Bangkai Paus Digunakan sebagai Terapi Kesehatan pada 1890-an, Kok Bisa?

ADVERTISEMENT

Bangkai Paus Digunakan sebagai Terapi Kesehatan pada 1890-an, Kok Bisa?

Devita Savitri - detikEdu
Minggu, 06 Apr 2025 19:00 WIB
Bangkai paus jadi metode terapi kesehatan di Australia pada 1890-an.
Bangkai paus jadi metode terapi kesehatan di Australia pada 1890-an. Foto: Hulton Archive/GettyImages via Mental Floss
Jakarta -

Paus adalah salah satu makhluk terbesar yang pernah ada di planet Bumi. Beberapa spesies paus mampu memiliki bobot hingga 200 ton.

Banyak yang menganggap mamalia itu mengagumkan dan agung. Namun, komposisi tubuh yang besar itu dapat menjadi masalah saat kematian tiba.

Bangkai paus bisa terdampar di pantai. Ketika membusuk bau yang dihasilkan akan sangat menyengat sehingga lalat bahkan enggan mendekatinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saking baunya bangkai paus, beberapa melaporkan dapat menciumnya dari jarak 6 kilometer jauhnya. Kehadiran bangkai paus yang mati menjadi sebuah berkah bagi penduduk Australia di tahun 1890-an.

Mereka, bahkan tidak ragu untuk masuk ke dalam tubuh bangkai paus agar bisa merasakan manfaat kesehatan. Ya, bangkai paus bermanfaat sebagai pengobatan alami untuk nyeri kronis pada waktu itu.

ADVERTISEMENT

Bangkai Paus Jadi Obat Kesehatan

Mengutip Mental Floss, cerita itu muncul dari sebuah surat kabar London The Pall Malll Gazette, terbitan tahun 1896. Dijelaskan kala itu seorang pria dengan penyakit rematik sedang berjalan di sepanjang stasiun perburuan paus Twofold Bay, New South Wales, Australia.

Pada awal 1890-an, bersama dengan sekelompok teman mereka melihat seekor paus mati. Pria itu kemudian membelah paus tersebut dan memutuskan masuk ke dalam tubuh hewan mati itu

Ia bertahan di dalam tubuh paus dengan bau lemak yang membusuk selama lebih dari 2 jam. Anehnya, ia keluar dengan keadaan tubuh yang cukup segar.

"Ia cukup sadar dan rematik yang dideritanya selama bertahun-tahun telah hilang sepenuhnya," tulis artikel surat kabar itu dengan percaya diri.

Mungkin cerita itu memang penuh khayalan dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Namun setelah kejadian itu industri rumahan pengobatan bangkai paus mulai bermunculan.

Paus memang sudah sejak lama diburu. Mereka mengambil lemak untuk dijadikan minyak yang berharga.

Minyak itu digunakan untuk menyalakan lampu, membuat sabun, dan lain-lain. Ketika khasiat penyembuhan makhluk itu diketahui, peminatnya membludak.

Surat kabar secara teratur melaporkan orang-orang datang mengunjungi Eden, sebuah kota di Twofold Bay. Mereka mencari pengobatan yang tidak biasa itu.

"Di kota Eden, ada [sebuah] hotel tempat para pasien rematik berkumpul. Setelah mendengar berita tentang paus yang diambil, mereka didayung (diatarkan) ke tempat pembuatan (paus mati) dengan perahu," dijelaskan Gazette.

Para pemburu paus menggali semacam lubang sempit di dalam tubuh paus. Di lubang itulah pasien diminta berbaring selama dua jam. Seperti lokasi pemandian, lemak paus yang membusuk akan melumuri tubuh para pasien.

Menurut cerita tahun 1895 dari surat kabar Australia, Snowy River Mail ada tiga pengunjung yang mencoba pengobatan itu selama 90 menit. Mereka bertahan di dalam tubuh paus yang busuk dengan suhu mencapai 105 derajat.

Salah satu pengunjung diidentifikasi sebagai Tuan Anderson. Ia mengklaim tidak lagi membutuhkan kruk (alat bantu berjalan) usai mandi lemak di dalam paus.

Pengunjung lain bersikeras bahwa mereka tidak lagi merasakan sakit yang signifikan di tubuh mereka. Ketiga pengunjung itu menyatakan ingin kembali merasakan pengobatan yang serupa di masa mendatang.

Tetapi sebenarnya proses pengobatan apa yang terjadi? Snowy River Mail tidak menjabarkan penjelasannya, karena menurut mereka tidak seorang pun tahu dengan pasti apa yang terkandung dalam badan paus.

Kendati demikian pendapat umum menyatakan bahwa khasiat penyembuhan bukan berasal dari lemak paus. Melainkan dari gas-gas tertentu yang terkumpul dalam bangkai paus saat proses pembusukan dimulai.

Penulis George Lewis Back juga mengamati praktik ini secara lebih rinci. Ia menjelaskan pasien masuk dari sebuah lubang yang dibuat di satu sisi tubuh paus.

Ketika masuk kaki hingga pinggang pasien akan terbenam di usus paus. Kepala pasien akan keluar dari lubang tersebut agar mereka bisa bernapas. Selama prosesnya gas amoniak akan keluar dari setiap lubang tubuh pasu yang dibiarkan terbuka.

"Pria biasanya telanjang, wanita mengenakan gaun wol yang mereka naiki saat menggali lebih dalam ke dalam mayat (paus)," beber Beck.

Banyak pasien yang tidak dapat bertahan lama. Mereka pingsan atau butuh istirahat sebelum kembali untuk paparan lebih lanjut.

Satu rencana perawatan optimal mengharuskan pasien berada di dalam tubuh paus selama 30 jam. Jika menyelesaikannya, pasien disebut bisa sehat dan rasa sakit reda hingga 12 bulan.

Bangkai paus yang sudah lama lebih disukai pasien daripada yang segar. Tidak ada kriteria paus mana yang bisa menjadi obat, asalkan mereka mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Bertahan hingga Tahun 1911

Penemuan ini menjadi bisnis bagi pemburu paus dan pemilik hotel di wilayah Eden. Mereka mendapat untung besar dengan praktik kesehatan yang tidak diketahui kebenarannya untuk mendapat keuntungan.

Beberapa pasien dikatakan melakukan janji temu seperti mengunjungi dokter. Meski terkenal, ternyata pengobatan di tubuh paus bukanlah satu-satunya pengobatan rematik yang aneh di masa lampau.

Ada pengobatan ramuan, pengobatan 20 jarum kecil dan minyak khusus dari dokter di Paris, pengobatan ditendang keledai, dan lainnya. Tidak jelas berapa lama paus bertahan sebagai obat di Eden.

Paus masih dirujuk sebagai proses pengobatan hingga tahun 1911. Sampai sebuah surat kabar menyoroti bila "dipertanyakan apakah beberapa orang mungkin lebih menyukai rematik daripada pengobatan paus."




(det/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads