Menurut British Council, tes International English Language Testing System (IELTS) diikuti oleh lebih dari 4 juta orang setiap tahunnya. Bagi yang akan mendaftar kuliah di luar negeri, skor IELTS biasanya jadi syarat utama.
Namun, ada beberapa mitos seputar tes IELTS yang membuat banyak orang ragu untuk ikut tes tersebut. Apa saja ya?
Mitos Seputar Tes IELTS
1. Tes Bahasa Inggris Tersulit
Menurut British Council Indonesia, mudah atau sulitnya tes kerap jadi pertimbangan utama saat memilih tes bahasa Inggris. Kendati demikian, tidak ada standar baku yang bisa menentukan kesulitan tes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paling penting lagi adalah memahami format dan karakteristik setiap tes supaya dapat mempersiapkan diri secara efektif.
2. Harus Mempunyai Aksen Seperti Warga Lokal
Banyak yang mengira aksen seperti penutur asli menunjukkan tingkat kefasihan berbahasa Inggris. Padahal, aksen tidak masuk dalam kriteria penilaian IELTS.
Aksen apa pun tidak menjadi masalah, asalkan mudah dipahami. Lebih baik, peserta fokus pada tata bahasa, kelancaran, pengucapan, dan penyampaian argumen yang jelas.
3. Kosakata Rumit Meningkatkan Skor Tes
Kosakata yang luas memang penting, tetapi tidak perlu memaksakan diri menggunakan kata rumit yang justru bisa membuat bingung. Bukannya pintar, jawaban bisa jadi malah tidak koheren.
Lantas, bagaimana cara mendapatkan skor IELTS yang diinginkan?
Tips Meraih Skor IELTS Impian
1. Kenali Pola
Berdasarkan data IELTS, tes menulis atau writing menjadi bagian tersulit untuk peserta di negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris, tak terkecuali Indonesia selama periode 2023-2024. Tingkat kesulitan berikutnya diikuti oleh tes speaking, reading, dan listening.
Menurut penerima beasiswa LPDP di University of Glasgow, Nissa Lilia yang mendapatkan skor total 7.5, asalkan sudah mempersiapkan diri, tes writing mempunyai pola tertentu.
"Awalnya saya pikir writing itu bagian yang paling sulit," katanya.
"Namun ternyata tidak juga, asalkan kita sudah mempersiapkan diri. Tesnya memiliki pola tertentu yang bisa dipelajari," imbuhnya.
Maka, untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, cara satu-satunya adalah berlatih secara konsisten. Peserta perlu memahami kosakata, struktur, dan gaya penulisan esai dengan skor tinggi.
Selain itu, utamakan argumen yang jelas, tak sekadar kosakata rumit.
2. Latihan Bareng teman
"Saya berlatih dengan membuat simulasi wawancara bersama teman dan kolega agar terbiasa berbicara menggunakan bahasa Inggris," kata Nissa.
Berdialog menggunakan bahasa Inggris dengan teman juga akan meningkatkan kepercayaan diri ketika berbicara. British Council menyarankan untuk menjawab contoh-contoh pertanyaan IELTS dan berdiskusi dengan teman belajar untuk membiasakan diri dengan format tes dan topik yang kerap muncul.
3. Atur Jadwal Belajar
Peserta IELTS perlu menentukan target realistis dan memantau perkembangannya secara berkala. Kemudian, jadwalkan waktu belajar setiap hari atau setiap pekan.
4. Lakukan Simulasi Tes
Melakukan simulasi juga membantu Nissa dalam mengerjakan tes IELTS.
"Saya mengikuti tes simulasi sebanyak mungkin agar dapat memahami polanya, serta mengatasi bagian yang sulit," ujarnya.
Ketika melakukan simulasi, cari materi latihan dari sumber terpercaya agar memperoleh pengalaman semirip mungkin dengan tes yang sebenarnya.
5. Terus Semangat
Motivasi amat penting untuk membantu tetap konsisten belajar. Di samping itu, meski ada banyak alasan kenapa orang ikut tes IELTS, penting untuk melihat tes ini sebagai suatu perjalanan pembelajaran, tak sekadar kewajiban yang harus diselesaikan.
"Bagi saya, tes IELTS adalah pengalaman belajar yang menyenangkan dan membantu saya memahami bahasa Inggris dengan lebih baik," ungkap Nissa.
"Seperti tes kecakapan lainnya, IELTS tidak terlalu sulit. Meskipun tetap membutuhkan usaha, bukan tidak mungkin untuk mencapai skor yang baik. Memahami format tes, memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dan berlatih secara konsisten adalah kunci untuk meraih skor IELTS yang diinginkan," tutur Senior Business Development Manager, British Council Indonesia Foundation, Arnold Simanjuntak.
"British Council berkomitmen untuk menyediakan dukungan dan sumber daya berkelanjutan untuk membantu peserta tes merasa percaya diri dan siap," lanjutnya.
(nah/pal)