Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan kesehatan mental yang terjadi pada seseorang setelah ia mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis. PTSD dapat mengganggu kehidupan sehari-hari karena menampilkan kilas balik, mimpi buruk, hingga kecemasan hebat.
Mereka yang mengalami PTSD harus mengalami pengobatan agar kehidupan sehari-harinya bisa berjalan kembali normal. Salah satu metode yang digunakan untuk mengobati PTSD adalah memanfaatkan Efek Tetris.
Ya, efek yang timbul dari game/permainan menyusun blok sejak tahun 80-an itu. Bagaimana bisa? Begini penjelasannya dikutip dari Mental Floss.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentang Efek Tetris
Efek Tetris dicetuskan oleh seorang jurnalis bernama Jeffery Goldsmith pada 1994. Ia menjelaskan ini adalah sebuah fenomena di mana seseorang akan menemukan sebuah pengalaman yang muncul di mimpi mereka setelah menjalankan tugas berulang dalam jangka waktu lama.
Goldsmith menggunakan Tetris sebagai contohnya. Ketika bermain game tersebut selama berjam-jam, seseorang mungkin akan bermimpi tentang balok-balok Tetris dan seakan bermain untuk menyelesaikan level tertentu.
Efek visual ini dijuluki sebagai citra kognitif atau kesan berulang yang bertahan dalam pikiran. Tidak hanya game Tetris, game lain yang dimainkan dalam jangka waktu lama juga bersifat sama.
Bahkan tidak hanya game, musik yang terngiang di kepala, getaran telepon, suara karakter dari acara TV juga bisa masuk dalam jenis efek Tetris. Efek ini menunjukkan kemampuan otak untuk mengingat dan memutar ulang pengalaman.
Tetris untuk Mengobati PTSD
Elemen menarik dari efek ini dinilai memiliki kemampuan untuk mengatasi kilas balik bagi penderita PTSD. Hal ini coba dibuktikan dalam studi tahun 2020.
Dalam studi tersebut terdapat dua kelompok penderita PTSD. Satu kelompok menjalani pengobatan dengan terapi standar Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) ditambah dengan bermain Tetris setiap hari selama 60 menit.
Sedangkan satu kelompok lainnya hanya melakukan terapi EMDR saja. Dalam waktu 6 bulan, hasilnya memperlihatkan perbedaan.
Kelompok yang bermain Tetris menunjukkan lebih banyak volume di hipokampus (bagian otak untuk memori, pembelajaran, dan navigasi) dan melaporkan lebih sedikit gejala PTSD. Sedangkan kelompok yang tidak bermain Tetris tidak mengalami perubahan apa pun.
Dr Emily A Holmes, seorang ahli saraf di Universitas Uppsala, Swedia menyebut alasan mengapa Tetris dapat mengurangi kilas balik bagi penderita PTSD. Disebutkannya otak pada dasarnya tidak dapat melakukan dua hal yang sama secara bersamaan.
Alih-alih trauma yang muncul, otak memiliki memperlihatkan balok-balok Tetris karena terstimulasi setiap harinya.
"Otak Anda tidak dapat melakukan dua hal secara bersamaan. Anda tidak dapat memiliki gambaran yang sangat jelas dan bermain Tetris," kata Holmes.
Efek Tetris dapat Memblokir Mimpi
Studi menarik lainnya tentang Efek Tetris dilakukan oleh Robert Stickgold, peneliti tentang tidur di Harvard University pada 2000. Ia mengalami efek tersebut saat panjat tebing pada akhir tahun 90-an.
Setelah mendaki gunung tertentu, ia kemudian bermimpi tentang lereng gunung yang sama, yang telah didakinya sepanjang hari. Karena hal ini, Stickgold mencoba mencari alasannya bersama sekelompok mahasiswa.
Bukan naik gunung, ia menggunakan Tetris untuk menyelidiki efek tersebut. Tetris digunakan karena permainannya yang repetitif dan kemungkinan besar memicu fenomena tersebut.
Investigasi Stickgold mengungkap beberapa karakteristik yang menarik, yakni:
1. Pemain Tetris pemula lebih mungkin mengalami efek Tetris dibandingkan pemain yang sudah ahli
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tidak berpengalaman otak dalam subjek tertentu, maka semakin besar kemungkinan otak mengulang tugas tersebut dalam mimpi.
2. Berguna bagi orang yang mengalami amnesia
Dalam salah satu eksperimen, Stickgold melibatkan lima peserta yang mengalami kerusakan pada hippocampusnya. Sehingga mereka tidak memiliki ingatan jangka pendek.
Untuk itu ketika ia bermain hari ini, esok hari mereka pasti tidak dapat mengingatnya. Namun, tiga dari lima peserta masih tetap bermimpi tentang bermain Tetris dalam tidurnya.
Stickgold juga memperhatikan salah satu peserta meletakkan jarinya pada tombol komputer yang benar pada hari berikutnya. Meskipun ia tidak mengingat permainan tersebut.
"Dia tidak tahu betul apa yang sedang dia lakukan, tetapi dia tahu apa yang sedang dia lakukan," katanya.
"Dalam beberapa hal, ini adalah alam bawah sadar Freud, hal-hal yang diaktifkan di otak kita yang sebenarnya adalah ingatan yang memandu perilaku kita, tetapi tidak disadari," tambah Stickgold.
Masih banyak yang harus dipelajari manusia tentang Efek Tetris terutama bagaimana hal itu dapat mengubah otak kita. Tidur dan mimpi selalu sulit dipahami oleh para ilmuwan. Tetapi sebuah permainan tahun 1980-an menjadi kunci yang tidak terduga untuk mengungkapkan misteri ini.
(det/nwk)