Apa Itu AMS yang Bisa Mengancam Nyawa Pendaki Gunung? Ini Penjelasannya

ADVERTISEMENT

Apa Itu AMS yang Bisa Mengancam Nyawa Pendaki Gunung? Ini Penjelasannya

Nikita Rosa - detikEdu
Minggu, 02 Mar 2025 17:00 WIB
Ilustrasi orang mendaki gunung
Ilustrasi Mendaki Gunung. (Foto: Unsplash/Toomas Tartes)
Jakarta -

Dua pendaki perempuan meninggal dunia saat mendaki Puncak Jaya, Papua, atau Piramida Carstensz pada Sabtu (1/3/2025). Diduga, kedua pendaki itu mengalami AMS saat turun dari Puncak Carstenz. Namun, apa itu AMS sebenarnya?

Informasi ini disampaikan oleh PT TropisCartenz Jaya selaku operator pendakian. Dalam hal ini,detikcom telah mendapat izin untuk mengutip informasi yangdiunggah diakunInstagram PT TropisCartenz.

"PT Tropis Cartenz Jaya, selaku operator, turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya Saudari Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono pada 1 Maret 2025 dalam perjalanan turun dari Puncak Carstensz Pyramid menuju Base Camp Lembah Kuning," tulisnya, Minggu (2/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedua wanita hebat ini, yang merupakan klien dari agen operator Indonesian Expeditions, telah berhasil mencapai puncak setinggi 4.884 mdpl pada 28 Februari 2025," imbuhnya.

PT Tropis Cartenz Jaya mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya dua pendaki ini.

ADVERTISEMENT

"Semoga keluarga serta kerabat yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi kepergian ini," jelasnya.

Pengertian AMS

AMS sendiri merupakan penyakit yang kerap ditemukan di dataran tinggi. Kondisi ini rentan dialami pendaki saat berada di ketinggian.

AMS atau Acute Mountain Sickness merupakan penyakit ketinggian saat tubuh tidak punya waktu untuk menyesuaikan diri dengan ketersediaan oksigen yang lebih rendah dari atmosfer. Penyakit AMS dapat menyerang pendaki gunung, pendaki gunung, pemain ski, atau pelancong di dataran tinggi, biasanya di atas 2.400 meter.

Mengutip Cleveland Clinic, AMS sendiri merupakan salah satu jenis altitude sickness dengan tingkat keparahan terendah dan paling umum. Kendati dapat dicegah dan diobati, AMS dapat dengan cepat berubah menjadi masalah yang mengancam jiwa.

Penyebab AMS

Seperti dijelaskan sebelumnya, AMS disebabkan oleh tekanan udara yang rendah dan kadar oksigen yang rendah di dataran tinggi. Semakin cepat seseorang mendaki ke dataran tinggi, semakin besar kemungkinan terkena AMS.

Seseorang akan berisiko lebih tinggi terkena AMS jika:

1. Tinggal di atau dekat permukaan laut dan bepergian ke dataran tinggi
2. Pernah menderita penyakit tersebut sebelumnya
3. Naik gunung dengan cepat
4. Belum beraklimatisasi dengan tepat terhadap ketinggian
5. Alkohol atau zat lain mengganggu aklimatisasi
6. Memiliki masalah medis yang melibatkan jantung, sistem saraf, atau paru-paru
7. Menderita anemia

Gejala AMS

Gejala yang dialami akan bergantung pada kecepatan pendakian dan seberapa keras pendaki mendorong diri. Gejalanya berkisar dari ringan hingga mengancam jiwa.

Menurut Medline Plus dari Departemen Kesehatan US, gejala AMS dapat memengaruhi sistem saraf, paru-paru, otot, dan jantung. Pada sebagian besar kasus, gejalanya ringan.

Gejala AMS ringan hingga sedang dapat meliputi:

1. Sulit tidur
2. Pusing atau sakit kepala ringan
3. Kelelahan
4. Sakit kepala
5. Kehilangan selera makan
6. Mual atau muntah
7. Denyut nadi cepat (detak jantung)
8. Sesak napas saat beraktivitas

Gejala yang dapat terjadi pada penyakit gunung akut yang lebih parah meliputi hal berikut dan dapat berkembang menjadi edema paru dataran tinggi atau edema serebral dataran tinggi:

1. Warna biru pada kulit (sianosis)
2. Sesak dada atau kongesti
3. Kebingungan
4. Batuk
5. Batuk berdarah
6. Kesadaran menurun atau menarik diri dari interaksi sosial
7. Kulit abu-abu atau pucat
8. Ketidakmampuan untuk berjalan dalam garis lurus, atau berjalan sama sekali
9. Sesak napas saat istirahat

Cara Mencegah AMS

Saat mengalami gejala altitude sickness yang ringan, pendaki bisa mengatasinya dengan beristirahat. Namun, apabila semakin lama keadaan semakin memburuk maka disarankan untuk tidak melanjutkan pendakian dan segera turun.

Sementara untuk mencegah AMS, cara terbaiknya adalah dengan mendaki secara bertahap. Pendaki sebaiknya menghabiskan beberapa hari untuk mendaki hingga 9.850 kaki (3.000 meter).

Di atas titik ini, naiklah dengan sangat lambat sehingga ketinggian tempat tidur tidak bertambah lebih dari 990 kaki hingga 1.640 kaki (300 meter hingga 500 meter) per malam.




(nir/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads