Lebaran di Indonesia tak sekadar hari kemenangan setelah berjuang menjalankan ibadah puasa selama satu bulan, tetapi sudah menjadi tradisi. Misalnya ada tradisi mudik, bersilaturahmi, hingga pemberian THR (Tunjangan Hari Raya).
Rupanya pelaksanaan Idul Fitri di Arab Saudi yang merupakan pusat agama Islam juga tak jauh berbeda dengan Indonesia. Bagaimana suasana Lebaran di Arab Saudi? Simak informasi berikut ini.
Tradisi Idul Fitri di Arab Saudi
Pakar Kajian Timur Tengah dan Isu-isu Islam Kontemporer dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI), Dr Mulawarman Hannase, Lc MAHum menyebut perayaan Idul Fitri sudah menjadi tradisi sejak perkembangan Islam di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada surat Al-Baqarah ayat 185, ulama memahami umat Islam diperintahkan bertakbir setelah menyempurnakan puasa Ramadan. Hal ini seperti yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya sebagai pelaksanaan sholat Idul Fitri," kata Mulawarman, yang dikutip dari situs UI.
Mulawarman mengatakan, dalam perkembangan sejarah Islam muncul berbagai corak ekspresi masyarakat. Ekspresi ini menghidupkan, meramaikan, dan memeriahkan Idul Fitri di tempat yang berbeda-beda di seluruh dunia sesuai dengan adat dan budaya lokal. Kendati demikian, tata cara pelaksanaan sholat Idul Fitri di mana pun pasti sama.
Lantas bagaimana suasana Lebaran di Arab?
1. Berhias Lampion dan Terdengar Lagu Religi
Perayaan Idul Fitri di Arab Saudi terasa semarak dengan adanya lampu hias dan lampion di jalanan, pepohonan, dan gedung-gedung. Selain itu, terdengar juga lagu-lagu religi di berbagai tempat misal Ya Leilet El Eid oleh Umm Kulthum yang dirilis pada 1939.
2. Mudik dan Libur Panjang
Tradisi mudik pun ditemukan di Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi memberikan libur panjang Idul Fitri bagi warganya. Masa liburan ini dimanfaatkan masyarakat untuk mudik ke kampung halaman, bermain ke taman, ke tempat wisata, dan tempat publik lainnya.
"Libur nasional Idul Fitri biasanya diberlakukan antara lima hari hingga seminggu untuk warga Arab Saudi. Pada 2023 lalu, Raja Salman memberlakukan libur nasional selama lima hari," kata Mulawarman.
3. Sholat Idul Fitri dan Bermaafan
Sudah menjadi sunnah bagi umat Islam untuk menjalankan sholat Idul Fitri pada pagi hari. Masyarakat melaksanakan sholat tersebut di lapangan atau di masjid-masjid besar. Seusai sholat, jemaah pun bersalam-salaman dan saling bermaafan.
Tradisi bermaaf-maafan, kata Mulawarman, merupakan tradisi universal karena merupakan perintah agama Islam. Namun di sana tidak disebut sebagai halalbihalal, seperti di Indonesia.
"Di Indonesia, tradisi bermaaf-maafan terimplementasi dengan baik dengan beberapa bentuk ekspresi, seperti mudik dan sungkem ke orangtua, saling mengunjungi dan berkumpul bersama keluarga, serta halalbihalal yang substansinya saling memaafkan antara kerabat, kolega, dan lingkungan kerja," ungkapnya.
4. Bersilaturahmi dan Makan Makanan Tradisi
Seperti di sini, masyarakat Arab juga memiliki kebiasaan berkunjung ke rumah saudara, sahabat, dan kolega untuk bersilaturahmi sambil bermaaf-maafan. Selain itu, mereka juga punya tradisi makan bersama.
Makanan utama yang disajikan biasanya olahan daging kambing dan sapi. Ada juga kue manis dan gurih, seperti dibyaza, masoub, dan roti fatoot.
Jenis makanan ini tentu berbeda-beda di setiap negara. Jika di Indonesia, kita bisa menjumpai ketupat, opor, sambal goreng, dan aneka kue.
5. THR Anak-anak dan Orang Dewasa
Di Arab Saudi juga dikenal tradisi berbagi hadiah uang untuk anak-anak. Ada juga kebijakan pemberian tunjangan tahunan seperti Tunjangan Hari Raya (THR) di Indonesia untuk pekerja.
Mengutip Arab News, tahun lalu Raja Arab Saudi Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud menggelontorkan THR sebesar SAR 3 miliar atau sekitar Rp 13 triliun (kurs SAR 1 = Rp 13 ribu) untuk Lebaran 2024. Menurut Mulawarman, bantuan tersebut diperuntukkan bagi anak-anak yatim piatu, janda, pengangguran, penyandang disabilitas, dan kelompok lanjut usia.
(bai/row)