Misteri 'Otak Kaca' Korban Letusan Gunung Vesuvius di Herculaneum

ADVERTISEMENT

Misteri 'Otak Kaca' Korban Letusan Gunung Vesuvius di Herculaneum

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Sabtu, 08 Mar 2025 19:00 WIB
Korban letusan Gunung Vesuvius berotak kaca
Foto: (Guido Giordano dkk via Nature Scientific Reports)
Jakarta -

Gunung Vesuvius meletus pada tahun 79 Masehi yang mengubur kota-kota di Romawi seperti Pompeii dan Herculaneum. Ada satu korban ditemukan di Herculaneum dengan kondisi unik: otaknya berisi potongan-potongan seperti material kaca.

Hal ini pun memantik para ilmuwan untuk meneliti apa yang sebenarnya terjadi pada jasadnya.

Korban dengan 'otak kaca' ini adalah seorang pria berusia awal dua puluhan, yang ditemukan terbaring di tempat tidur di dalam sebuah gedung bernama Collegium Augustalium, Herculaneum pada tahun 1960-an demikian dilansir Archaeology News, ditulis Sabtu (8/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan telah berdebat selama bertahun-tahun tentang substansi kaca di tengkorak pria itu. Mereka tidak dapat sepakat apakah itu materi otak atau sesuatu yang lain. Sebagian besar ahli mengira aliran piroklastik-arus gas panas dan puing-puing vulkanik yang bergerak cepat-yang menutupi Herculaneum tidak cukup panas untuk mengubah jaringan manusia menjadi kaca. Namun, penelitian baru menawarkan ide yang berbeda.

Otak Diduga Kuat Mengalami Vitrifikasi

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Scientific Reports menawarkan wawasan baru tentang bagaimana otaknya mungkin telah mengalami transformasi yang luar biasa, berubah menjadi kaca melalui proses yang dikenal sebagai vitrifikasi (proses pengubahan atau perubahan material menjadi kaca).

ADVERTISEMENT

Ahli geologi dan vulkanologi Guido Giordano dari Universitas Roma Tre yang memimpin penelitian ini dan timnya berpendapat bahwa sebelum aliran piroklastik, awan abu yang sangat panas, yang mencapai suhu setidaknya 510Β°C (950Β°F), dengan cepat menyelimuti kota. Panas yang hebat ini cukup untuk mencairkan otak, diikuti oleh proses pendinginan yang sama cepatnya yang mengubah bahan organik menjadi kaca.

Para peneliti mendukung hipotesis mereka dengan menganalisis fragmen arang yang ditemukan di dekat sisa-sisa jasad tersebut. Fragmen-fragmen ini menunjukkan tanda-tanda panas tinggi yang diikuti oleh pendinginan cepat. Mereka juga membandingkannya dengan letusan gunung berapi baru-baru ini, seperti Gunung Unzen di Jepang pada tahun 1991 dan gunung berapi Fuego di Guatemala pada tahun 2018. Kedua letusan ini menghasilkan awan abu yang sangat panas yang serupa.

Tim menggunakan teknik pencitraan canggih, termasuk mikroskop elektron, untuk memeriksa fragmen-fragmen kaca tersebut. Analisis mereka mengungkap struktur yang diawetkan yang menyerupai sel-sel saraf, yang secara kuat menunjukkan bahwa bahan tersebut memang jaringan otak.

"Kaca yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini memungkinkan pelestarian integral materi otak biologis dan struktur mikronya," kata antropolog forensik Pier Paolo Petrone dari UniversitΓ  di Napoli Federico II, salah satu peneliti utama studi tersebut.

Penemuan ini menandai kasus pertama vitrifikasi otak manusia yang diketahui dalam kondisi alami. Para ilmuwan telah lama memahami bahwa pembentukan kaca memerlukan kondisi khusus: peningkatan suhu yang cepat diikuti oleh pendinginan yang sama cepatnya, mencegah kristalisasi.

Sementara kayu vitrifikasi kadang-kadang ditemukan di situs arkeologi di Herculaneum dan Pompeii, tidak ada sisa manusia atau hewan yang pernah mengalami transformasi ini sebelumnya.

Tim tersebut juga menjelaskan mengapa hanya otak yang diawetkan dalam keadaan ini. Panas yang hebat menghancurkan tulang dan jaringan lunak lainnya. Namun, tengkorak mungkin telah memberikan tingkat perlindungan dan memungkinkan otak tetap utuh sebagian sampai didinginkan dengan cepat oleh awan abu yang menghilang.

Studi terbaru ini sudah diterbitkan di jurnal Scientific Reports, yang tayang 27 Februari 2025 dengan judul "Unique formation of organic glass from a human brain in the Vesuvius eruption of 79 CE".

Hipotesa Vitrifikasi Masih Diragukan Ilmuwan

Bahkan dengan bukti baru yang meyakinkan ini, beberapa ahli masih meragukan temuan tersebut. Alexandra Morton-Hayward, seorang arkeolog molekuler di Universitas Oxford, sebelumnya mempertanyakan apakah material kaca itu sebenarnya adalah materi otak.

Dalam sebuah makalah tahun 2020 yang diterbitkan dalam Science & Technology of Archaeological Research, Morton-Hayward dan timnya berpendapat bahwa aliran piroklastik di Herculaneum tidak cukup panas, juga tidak cukup cepat mendingin, untuk menyebabkan vitrifikasi. Mereka juga mencatat bahwa peneliti eksternal tidak bisa mendapatkan sampel untuk analisis independen.

Perdebatan tentang 'otak kaca' kemungkinan akan terus berlanjut karena lebih banyak penelitian dilakukan. Seiring dengan kemajuan teknik ilmiah, penelitian lebih lanjut mungkin akan mengungkap kasus tambahan dari fenomena langka ini.




(nwk/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads