Melarang penggunaan ponsel di sekolah ternyata tak cukup untuk menjaga kesehatan mental siswa. Setidaknya yang terungkap melalui penelitian ini.
Dalam penelitian yang diterbitkan pada Rabu 5 Februari 2025 lalu di Lancet Regional Health Europe, 1.227 siswa dari 30 sekolah di seluruh Inggris memberikan data tentang penggunaan ponsel pintar dan media sosial serta berbagai dampak kesehatan mental, kesejahteraan, dan lainnya. Di antara sekolah yang ikut serta dalam studi tersebut, 20 sekolah memiliki berbagai bentuk kebijakan ketat penggunaan ponsel.
Studi yang didanai oleh National Institute for Health and Care Research (NIHR) ini berjudul "School phone policies and their association with mental wellbeing, phone use, and social media use (SMART Schools): a cross-sectional observational study".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam penelitian tersebut ditemukan siswa yang bersekolah di sekolah yang melarang penggunaan ponsel pintar sepanjang hari sekolah tidak mengalami kondisi yang lebih baik dalam hal:
- Kesejahteraan mental, kecemasan, dan depresi
- Aktivitas fisik dan tidur
- Hasil akademik dalam mata pelajaran bahasa Inggris dan matematika
- Tingkat perilaku mengganggu di kelas.
Pelarangan Penggunaan Ponsel di Sekolah Tidak Terlalu Berdampak
Berdasarkan penelitian ini, pelarangan penggunaan ponsel pintar di sekolah memang menyebabkan sedikit penurunan penggunaan ponsel (sekitar 40 menit) dan media sosial (sekitar 30 menit) oleh siswa di sekolah. Namun, studi tersebut menunjukkan dampaknya kecil dan kebijakan sekolah yang melarang penggunaan ponsel untuk tujuan hiburan tidak menyebabkan pengurangan durasi yang berarti dalam penggunaan ponsel dan media sosial.
"Kami memang menemukan hubungan antara lebih banyak waktu yang dihabiskan di ponsel dan media sosial dengan hasil yang lebih buruk, dengan kesejahteraan mental dan kesehatan mental yang lebih buruk, lebih sedikit aktivitas fisik dan kualitas tidur yang lebih buruk, pencapaian pendidikan yang lebih rendah dan tingkat perilaku kelas yang lebih mengganggu," jelas Dr Victoria Goodyear, Associate Professor di University of Birmingham dan penulis utama studi tersebut.
"Hal ini menunjukkan mengurangi waktu yang dihabiskan untuk menggunakan ponsel adalah fokus yang penting. Namun, kita perlu melakukan lebih dari sekadar fokus pada sekolah saja, dan mempertimbangkan penggunaan telepon di dalam dan di luar sekolah, sepanjang hari dan sepanjang minggu," lanjutnya.
Data dari siswa dikumpulkan selama periode 12 bulan yang berakhir pada November 2023. Data dikumpulkan dari 20 sekolah dengan kebijakan ponsel yang ketat dan 10 sekolah dengan kebijakan yang permisif, di mana telepon dapat digunakan saat istirahat, makan siang, atau di zona tertentu (seperti area luar sekolah).
Peneliti menggunakan rasio 2:1 antara sekolah yang ketat dan permisif, karena di antara sekolah-sekolah di area sampel studi, mayoritas (n=1245) memiliki kebijakan yang ketat sementara sedikit (n=96) memiliki kebijakan yang permisif.
Di antara semua siswa di sekolah dengan kebijakan permisif dan ketat, penggunaan telepon pintar rata-rata antara 4-6 jam per hari.
"Studi kami menunjukkan bahwa kebijakan sekolah bukanlah peluru ajaib untuk mencegah dampak buruk penggunaan telepon pintar dan media sosial," kata penulis senior makalah tersebut, Profesor Miranda Pallan dari Universitas Birmingham.
"Makalah tersebut menunjukkan kebijakan restriktif pada penggunaan telepon untuk hiburan di sekolah tidak menghasilkan hasil yang lebih baik di antara siswa, tetapi menangani penggunaan telepon secara keseluruhan harus menjadi prioritas untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan di kalangan remaja," ungkapnya.
(nah/nwk)