Tidak sekedar berfungsi sebagai tempat beribadah, Masjid Istiqlal memiliki berbagai fasilitas yang bisa digunakan pengunjung dan jemaah yang mengunjunginya. Salah satu fasilitas yang diperkenalkan adalah perpustakaan.
Kini dikenal dengan nama 'Perpustakaan Istiqlal', sejarah kehadiran perpustakaan ini ternyata cukup panjang. Bahkan hadir sejak Masjid Istiqlal pertama kali melayani jemaah pada 1984.
"Istiqlal mulai digunakan itu tahun 1984 untuk jemaah. Selesai pembangunan harus ada fasilitas-fasilitas penunjang. Salah satunya perpustakaan," kata Kepala Perpustakaan Istiqlal Dr Abdul Rosyid Teguhudin MPd.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sempat 4 Kali Berganti Nama
Perpustakaan Masjid Istiqlal sendiri berada di bangunan utama masjid. Untuk bisa mengunjunginya, detikers bisa masuk dari Pintu Al Quddus.
Dengan cukup mengisi buku kunjungan yang ada di dekat meja resepsionis perpustakaan, pengunjung bebas menggunakan fasilitas perpustakaan. Tetapi, Perpustakaan Istiqlal yang bisa dikunjungi saat ini ternyata punya sejarah yang panjang.
Abdul Rosyid menjelaskan setidaknya perpustakaan ini mengalami empat kali pergantian nama dan tak lepas dari pembangunan Masjid Istiqlal itu sendiri. Ketika proyek pembangunan Istiqlal selesai, operasional masjid terbesar di Indonesia ini dikelola oleh yayasan.
Tidak sendiri, yayasan yang mengelola Istiqlal terdiri dari beberapa lembaga. Salah satunya adalah Yayasan Perpustakaan Islam Indonesia.
"Mereka (yayasan pengelola Istiqlal) merangkul yayasan ini (YPII) untuk membangun perpustakaan di Masjid Istiqlal. Awal berdirinya bernama Pusat Perpustakaan Islam Indonesia, PPII," ceritanya.
Nama PPII tetap digunakan hingga tahun 2006 ketika Rosyid tergabung dalam Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI). Ketika kepengurusan berganti, pegawai PPII masuk ke dalam manajemen Masjid Istiqlal.
Setelahnya pergantian nama dua kali terjadi. Dari PPII berubah menjadi Perpustakaan Masjid Istiqlal dan kemudian berubah lagi menjadi Perpustakaan Madrasah Istiqlal.
Kata Madrasah disematkan karena Masjid Istiqlal memiliki lembaga formal bernama Madrasah Istiqlal Jakarta. Untuk membentuk lembaga formal, maka diperlukan kehadiran perpustakaan.
"Madrasah itu kan harus punya perpustakaan karena masjid ini punya lembaga formal namanya Madrasah Istiqlal Jakarta. Maka berubah jadi Perpustakaan Madrasah," imbuh Abdul Rosyid.
Saat proses renovasi besar-besaran pada 2019-2020, Masjid Istiqlal sempat mendapat anggaran dari Kementerian Agama untuk membangun perpustakaan yang lebih besar. Karena inilah perpustakaan beralih manajemen kembali di bawah Masjid Istiqlal dan kini bernama Perpustakaan Masjid Istiqlal.
Buka Senin-Jumat Sampai Jam 16.00 WIB
Satu hal yang harus diperhatikan detikers sebelum mengunjungi Perpustakaan Masjid Istiqlal adalah waktu operasionalnya. Dijelaskan Abdul Rosyid, perpustakaan ini buka setiap Senin sampai Jumat mulai pukul 08.30 WIB hingga 16.00 WIB.
Pengunjung perpustakaan ini rata-rata adalah jemaah Masjid Istiqlal. Termasuk siswa yang bersekolah di Madrasah Istiqlal Jakarta dan mahasiswa S2 dan S3 atau Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal.
Alasan mengapa perpustakaan hanya dibuka Senin-Jumat karena kegiatan formal di Masjid Istiqlal berjalan pada waktu ini. Ketika weekend atau hari libur akhir pekan, pengunjung perpustakaan relatif sedikit karena mereka yang mengunjungi Masjid Istiqlal hanyalah wisatawan.
Hingga saat ini, Perpustakaan Masjid Istiqlal memiliki 44 ribu koleksi judul dengan 60 ribu buku. Tipe buku yang diminati adalah buku-buku sekolah karena di sini ada perpustakaan anak.
"Perpustakaan anak itu yang diminati pertama buku-buku tentang kisah nabi, komik islami, novel, dan kami memfasilitasi buku pelajaran," jelas Abdul Rosyid.
Selain perpustakaan anak, buku-buku sejarah paling banyak peminatnya di sini. Satu hal yang menjadi catatan adalah perpustakaan ini lebih banyak menyediakan literatur dan buku tentang keislaman dibandingkan buku ilmu umum.
Peserta yang datang juga bisa meminjam buku di perpustakaan ini. Caranya dengan bergabung menjadi anggota Perpustakaan Masjid Istiqlal.
Untuk menjadi anggota, pengunjung perlu membayar sebesar Rp 25 ribu sebagai biaya penggantian cetak kartu anggota. Setelahnya pengunjung bisa meminjam maksimal 4 buku dengan jangka waktu 2 minggu.
Ketika telat dikembalikan, peminjam buku akan terkena denda. Denda yang diberikan tidaklah berat melainkan Rp 100 rupiah per hari.
Pengalaman Kunjungi Perpustakaan Masjid Istiqlal
Seperti yang dijelaskan Kepala Perpustakaan Masjid Istiqlal Abdul Rosyid, pengalaman menyenangkan juga dirasakan detikEdu kala mengunjungi perpustakaan ini. Aksesnya mudah, dekat tempat wudhu, dan bisa menjalankan ibadah tempat waktu.
Ketika memasuki perpustakaan hawa dingin akan menyambut detikers jadi dipastikan tidak akan kepanasan ketika di sini. Selain itu, gratis dan tidak sulit untuk mengunjunginya.
Untuk menjadi pengunjung, detikers tidak diharuskan mendaftar menjadi anggota. Cukup mengisi daftar hadir yang ada di sebelah meja resepsionis dan menaruh barang bawaan di loker yang ada.
Hal tersebut juga dirasakan pengunjung, Senja, asal Bekasi. Ia sudah mengunjungi Perpustakaan Masjid Istiqlal tiga kali selama bulan Ramadan.
Menurutnya ini adalah tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu selama Ramadan baik itu belajar atau bekerka dengan suasana baru seperti yang dilakukan Senja. Sehingga detikers juga bisa mencobanya.
"Kalau saya pribadi, saya lebih suka di sini. Karena ini masjid kan. Di sini bisa ngabisin waktu dari pagi sampai sore (untuk bekerka), salat juga gampang tinggal naik ke atas, terus buka puasa juga ada," katanya kepada detikEdu.
Senja juga merekomendasikan perpustakaan ini kepada detikers. Namun sebagai catatan, referensi buku yang tersedia belum terlalu lengkap, karena lebih banyak buku yang berkaitan dengan agama.
"Mungkin kalau cari referensi dalam bentuk fisik di sini nggak lengkap karena di sini kan kebanyakan agama. Tapi kalau keperluannya nggak di situ, ngga perlu buku fisik yang bahasannya umum bisa ke sini,"tandasnya.
(det/nwk)