Umat muslim di seluruh dunia akan segera menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan 1446 H/2025 M. Meski sama-sama berpuasa, waktu mulai puasa bisa berbeda antar negara.
Ibadah puasa berarti umat Islam tidak akan makan dan minum dari fajar hingga Matahari terbenam. Secara umum, umatmuslim tahu kapan Ramadhan akan tiba, tetapi mereka baru mendapat pemberitahuan resmi tersebut beberapa jam saat Ramadhan akan dimulai.
Tak hanya itu, waktu mulai puasa juga bisa berbeda di tiap negara. Apa alasannya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan Waktu Mulai Puasa Berbeda Antar Negara
Perbedaan utama Ramadhan dimulai dengan Bulan Sabit. Inilah alasan mengapa waktu resmi dimulainya Ramadhan masih bisa berbeda-beda di seluruh dunia.
Selain Bulan Sabit, ada beberapa pertimbangan rumit yang membuat waktu mulai puasa berbeda antar negara. Demikian penjelasan dari Profesor Scott Kugle dari Departemen Studi Timur Tengah dan Asia Selatan di Universitas Emory di Atlanta dan penulis "Hajj to the Heart: Sufi Journeys across the Indian Ocean,".
Pertimbangan tersebut termasuk:
1. Penampakan astronomi dan bagaimana penampakannya
2. Geografi global dan zona waktu
3. Berbagai tradisi di antara berbagai kelompok Muslim
4. Kondisi cuaca terkini
"Sangat penting, menurut saya, untuk dipahami orang Barat adalah bahwa sebenarnya tidak ada otoritas pusat di antara umat Muslim. Semuanya sangat lokal, tergantung pada masjid mana yang Anda datangi, apa jaringan keluarga Anda," kata Kugle dalam CNN Edition dikutip Jumat (28/2/2025).
Itulah sebabnya ada variasi waktu mulai puasa. Selain itu, ada kemungkinan tanggal mulai yang sebenarnya jatuh satu hari sebelum atau satu hari setelah tanggal tentatif.
"Itulah mengapa orang-orang sangat bersemangat menjelang minggu yang akan datang (waktu awal puasa) karena mereka seperti berbelanja, mempersiapkan diri. Ada banyak ketidakpastian: 'Hari apa ini akan dimulai?" tuturnya.
Mengacu pada Bulan Sabit
Kalender Islam tidak mengikuti Matahari, melainkan mengikuti siklus bulan dan fase-fase bulan. Fase yang paling terkenal adalah "Bulan Purnama," saat permukaan bulan yang paling besar bersinar terang dari sudut pandang Bumi.
Fase Bulan yang tidak terlihat, saat sisi bulan yang diterangi menghadap matahari dan sisi malam menghadap Bumi, adalah "bulan baru."
Ramadhan dimulai saat sebagian kecil Bulan, yang dikenal dalam istilah astronomi sebagai "bulan sabit muda," muncul dan terlihat. Namun, menurut Kugle, hal ini menjadi rumit saat masyarakat berusaha menentukan penampakan Bulan Sabit.
"Satu dengan melihatnya, dan satu dengan menghitungnya secara astronomis," kata Kugle.
"Tidak semua orang harus melihatnya, tetapi orang yang bertanggung jawab harus melihatnya. Jadi, beberapa komunitas akan menunjuk panitia pengamatan Bulan, dan mereka naik ke tempat yang tinggi atau di pantai yang memungkinkan pandangan cakrawala tanpa halangan dan mereka menunggu untuk melihat apakah mereka dapat melihat Bulan Sabit Baru," tuturnya.
Namun pengamatan dengan mata telanjang dapat menimbulkan faktor-faktor rumit lainnya, seperti tutupan awan setempat. Bulan Sabit mungkin terlihat di satu tempat, tetapi tidak di tempat lain di dekatnya.
(nir/nwy)