Peneliti BRIN Temukan Anggrek Spesies Baru: Berbunga Juli, November, Desember

ADVERTISEMENT

Peneliti BRIN Temukan Anggrek Spesies Baru: Berbunga Juli, November, Desember

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 27 Mar 2025 12:30 WIB
Chiloschista tjiasmantoi sp. nov. (A, B) and Chiloschista javanica (C, D)
Chiloschista tjiasmantoi sp. nov. (A, B) and Chiloschista javanica (C, D). Foto: Destario Metusala
Jakarta -

Indonesia merupakan salah satu pusat penting keanekaragaman anggrek di dunia. Anggrek spesies baru juga masih terus ditemukan.

Sayangnya ada banyak eksplorasi botani yang selama ini lebih fokus pada genus-genus anggrek populer, seperti Phalaenopsis, Dendrobium, dan Bulbophyllum. Sedangkan kelompok anggrek tak berdaun (leafless orchid) kerap kurang memperoleh perhatian.

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional, Destario Metusala mengatakan pada 2019 dalam sebuah survei botani di Aceh, sejumlah individu anggrek Chiloschista ditemukan tumbuh epifit pada pepohonan di perkebunan semi terbuka yang berdekatan dengan hutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anggrek tersebut didominasi tumpukan akar fotosintetik yang berwarna menyerupai warna kulit batang pepohonan, sehingga sulit terlihat.

Menurut Destario, kemunculan organ bunganya yang kecil dan berwarna kuning cerah, sangat penting untuk mendeteksi keberadaannya.

ADVERTISEMENT

Spesies berbunga yang sudah dikoleksi dan diobservasi lebih lanjut memperlihatkan ciri khas morfologi bunga yang berbeda dengan spesies Chiloschista lain, terutama C javanica dan C sweelimii.

Spesies Baru Anggrek

Penelitian lebih lanjut mengonfirmasi anggrek dari Aceh itu merupakan spesies baru yang belum pernah dideskripsikan sebelumnya. Anggrek tersebut juga menjadi catatan pertama keberadaan anggrek Chilochista di Pulau Sumatera.

Nama Chiloschista tjiasmantoi digunakan sebagai penghargaan kepada filantropis lingkungan Wewin Tjiasmanto atas dukungannya pada upaya pelestarian flora di Indonesia, khususnya Aceh.

Destario mengatakan anggrek C Tjiasmantoi masuk kategori Genting atau Endangered menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Redlist. Pasalnya, diperkirakan luas area sebaran dan jumlah populasi yang terbatas dan ancaman ekspansi perkebunan serta perubahan iklim.

"Perluasan kawasan lindung di Aceh perlu segera dilakukan untuk melestarikan berbagai spesies tumbuhan yang terancam kepunahan, terutama spesies unik yang hanya ada di Provinsi Aceh," jelas Destario, dikutip dari siaran pers Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Kamis (27/3/2025).

Ia mengatakan, anggrek C tjiasmantoi mempunyai kuntum dengan lebar 1-1.2 cm dan warna kuning dengan pola bintik jingga atau kemerahan. Pada satu tangkai perbungaan yang panjang, dapat dihasilkan sampai 30 kuntum yang mekar simultan.

Spesies tersebut umumnya ditemukan pada ketinggian 700-1.000 mdpl dan tumbuh menempel pada batang pohon yang tua pada habitat semi terbuka, berangin, dan lembap.

Musim berbunga anggrek C tjiasmantoi biasanya terjadi pertengahan Juli dan awal November hingga akhir Desember.

Mengapa Disebut Anggrek Tak Berdaun?

Destario menyebut anggrek spesies baru ini berevolusi secara unik dengan mereduksi organ daunnya secara ekstrem, sehingga proses fisiologi seperti fotosintesis dilakukan pada akar.

"Keunikan ini membuka peluang riset lanjutan untuk menelisik berbagai aspek biologinya," ujar Destario.

Ia menjelaskan, penyebutan sebagai anggrek tak berdaun karena sepanjang daur hidupnya dalam kondisi tanpa organ daun.

"Semisal pun ditemukan daun, ukurannya amat sangat kecil, itu pun hanya 1-2 helai saja dan akan segera gugur," jelasnya.

Destario menuturkan salah satu genus dalam kelompok anggrek tak berdaun adalah genus Chilochista. Genus tersebut pertama kali dideskripsikan pada 1832, sekarang mencakup 30 spesies yang tersebar di Asia Selatan, Asia Tenggara, hingga Australia.

Anggrek tersebut lebih dikenal oleh para penikmat anggrek di Indonesia sebagai anggrek akar karena penampakannya seperti sekumpulan akar-akar berwarna kehijauan.

Sebelumnya di Indonesia diketahui hanya ada 4 spesies yang bisa ditemukan di Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku.

Sampai sekarang belum ada catatan keberadaan anggrek Chiloschista dari Pulau Sumatera, Kalimantan, serta Papua.

Penelitian ini sendiri telah dipublikasikan dalam jurnal PhytoKeys dengan judul "A new species of genus Chiloschista (Aeridinae, Vandeae, Epidendroideae, Orchidaceae) from Sumatra Island, Indonesia)" oleh Destario Metusala (2025).




(nah/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads