Bunga bangkai (Amorphophallus titanum Becc) di Kebun Raya Cibodas mekar lagi pada hari Senin (17/2/2025). Saat mekar sempurna, tinggi bunga bangkai ini mencapai 2,9 meter!
Bunga ini mekar sempurna tepat pada Senin (17/2/2025) pukul 00.45 WIB dengan tinggi spadiks 293 cm (2,93 m) dan lebar spathanya 126 cm (1,26 m). Tunasnya sudah terlihat sejak 26 Desember 2024, demikian dalam rilis BRIN yang diterima hari ini.
Bunga bangkai ini mekar untuk ketiga kali, setelah sebelumnya pernah mekar di tahun 2015 dan 2019 dengan ketinggian mencapai 2,8 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alami Fase Tak Biasa
Tanaman bunga bangkai yang saat ini mekar mengalami fase yang tidak semestinya. Disebut tidak semestinya, karena bunga ini mengalami fase berbunganya lebih dari empat tahun semenjak berbunga terakhir pada 2019. Namun ketinggian bunganya kini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Seharusnya secara normal tanaman tersebut berbunga tahun 2023 tetapi mengalami keterlambatan. Hal ini kemungkinan disebabkan umbi mengalami masalah, seperti kena hama ataupun penyakit dan membutuhkan waktu untuk pemulihan," ungkap Peneliti Ahli Muda Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN Destri.
Destri lantas menjelaskan alasan ilmiahnya mengapa bunga bangkai yang mekar itu tidak semestinya yakni:
1. Kemungkinan umbi bunga yang saat ini mekar mengalami penurunan kualitas media sehingga menyebabkan keterlambatan perbungaannya.
2. Keterlambatan tersebut menjadikan cadangan makanan terkumpul banyak sehingga ketinggian bunganya melebihi dari yang sebelumnya.
Bunga yang mekar kali ini disemai tahun 2000 dan ditanam tahun 2004, anakan dari induk bunga bangkai dengan nomor koleksi 28. Induk tanaman tersebut dikoleksi oleh Alm R Subekti Purwantoro, dkk tahun 2000 dari Sungai Manau, Batang Suliti, Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera Barat.
Penyerbukan Buatan
Saat ini, jumlah koleksi tanaman bunga bangkai yang ada di Kebun Raya Cibodas sebanyak 11 nomor spesimen. Untuk menambah jumlah koleksi yang ada di Cibodas dan sebagai tanaman cadangan, maka dilakukan penyerbukan buatan. Hal ini dikarenakan bunga bangkai yang ada di Kebun Raya Cibodas tidak bisa melakukan penyerbukan sendiri.
"Jika di luar habitat aslinya, tanaman tersebut tidak akan bisa melakukan penyerbukan sendiri karena dia sendirian. Namun di habitat aslinya tanaman tersebut memiliki banyak teman yang lainnya. Sehingga saat dia mekar dan teman yang lain juga mekar, maka penyerbukan bisa terjadi secara alami dibantu oleh serangga," jelas Destri.
Destri menambahkan, tujuan kegiatan penyerbukan buatan adalah untuk melakukan pelestarian dan konservasi terhadap tanaman bunga bangkai itu sendiri serta bisa digunakan sebagai bahan penelitian.
Bunga bangkai merupakan flora endemik Sumatera, yang memiliki aroma yang khas seperti bau bangkai. Keunikan lain, bunga bangkai juga mempunyai perbungaan yang sangat besar yang bisa disebut sebagai the giant inflorescent in the world. Bentuk bunga bangkai menjulang tinggi dengan tongkol atau spadiks yang dikelilingi oleh seludang bunga (spatha) yang saat mekar berwarna merah hati.
Tanaman yang memiliki masa berbunga empat tahun sekali dengan tiga fase pertumbuhan yaitu fase vegetatif (berdaun), generatif (berbunga), dan dorman (istirahat) ini termasuk dalam kategori spesies terancam punah berdasarkan penilaian International Union for Conservation of Nature (IUCN) tahun 2018 dan dilindungi keberadaannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999.
(nwk/nah)