Lari sedang menjadi tren olahraga beberapa tahun ini. Tren positif dan sebagian orang menjadikannya gaya hidup. Namun, tahukah kamu seberapa jauh orang bisa berlari tanpa berhenti?
5 Km, 10 Km, 21 km alias separuh maraton atau 42 km alias maraton penuh? Apa batasan yang membuat pelari disebut 'berhenti'?
"Saya pikir buang air kecil akan menjadi faktor pembatas di sana," kata seorang fisikawan di Universitas Harvard dan seorang pelari ultra, Jenny Hoffman, seperti dilansir dari Live Science, ditulis Senin (17/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hoffman sendiri memegang rekor dunia untuk keliling Amerika dengan berjalan kaki tercepat oleh seorang perempuan. Ia menyelesaikannya dalam waktu 47 hari, 12 jam, dan 35 menit.
"Selain istirahat pendek untuk 'panggilan alam' seperti buang air kecil dan besar, manusia memiliki sejumlah sifat yang memungkinkan untuk tampil baik dalam lari ketahanan," demikian ditambahkan ahli fisiologi olahraga di Universitas Jean Monnet di Saint-Etienne, Prancis, Guillaume Millet.
Millet menambahkan, manusia memiliki otot gluteal (otot bokong) yang relatif besar untuk membantu mendorong ke depan, kemampuan untuk menyimpan energi elastis di tendon dan otot, dan ligamen leher yang kuat untuk menjaga otak tetap stabil saat berlari.
Manusia juga beradaptasi dengan baik untuk berlari di cuaca panas karena dapat mengatur suhu tubuh melalui keringat.
"Bahkan jika suhu eksternal cukup tinggi, kita mampu mempertahankan suhu inti kita relatif rendah, dan ini merupakan keuntungan besar dibandingkan dengan sebagian besar spesies," kata Millet.
Batasan Fisik dan Mental untuk Berlari
Sementara ilmuwan biologi evolusi Universitas Harvard Daniel Lieberman, mengungkapkan beberapa batasan fisik dan mental bagi pelari. Berbagai faktor fisik, seperti cedera, kelelahan otot, atau kurang tidur, dapat memaksa pelari untuk berhenti dan memulihkan diri. Namun, ketahanan mental juga berperan dalam lari ketahanan. Agar dapat terus bergerak selama berhari-hari, pelari ultra harus mampu menahan rasa sakit dan kelelahan.
"Kita telah mengembangkan kapasitas luar biasa untuk memaksa diri melakukan berbagai hal yang luar biasa. Anda harus memiliki keinginan untuk melakukannya," kata Lieberman.
"Jadi, menurut saya, hal terpenting tentang manusia yang membatasi ketahanan adalah mental," imbuh dia.
Mereka yang memaksakan diri untuk melakukan hal-hal ekstrem seperti berlari ultramaraton memerlukan pelatihan ekstensif untuk menghindari cedera. Sebelum lari lintas benua, Hoffman berlatih lari sejauh 200 mil (322 km) per minggu untuk memastikan kebugaran aerobiknya cukup untuk berolahraga dalam jangka waktu lama dan kekuatan tulangnya cukup untuk menahan hentakan berulang-ulang di trotoar.
Namun, semakin banyak orang yang mencoba lari ultramaraton setiap tahunnya, dengan jumlah peserta meningkat pesat hingga 1.676% antara tahun 1996 dan 2020. Seiring dengan meningkatnya popularitas olahraga ini, pelari baru akan menantang - dan mungkin memecahkan - rekor lama.
"Saya pikir batas itu akan terus terdorong," kata Hoffman.
Meskipun telah beradaptasi, manusia tidak pernah berevolusi secara khusus untuk berlari pada jarak yang sangat jauh.
"Selama sebagian besar keberadaan kita, hingga saat ini, manusia harus bekerja sangat keras untuk bertahan hidup," kata Lieberman.
(nwk/pal)