9 Negara Penerima Bantuan USAID Terbesar, Apakah RI Termasuk?

ADVERTISEMENT

9 Negara Penerima Bantuan USAID Terbesar, Apakah RI Termasuk?

Cicin Yulianti - detikEdu
Selasa, 11 Feb 2025 16:00 WIB
Signage is seen near the entrance to the headquarters of the United States Agency for International Development (USAID), before Congressional Democrats hold news conference in Washington, DC, on February 3, 2025. US Secretary of State Marco Rubio said Monday he had been put in charge of the US aid agency, saying he would stop its insubordination to President Donald Trumps agenda. After Trumps billionaire friend and advisor Elon Musk vowed to destroy the US Agency for International Development (USAID), whose website went dark over the weekend, Rubio confirmed he and the State Department had assumed control of the autonomous body. (Photo by Mandel NGAN / AFP)
USAID. Foto: AFP/MANDEL NGAN
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan akan menutup USAID, badan pembangunan internasional AS yang telah menyalurkan bantuan besar bagi berbagai negara seperti Ukraina hingga Sudan.

Keputusan ini menuai respons dari banyak negara karena dikhawatirkan adanya ketidakstabilan masalah kesehatan hingga lingkungan di negara penerima USAID. Sebenarnya apa organisasi USAID ini?

USAID dan Peran Pentingnya bagi Banyak Negara

Melansir situs Statista, USAID atau United States Agency for International Development adalah penyalur bantuan luar negeri AS terbesar. Pada tahun fiskal 2023, USAID telah menyalurkan bantuan hampir $44 miliar ataur Rp 720,5 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun negara dengan jumlah bantuan USAID terbesar adalah Ukraina yakni $16 miliar atau Rp 262 triliun. Jumlah tersebut berkisar 60% dari total bantuan yang disalurkan.

Bantuan yang diberikan USAID ini berbentuk bantuan ekonomi. Sementara bantuan militer ditangani oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan AS.

ADVERTISEMENT

Daftar Negara Penerima Bantuan USAID Terbesar

Berikut tujuh negara yang menerima bantuan USAID terbesar pada tahun 2023:

  1. Ukraina: $16,021 miliar (Rp 262 triliun)
  2. Ethiopia: $1,676 miliar (Rp 27,4 triliun)
  3. Yordania: $1,195 miliar (19,5 triliun)
  4. Afghanistan: $1,089 miliar (17,8 triliun)
  5. Somalia: $1,047 miliar (Rp 17,1 triliun)
  6. Republik Demokratik Kongo: $936 juta (Rp15,3 triliun)
  7. Syiria: $895 juta (Rp14,6 triliun)
  8. Yaman: $812 juta (13,3 triliun)
  9. Sudan Selatan: $740 juta (12,1 triliun)

Mengapa Bantuan USAID Akan Diberhentikan?

Mengutip BBC, diberhentikannya penyaluran USAID merupakan langkah Trump agar pengeluaran luar negeri selaras dengan pendekatan "America First". Hal tersebut ia sampaikan pada laman Truth Social miliknya.

"BENAR-BENAR TAK DAPAT DIJELASKAN... TUTUP SAJA!" tulis Trump.

Elon Musk mengatakan bahwa Trump benar-benar akan penyaluran bantuan USAID. Bersamaan dengan rencana ini, Trump menunjuk Elon Musk bertugas di Departemen Efisiensi Pemerintah.

Trump sendiri sejak lama telah mengkritik pengeluaran luar negeri dan berpendapat bahwa bantuan-bantuan tersebut tak bermanfaat. Menurutnya, proyek USAID adalah "pemborosan dan penyalahgunaan", termasuk hibah sebesar $1,5 juta (Rp 24,5 miliar) kepada kelompok LGBTQ di Serbia, $2,5 juta (Rp40,9 juta) untuk kendaraan listrik di Vietnam, dan $6 juta (Rp98,2 miliar) untuk pariwisata di Mesir.

Setelah Trump menjabat sebagai presiden, ia langsung menandatangani perintah eksekutif yang menghentikan hampir seluruh pengeluaran internasional. Ia akan meninjau terlebih dahulu pengeluaran selama 90 hari.

Dampak Jika USAID Berhenti Salurkan Bantuan

Melansir Majalah TIME, bantuan USAID telah membantu upaya konservasi di Amazon Brazil dan pemberantasan kokain di Peru. Selain itu, USAID telah membantu krisis ekonomi di Venezuela dengan memberikan bantuan kemanusiaan untuk lebih dari 2,8 juta jiwa.

Melalui bantuan tersebut juga AS telah mendanai hampir 20% dari $2,3 miliar (Rp37,6 triliun) yang dibutuhkan setiap tahun untuk menjalankan program HIV/AIDS Afrika Selatan.

Dengan demikian, penghentian bantuan USAID akan berdampak buruk pada situasi kemanusiaan di berbagai negara. Baik akses makanan, air, listrik, dan kesehatan di daerah konflik akan terhambat.

Meskipun beberapa negara Eropa meningkatkan bantuan kepada negara-negara miskin tersebut, bantuan ini tidak akan menggantikan suntikan AS sebagai donor terbesar.

Penghentian bantuan juga akan berdampak banyak pada negara Sudan, sebagai negara yang tengah berjuang melawan kolera, malaria hingga campak. Sebanyak 600.000 orang bisa berisiko tertular penyakit tersebut.

Selain itu, dampak berhentinya USAID akan membuat terganggunya upaya penyetaraan gender di Balkan hingga Uganda, pembersihan ranjau di Kamboja, terhentinya operasi rumah sakit Suriah yang dilanda perang dan masih banyak lagi.




(cyu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads