Cerita Inti Bumi Sempat Berhenti Berotasi dan Berbalik Arah, Kok Bisa?

ADVERTISEMENT

Cerita Inti Bumi Sempat Berhenti Berotasi dan Berbalik Arah, Kok Bisa?

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 26 Mar 2025 08:00 WIB
Ilustrasi bumi, bulan, dan matahari di luar angkasa
Peneliti menemukan bahwa inti dalam Bumi sempat berhenti berputar dan berbalik arah. Fenomena ini diperkirakan terjadi setiap 70 tahun, pengaruhi panjang hari. Foto: Getty Images/photovideostock
Jakarta -

Peneliti mencatat beberapa kejadian inti Bumi sempat berhenti berotasi dan berbalik arah. Apa sebabnya?

Melansir Science News, sejumlah ilmuwan meyakini inti padat Bumi berputar lebih cepat daripada bagian Bumi lainnya. Namun, studi menunjukkan rotasi inti dalam Bumi sempat berhenti dan bahkan berbalik arah.

Inti Dalam Bumi Itu di Mana?

Kerak Bumi sendiri terus bergeser, begitu pula mantel Bumi di baliknya yang merupakan tempat massa batu raksasa mengalir dengan kental selama rentang jutaan tahun. Massa batu ini bahkan kadang naik dan mengikis kerak di atasnya

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masuk lebih dalam ke perut Bumi, manusia akan menemukan inti luar Bumi yang cair. Arus logam cair di inti luar Bumi bersirkulasi memunculkan medan magnet Bumi.

Di jantung logam cair inti luar Bumi, terdapat bola logam padat. Itulah inti dalam Bumi.

ADVERTISEMENT

Inti Dalam Bumi Berhenti Berputar

Dalam jurnal Nature Geoscience, Januari 2023 lalu, tim peneliti melaporkan inti dalam Bumi bisa jadi telah berhenti berputar sementara waktu secara relatif terhadap mantel dan permukaan Bumi itu sendiri.

Mereka menambahkan, arah rotasi inti dalam Bumi ini kemungkinan juga berbalik arah. Fenomena ini diperkirakan termasuk bagian siklus sekitar 70 tahun yang bisa memengaruhi lamanya sebuah hari di Bumi dan medan magnet Bumi.

"Kami melihat bukti kuat bahwa inti Bumi berputar lebih cepat daripada permukaannya, (tapi) ada sekitar tahun 2009, rotasinya hampir berhenti," kata ahli geofisika Xiaodong Song dari Peking University, Beijing.

"Sekarang, rotasinya secara bertahap bergerak ke arah yang berlawanan," imbuh Song.

Peneliti menjelaskan, inti dalam Bumi yang padat bisa berputar di dalam inti luar yang cair. Hal ini bisa terjadi karena didorong oleh torsi magnetik inti luar Bumi. Torsi magnetik adalah gaya putar yang dialami oleh suatu objek (dalam hal ini inti dalam Bumi) dengan momen magnetik saat berada dalam medan magnet eksternal. Gaya ini menyebabkan objek tersebut berputar.

Berbalik Arah

Peneliti juga memperkirakan tarikan gravitasi mantel Bumi yang sangat besar dapat memberikan rem yang tidak menentu pada rotasi inti dalam Bumi. Akibatnya, inti dalam Bumi bisa bergerak balik arah atau osilasi.

Mereka menjelaskan, hal ini menunjukkan adanya fluktuasi rotasi inti dalam Bumi. Fenomena tersebut pertama kali tercatat pada 1996.

Saat itu, ahli geofisika Paul Richards dari Observatorium Bumi Lamont-Doherty, Columbia University di Palisades, New York beserta Song yang saat itu juga di sana melaporkan bahwa dalam 3 dekade, gelombang seismik dari gempa Bumi butuh waktu yang berbeda untuk melintasi inti Bumi yang padat. Mereka menyimpulkan, inti dalam Bumi bergerak pada kecepatan yang berbeda dari mantel dan kerak Bumi, sehingga muncul perbedaan waktu.

Dalam perhitungan mereka, Bumi berotasi sekitar 360 derajat dalam sehari. Namun, inti dalam Bumi berputar sekitar 1 derajat per tahun lebih cepat daripada bagian Bumi lainnya.

Kelak pada 2009, ahli geofisika Yi Yang di Peking University dan Song mendapati perbedaan waktu tempuh rotasi ini menghilang. Fenomena ini menunjukkan bahwa inti dalam Bumi telah berhenti berputar terhadap mantel dan kerak Bumi.

Setelah 2009, perbedaan ini muncul kembali. Namun, mereka mendapati arah putarnya berlawanan relatif terhadap bagian Bumi lainnya.

Song dan Yang menjelaskan, berdasarkan catatan gempa Bumi ganda di Alaska sejak 1964, pembalikan rotasi ini juga sempat terjadi pada awal 1970-an. Mereka berpendapat, mungkin perubahan arah gerak inti dalam Bumi ini terjadi setiap 35 tahun sekali, dan kembali ke arah awalnya setiap 70 tahun.

Menurutnya, pendapat ini bisa menjelaskan perbedaan panjang hari di Bumi setiap 60-70 tahun dalam panjang hari Bumi dan perilaku medan magnet Bumi. Namun, butuh penelitian lebih lanjut soal ini.




(twu/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads