Dolar AS Tembus Rp 17.200, Apa Penyebabnya?

ADVERTISEMENT

Dolar AS Tembus Rp 17.200, Apa Penyebabnya?

detikFinance - detikEdu
Selasa, 08 Apr 2025 11:30 WIB
Tembus Rp 15.500, Dolar AS Makin Menggila
Ilustrasi Dolar AS. (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Dolar AS mencapai Rp 17.200,00 pada Senin (7/4/2025) seperti dilansir dari Bloomberg. Menukik tajam, apa yang menyebabkan rupiah jatuh terhadap dolar?

Diketahui, penurunan nilai rupiah merupakan dampak dari kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menerapkan tarif balasan atau resiprokal terhadap ratusan negara. Trump telah mengumumkan tambahan tarif untuk produk impor asal sejumlah negara, termasuk Indonesia sebesar 32 persen yang mulai berlaku penuh per 9 April 2025.

Dari sisi nilai tukar mata uang sendiri, dolar AS terpantau menguat terhadap rupiah, dikutip dari data Bloomberg, Senin (7/4/2025). Bahkan nilainya sempat menyentuh level Rp 17.200.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sempat menembus Rp 17.217 sekitar pukul 09.15 WIB. Namun, posisi tersebut hanya bertahan singkat dan pada pukul 14.30 bertengger pada level Rp 16.799,5. Angka ini naik 147 poin atau 0,88% dari pembukaannya.

Perang Dagang Jadi Sebabnya

Pengamat mata uang Ibrahim Assuabi mengatakan pelemahan mata uang rupiah ini disebabkan oleh perang dagang.

ADVERTISEMENT

"Untuk saat ini pelemahan mata uang rupiah itu disebabkan oleh perang dagang. Harus diingat, jadi kalau dulu sebelum ada perang dagang, fluktuasi dolar ini sangat berpengaruh terhadap pelemahan penguatan maupun pelemahan mata uang rupiah, tetapi pas terjadi perang dagang, apalagi tanggal 2 April itu dimulainya itu biaya impor tambahan," kata Ibrahim kepada detikFinance dikutip Selasa (8/4/2025).

Ibrahim mengatakan, pemerintah seharusnya telah memiliki solusi untuk meredam pelemahan mata uang rupiah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa bulan terakhir di mana nilai tukar rupiah sempat menguat kemudian kembali melemah.

Selain itu, Ibrahim mendorong pemerintah agar menggelontorkan stimulus kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi-koperasi dalam negeri agar tetap menggeliat. Kemudian, stimulus itu juga diberikan ke masyarakat untuk meningkatkan daya beli, seperti bansos dan BLT.

"Jadi pemerintah ini sudah harus bekerja sampai saat ini dan yang terakhir itu harus mencari eksportir terbaru di negara-negara anggota BRICS maupun di luar anggota BRICS. Supaya apa? Supaya bisa menyeimbangkan antara geopolitik yang terus memanas, kemudian tensi perang dagang yang juga terus berlanjut, cara-cara untuk membenahinya seperti itu," tambahnya.

Rupiah Lawan Melemah

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, kebijakan tarif impor oleh Trump memberikan tekanan nilai mata uang, termasuk rupiah. Kendati demikian, Ariston berpendapat jika rupiah masih rawan melemah.

"Tapi meskipun demikian, rupiah masih rawan melemah dengan sedikit saja isu negatif. Sementara rupiah masih bisa melemah ke arah Rp 16.800-17.000 dengan potensi menguat ke arah 16.300-16.200," kata Ariston.

Untuk itu, Ariston berharap pemerintah dapat mengatasi isu ini dengan baik, seperti negosiasi. Menurut dia, hal tersebut dapat memberikan sentimen positif untuk rupiah setidaknya dalam jangka pendek.

Selain itu, Ariston menilai pemerintah harus bisa mengelola isu internal seperti penurunan daya beli, pemutusan hubungan kerja (PHK), defisit anggaran agar tingkat keyakinan investor meningkat sehingga bisa mendukung penguatan rupiah.

"BI tentu saja diharapkan bisa menahan pelemahan rupiah dengan intervensi-intervensinya dan untuk sementara tidak mengeluarkan kebijakan moneter yang longgar untuk menjaga nilai tukar rupiah," ujarnya.




(nir/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads