoleh hasil terbaik," ujarnya.
Anak-anak Usia 5-6 Dipilih karena...
Untuk mencapai kesimpulan ini, sebuah eksperimen dilakukan terhadap anak-anak berusia 5 hingga 6 tahun. Usia ini dipilih karena merupakan momen yang paling menguntungkan dalam perkembangan mereka.
Faktanya, pada usia ini mereka mulai memperoleh kemampuan membaca dan menulis. Jadi, 50 anak dengan pemahaman membaca dasar diajarkan 9 huruf alfabet Georgia dan Armenia serta 16 kata semu (pseudowords) yang diciptakan oleh para peneliti dengan menggabungkan huruf-huruf tersebut.
"Tujuannya adalah menggunakan huruf dan kata yang sama sekali baru bagi anak-anak untuk memastikan mereka belajar dari awal. Faktanya, penelitian yang dilakukan sejauh ini menggunakan alfabet dalam budaya anak-anak, jadi tidak mudah untuk mengetahui sejauh mana mereka tidak mengetahui simbol-simbol yang disajikan," jelas Acha.
Jadi semua siswa diajarkan huruf dan kata baru, tetapi tidak semuanya dengan cara yang sama. Setengah dari mereka diminta untuk menyalinnya dengan tangan dan setengah lainnya dengan keyboard. Dengan cara itu, penelitian UPV/EHU dapat berfokus pada pentingnya fungsi grafomotor.
Dengan kata lain, seperti apa efek yang ditimbulkan oleh gerakan tangan terhadap proses membaca dan menulis?
Teknologi Hanya Boleh Jadi Pelengkap
Faktanya, ketika kita menulis dengan keyboard, kita tidak menelusuri bentuk huruf. Dengan demikian, fungsi grafomotor memberikan pengaruh yang lebih kecil dalam hal asimilasi struktur huruf dan kata. Sebaliknya, menulis dengan tangan memberikan pengaruh yang lebih besar.
Dikutip dari artikel ilmiah berjudul "Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Teknik Latihan Graphomotor Pada Murid Cerebral Palsy Kelas III Sekolah Dasar Di SLB YPAC Makassar" oleh Naithi, Dra Tatiana Meidina, dan Dr Bastiana dari Universitas Negeri Makassar,grafomotor adalah pergerakan lengan yang diperlukan seseorang untuk menulis.
"Setelah kami mengajarkan huruf dan kata baru kepada setiap kelompok anak dan melatih mereka menggunakan satu metode, kami meminta mereka mengikuti tiga tes untuk menilai pengetahuan yang diperoleh. Kami mengukur kemampuan mereka untuk mengidentifikasi, menulis, dan mengucapkan huruf serta kata semu," jelas Acha.
"Hasilnya dengan jelas menunjukkan bahwa mereka yang berlatih secara manual mengembangkan keterampilan yang lebih baik. Secara khusus, perbedaannya terlihat jelas pada kata semu," imbuhnya.
Menurut Acha, hampir semua anak-anak yang belajar di komputer tidak menyelesaikan latihan urutan huruf dengan benar.
"Jadi, penelitian kami menegaskan bahwa fungsi grafomotor sangat penting dalam menghafal huruf dan struktur kata," jelas Acha.
Namun, mereka tidak hanya melihat dampak dari tingkat gerakan tangan. Kelompok yang menggunakan tangan dan dengan papan ketik masih dibagi lagi menjadi dua subkelompok sejak awal.
Selama pengajaran huruf dan kata, di antara mereka yang bekerja dengan pensil, beberapa diminta untuk mengikuti panduan yang ditandai dengan titik-titik kecil (teknik variabilitas rendah). Sebaliknya, yang lain berlatih tanpa referensi apa pun, yaitu menyalin dengan bebas ke halaman kosong (variabilitas besar).
Peneliti melakukan hal yang sama dengan mereka yang bekerja di komputer. Beberapa selalu menggunakan font yang sama untuk pelatihan (misalnya Tahoma). Sementara yang lain menggunakan font lebih dari satu. Dengan cara itu, para peneliti dapat menganalisis pengaruh faktor variabilitas bentuk selain fungsi grafomotor.
Apa yang didapat peneliti adalah semua yang dilatih dengan tangan lebih kompeten daripada semua yang menggunakan keyboard. Namun, bahkan di antara mereka yang berlatih dengan pensil dan kertas, tetap ada perbedaan.
Mereka yang dilatih dengan bebas memperoleh hasil terbaik.
"Jadi kami menyimpulkan meskipun anak-anak harus menjiplak untuk berlatih pada awalnya, setelah mereka mampu membuat gerakan yang kecil dan tepat, disarankan untuk beralih ke menulis bebas. Namun, yang paling jelas adalah perlunya memprioritaskan latihan manual dalam proses pembelajaran," ungkap Acha.
"Mereka belajar paling baik dari gerakan tangan dan oleh karena itu perangkat teknologi hanya boleh digunakan sebagai pelengkap," kata Acha.
(nah/nwk)