Burung 'garuda' merupakan lambang Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dikenal sebagai lambang kekuatan, apakah sosok burung garuda ada di dunia nyata?
Lambang garuda sendiri dapat detikers lihat pada simbol Pancasila. Garuda tersebut dilengkapi dengan pita bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika oleh Soekarno. Kemudian bagian sayap terdapat 17 helai bulu di kanan dan kiri dan pada ekor terdapat 8 helai bulu.
Berdasarkan penelitian dan pengamatan, ternyata burung garuda bukan sekadar makhluk mitologi. Burung garuda memiliki kemiripan dengan elang jawa, burung endemik dari Pulau Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok Burung Garuda yang Diidentikkan dengan Elang Jawa
![]() |
Peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI (BRIN), Prof Dr Ir Ibnu Maryanto, mengatakan ada kesamaan fisik antara burung garuda dan elang jawa. Salah satunya ada pada jambul yang ada di belakang kepala. Elang jawa termasuk dalam kelas predator puncak.
"Garuda bisa dibilang kan mitologi, tetapi Garuda itu adalah elang Jawa. Jadi, elang Jawa di dunia hanya ada di Jawa. Sebetulnya dalam kepercayaan mitologinya, elang termasuk golongan top predator," kata Ibnu dalam detikinet di live 'Eureka!: Makhluk Mitologi Indonesia', Senin (21/3/2022) lalu.
Apabila dikaitkan dengan mitologi, garuda berkaitan dengan burung yang ditunggangi Dewa Wisnu. Cerita ini juga masih berkaitan dengan budaya Indonesia yang lama dikuasai kerajaan-kerajaan Hindu. Dalam pewayangan Jawa pun ada beberapa cerita yang berisi tokoh garuda.
Mengenal Elang Jawa
Elang Jawa adalah hewan endemik Pulau Jawa dengan ciri khas jambul di kepalanya. Unggas ini juga memiliki sayap yang bisa dibentangkan lebar.
Selain itu, elang Jawa memiliki ciri badan langsing dengan panjang tubuh antara 60-70 cm serta sayap 110-130 cm. Tubuhnya berwarna coklat kemerahan dan abu-abu. Kemudian jambulnya berwarna hitam berujung putih, yang terdiri dari 2-4 bulu, dengan panjang 12 cm, demikian dilansir dari Indonesia.go.id.
Elang Jawa pertama kali ditemukan oleh keluarga Bartels yang berkebangsaan Jerman. Selama hidup di Jawa, tepatnya di Sukabumi, ia berhasil menemukan 21 spesies termasuk burung, kelelawar, dan tikus. Maka dari itu, untuk penamaan latin elang Jawa, menyematkan nama keluarganya yaitu Bartels.
Keberadaan Elang Jawa
Belum lama ini, elang Jawa masih terlihat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Sebelumnya, pada April 2019, juga telah dilaporkan kelahiran elang Jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Anak elang Jawa itu diperkirakan berusia 1-2 minggu.
Sayangnya, burung yang mirip dengan simbol dalam Pancasila ini termasuk salah satu raptor yang statusnya terancam punah di dalam daftar IUCN (International Union for Conservation of Nature) Red List. Pemerintah juga telah memasukkan elang Jawa ke dalam daftar satwa yang dilindungi sesuai Peraturan Menteri LHK No. 106/2018.
(nir/faz)